Ternyata memang tak pernah
salah, terkadang sulit ku mengerti mengapa begitu banyak kau sebarkan cinta di
muka bumi ini ya rabb..?? hingga sekarang begitu tak menentu rasanya gelombang
cinta yang tersendat dalam darah anganku. Aku begitu takut, rasa ini
begitu sukar untuk aku terjemahkan dalam nalar pikiranku, begitu terpaut dalam
keakuan sang waktu, rasanya aku terjatuh dalam pengapnya ruang
hitam di sekelilingku.
“Dil , sedang apa ???? boleh aku duduk ???” sesosok gadis dengan dress
bunga, lengkap dengan tas tenteng menambah serasi penampilannya. menyapaku ,
rasanya aku kenal dengan gelagat itu. “oh tentu, nad” jawabku sembari
mengalihkan file cerpen yang setengah jadi di leptopku, ku ganti denga file
tugas minggu lalu. “sedang apa disini dil ???” nadia sahabatku bertanya.
“ouhhh enggak nad, aku..mmm aku..aku sedang ..sedang mengerjakan tugas, iya
sedang mengerjakan tugas.” Jawabku dengan sedikit ragu namun ku coba
tegaskan dengan alih tag Question, kala itu kami sedang duduk di bawah pohon
besar di halaman kampus. “Hemmm.... itu tugas minggu lalu dill, bukannya
sudah kita serahkan hari rabu kemarin ,? huhh Adilla Muzdalifah memang tak
pernah berubah, aku sahabatmu dil, tak cukupkah waktu 1 tahun mengenalku untuk
buatmu percaya dan yakin berbagi hal denganku ??? ayolah dil, tak baik
jika kau pendam sendiri masalahmu. Mungkin bisa ku tawarkan solusi nanti, atau
mmm... mungkin saja kan Allah jadikan aku pelantara solusi untuk masalahmu itu
Lho, mungkin kan ??? hoho...... “ nadia berkata sedikit pasti setengah memelas
padaku. aku melempar senyum tipis pada nadia sahabatku. “iya nad, aku pasti
cerita, tapi gak saat ini. Biar aku yakinkan dulu, untuk kemudian aku ceritakan padamu. Saat itu bunyi nada SMS dari ponselku terdengar. Di layar ponsel itu
tertera (1 message received Ummi).
“Asslmulaikum,
neng udah beres kuliahnya ?
tolong cepat pulang iya.
Anter umi ke rumah nenek.
Wasalam”
Aku baca pesan dari Ummi, dan kemudian merapihkan semuanya dan bergegas pergi.
Sebelumnya aku berusaha pamit pada nadia. “nad , aku harus pulang nih”,
ucapku pada nadia yang duduk di sebelahku. “Lho Lho.. mu kemana kamu dill
kok cabut gth ja ???” nadia menghela bicaraku. “aduhhh maaf bnget,
barusan itu ummi sms. Nyuruh cepet pulang. Nanti insya allah aku sambung lagi
iya. Assalamualaikum.” Sambungku pada nadia sambil bergegas pergi dan
berlalu.
***
Keesokan harinya,
“Heyy dill, ada waktu
nggak ? aku mau Share sesuatu nich.” Kami duduk di meja kantin Bu nur. Nadia berusaha menyampaikan sesuatu
padaku. “Sebenarnya ini bukanlah suatu hal yang begitu sulit, tapi entahlah
akupun tak tahu apa latar belakang dari keinginanku ini. Bisakah kau membantuku
?? hemmmmmhuhhhhhh.... dia menarik napas dalam dalam, gini dill, sepertinya
mulai tergerak hatiku untuk berhijab. Bagaimana menurutmu ???” nadia menayakan
pendapatku kala itu, namun spertinya anganku sedang jauh saat itu, entah berada
dimana hatiku, dan entah perasaan apa yang terjadi dalam lirih batinku, semuanya
terasa senyap bak tiupan angin pagi di musim semi. Hingga nadia berulang
kembali tentang semuanya, “ohhh iya nad, “ aku coba tetap tenang,
sembari memfokuskan pikiranku pada nadia yang duduk tepat beradu wajah
denganku, dan segera ku sampingkan renungan rasa yang sejak tadi bernaung dalam
memory ku, dan sepertinya tidak akan pergi sebelum berhasil ku tafsirkan. Aku
sampaikan dengan pelan pada sahabatku. “nad,,, sebenarnya berhijab itu sudah
semestinya kita lakukan sebagai seorang muslimah. Namun adakalanya orang
berpikir bahwa masih belum siap melakukan hal yang itu. Tidak sedikit orang
yang mengalami seperti yang kamu alami sekarang. Bila kamu tanya tentang
bagaimana argumenku, mungkin tanpa kamu tanyapun kamu sudah bisa memprediksikan
sedikit bagaimana argumenku tentang berhijab.
Anas bin RA meriwayatkan,
rassululah SAW bersabda :
“semua penghuni surga akan
menemui allah SWT yang tergantung kepada amalnya di dunia, tetapi wanita
shalihah yang memelihara dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahram, maka
allah sendiri yang akan datang kepadanya.” Subhanalahh bukan ????????????,
allah sangat memuliakan wanita shalihah.
Itu menurutku, ingat nad allah tidak suka di permainkan, mantapkan dulu hatimu
untuk sepenuhnya berhijab permanen, menutupi aurat yang semestinya kita
lakukan, secantik cantiknya perempuan lebih cantik apabila mengenakan kerudung.
:-) . selain itu kita senantiasa disegani, dan di lindungi allah SWT selalu,,
Bagini :
Mereka berdiri di sana
dengan celana pendeknya, sangat pendek, super pendek. Yang mereka anggap
sebagai model terkini. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan
jilbabku.
Mereka berdiri disana
dengan lautan make up di wajahnya yang mereka percayai sebagai kebebasan
berekspresi. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka masih berdiri
disana dengan rambut basah oleh gel berwarna-warni, penuh dengan unsur kimia
yang mereka anggap sebagai kemurnian jiwa. Sedangkan aku disini berdiri tagak
dan bangga denga jilbabku.
Dan mereka berdiri disana
asyik berbicara untuk membeli celana pendek model terbaru, pewarna rambut yang
paling trendi, bahkan cara mendapatkan pacar baru yang mereka anggap sebagai
memahami keindahan tuhan dan ekspresi cinta. Sedangkan aku disini berdiri tegak
dan bangga dengan jilbabku.
Karena jilbabku inilah
pelindungku, kekasihku, kesetiaanku, kemurnianku, kecantikanku, dan alatku
untuk mengingat allah. Saat aku meletakkan jilbab di atas kepalaku, aku tahu
segala kesesatan yang dibawa oleh setan akan di lenyapkan. Setelah selesai aku
sematkan peniti. Aku telah bebas.
“oh begitu,, subhanalah rasanya hati ini bergetar.. semakin mantap saja hati
ini untuk itu dil, Cuma belakangan aku ingin berhijab gara-gara Anton yang
menyuruhku untuk berkerudung, makanya aku langsung tanya pendapatmu.” Nadia
mengungkapkan semuanya tanpa ragu padaku. “Hemmmmhuhhhhhhh.... kalau seperti
itu malah gak baik nad, jangan karena seseorang kita melakukan sesuatu, tapi
harus karena allah, untuk menggapai ridha dan rahmatnya, untuk senantiasa
selalu dekat dengannya, dan berdasarkan keinginan kita sendiri dari lubuk hati
yang paling dalam.” Jawabku pada nadia. Nampaknya nadia sahabatku mulai
bingun dengan keinginan hatinya. Lagi-lagi renungan rasa itu terlintas di
benakku dan juga nadia, meski tak sama.
“dil, bagaimana dengan mu ???” nadia kembali bertanya tentang gundahku.
“aku, ? nad, bahwa tafakur pada tuhanku adalah kekayaanku, akal dan logika
adalah akar agamaku, antusiasme adalah kendaraanku, doa adalah temanku, iman
adalah sumber kekuatanku, kesedihan adalah sahabatku, pengetahuan adalah
senjata ku, kesabaran adalah pakaian dan moralku, membela Allah adalah
kebanggaanku, kebenaran adalah keyakinanku, shalat adalah penyejuk ku, dan di
sela-sela itu salahkah bila aku berpikir bahwa cinta adalah landasan
keberadaanku ?????????”. “Subhanallahh Adilla sahabatku rasanya bukan
Adilla yang berkata dengan lembut dan bertutur cerita padaku barusan, melainkan
Khadijah yang bersahaja yang selalu di sebut-sebut, dan didambakan Rasullulah
SAW.” Nadia tersenyum tulus padaku. “nad,, sebenarnya aku merasakan sesuatu
yang tak biasanya aku rasakan. Hubungan ku dengan dia berjalan seperti air, aku
yakin bahwa aku disini adalah cerminan dia di sana. Tapi rasa takut terus
mendampingiku disini, begitu takutnya hingga sesekali rasa percayaku
terhadapnya semakin surut saja. Tapi terus ku yakinkan kembali, aku masih tetap
memegang teguh semua janjinya 9 januari 2019 nanti. Tentu saja dengan
pengharapanku yang besar padanya, pada ucapannya, pada janjinya, dan pa
sayangnya yang tulus padaku. J . “dilla sahabatku begitu mengagumkan nya
dirimu, aku yakin Arif juga begitu. Dan aku juga yakin allah sampaikan pada
Arif tentang Adilla yang begitu mempesona hatinya. Dan baik adanya. Aku jadi
iri rasanya dan ingin memperbaiki diri. Hemhuh,” ujar nadia padaku sembari
memikirkan sesuatu nampaknya.
Setelah beberapa hari tidak bertemu karena kesibukan masing-masing
menyelesaikan tugas kuliah, akhirya kami bertemu di gerbang kampus. Nampaknya
nadia semakin mantap untuk berhijab, terlihat dari pakaian yang dia kenakan
hari ini, “alhamdulilah...” aku berkata dalam hati. Aku dan nadia
melangkah dengan pasti menuju ruang kelas. Sembari berbincang-bincang. Nadia
nampak begitu cantik dengan kerudung berwarna toskanya. Sesampainya di kelas
kami berbincang seputar renungan rasa itu. Sambil menunggu dosen. “nad, ,
boleh aku bilang sesuatu. ???”. “Sure .., apa yang hendak kamu sampaikan dill
????”. “your beautiful.. selamat iya sukses berhijab,,”. “makasih dill
berkat saran dan bimbingan Adilla Muzdhalifah kerinduanku berhijab akhirnya
tercapai. Hmmmm dan hubunganku dengan Anton semakin di mudahkan. Hihi J.
Bagaimana dengan mu dill ?????” . “alhamdulilah.., aku masih tetap menunggu 9
januari 2019 nad, rasanya pengen cepet-cepet melihat melihat pembuktian dari
janjinya. Huhu ^^.., nad ada yang ingin aku tunjukan . ini. “ kubuka file
cerpen di leptopku dan ku tunjukan pada Nadia sahabatku. “subhanallah... dill
ini luar biasa , renungan rasa yang berbeda. Tentang keluh kesahku untuk
berhijab, tentang kerinduanku, dan tentang renungan rasa seorang Adilla yang
terus berharap 9 januari 2019. ini bagus dill, aku terharu dengan kisahnya”.
Nadia refleks memeluku saat itu, kami beradu air mata dan tenggelam dalam
pelukan renungan rasa yang berbeda.