Senin, 08 September 2014

Renungan Rasa Adila



Ternyata memang tak pernah salah, terkadang sulit ku mengerti mengapa begitu banyak kau sebarkan cinta di muka bumi ini ya rabb..?? hingga sekarang begitu tak menentu rasanya gelombang cinta yang tersendat dalam darah anganku. Aku begitu takut, rasa ini begitu sukar untuk aku terjemahkan dalam nalar pikiranku, begitu terpaut dalam keakuan sang waktu, rasanya aku terjatuh dalam pengapnya ruang hitam di sekelilingku.
“Dil , sedang apa ???? boleh aku duduk ???” sesosok gadis dengan dress bunga, lengkap dengan tas tenteng menambah serasi penampilannya. menyapaku , rasanya aku kenal dengan gelagat itu. “oh tentu, nad” jawabku sembari mengalihkan file cerpen yang setengah jadi di leptopku, ku ganti denga file tugas minggu lalu. “sedang apa disini dil ???” nadia sahabatku bertanya. “ouhhh enggak nad, aku..mmm aku..aku sedang ..sedang mengerjakan tugas, iya sedang mengerjakan tugas.” Jawabku dengan sedikit ragu namun ku coba tegaskan dengan alih tag Question, kala itu kami sedang duduk di bawah pohon besar di halaman kampus. “Hemmm.... itu tugas minggu lalu dill, bukannya sudah kita serahkan hari rabu kemarin ,? huhh Adilla Muzdalifah memang tak pernah berubah, aku sahabatmu dil, tak cukupkah waktu 1 tahun mengenalku untuk buatmu percaya dan yakin berbagi hal denganku ??? ayolah dil, tak baik jika kau pendam sendiri masalahmu. Mungkin bisa ku tawarkan solusi nanti, atau mmm... mungkin saja kan Allah jadikan aku pelantara solusi untuk masalahmu itu Lho, mungkin kan ??? hoho...... nadia berkata sedikit pasti setengah memelas padaku. aku melempar senyum tipis pada nadia sahabatku. “iya nad, aku pasti cerita, tapi gak saat ini. Biar aku yakinkan dulu, untuk kemudian aku ceritakan padamu. Saat itu bunyi nada SMS dari ponselku terdengar. Di layar ponsel itu tertera (1 message received Ummi).

“Asslmulaikum,
neng udah beres kuliahnya ?
tolong cepat pulang iya. Anter umi ke rumah nenek.
Wasalam”

        Aku baca pesan dari Ummi, dan kemudian merapihkan semuanya dan bergegas pergi. Sebelumnya aku berusaha pamit pada nadia. “nad , aku harus pulang nih”, ucapku pada nadia yang duduk di sebelahku. “Lho Lho.. mu kemana kamu dill kok cabut gth ja ???” nadia menghela bicaraku. “aduhhh maaf bnget, barusan itu ummi sms. Nyuruh cepet pulang. Nanti insya allah aku sambung lagi iya. Assalamualaikum.” Sambungku pada nadia sambil bergegas pergi dan berlalu.

***
       
 Keesokan harinya,
“Heyy dill, ada waktu nggak ? aku mau Share sesuatu nich.” Kami duduk di meja kantin Bu nur. Nadia berusaha menyampaikan sesuatu padaku. “Sebenarnya ini bukanlah suatu hal yang begitu sulit, tapi entahlah akupun tak tahu apa latar belakang dari keinginanku ini. Bisakah kau membantuku ?? hemmmmmhuhhhhhh.... dia menarik napas dalam dalam, gini dill, sepertinya mulai tergerak hatiku untuk berhijab. Bagaimana menurutmu ???” nadia menayakan pendapatku kala itu, namun spertinya anganku sedang jauh saat itu, entah berada dimana hatiku, dan entah perasaan apa yang terjadi dalam lirih batinku, semuanya terasa senyap bak tiupan angin pagi di musim semi. Hingga nadia berulang kembali tentang semuanya, “ohhh iya nad, “ aku coba tetap tenang, sembari memfokuskan pikiranku pada nadia yang duduk tepat beradu wajah denganku, dan segera ku sampingkan renungan rasa yang sejak tadi bernaung dalam memory ku, dan sepertinya tidak akan pergi sebelum berhasil ku tafsirkan. Aku sampaikan dengan pelan pada sahabatku. “nad,,, sebenarnya berhijab itu sudah semestinya kita lakukan sebagai seorang muslimah. Namun adakalanya orang berpikir bahwa masih belum siap melakukan hal yang itu. Tidak sedikit orang yang mengalami seperti yang kamu alami sekarang. Bila kamu tanya tentang bagaimana argumenku, mungkin tanpa kamu tanyapun kamu sudah bisa memprediksikan sedikit bagaimana argumenku tentang berhijab.
Anas bin RA meriwayatkan, rassululah SAW bersabda :
“semua penghuni surga akan menemui allah SWT yang tergantung kepada amalnya di dunia, tetapi wanita shalihah yang memelihara dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahram, maka allah sendiri yang akan datang kepadanya.” Subhanalahh bukan ????????????, allah sangat memuliakan wanita shalihah.
        Itu menurutku, ingat nad allah tidak suka di permainkan, mantapkan dulu hatimu untuk sepenuhnya berhijab permanen, menutupi aurat yang semestinya kita lakukan, secantik cantiknya perempuan lebih cantik apabila mengenakan kerudung. :-) . selain itu kita senantiasa disegani, dan di lindungi allah SWT selalu,,
Bagini :

Mereka berdiri di sana dengan celana pendeknya, sangat pendek, super pendek. Yang mereka anggap sebagai model terkini. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka berdiri disana dengan lautan make up di wajahnya yang mereka percayai sebagai kebebasan berekspresi. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka masih berdiri disana dengan rambut basah oleh gel berwarna-warni, penuh dengan unsur kimia yang mereka anggap sebagai kemurnian jiwa. Sedangkan aku disini berdiri tagak dan bangga denga jilbabku.
Dan mereka berdiri disana asyik berbicara untuk membeli celana pendek model terbaru, pewarna rambut yang paling trendi, bahkan cara mendapatkan pacar baru yang mereka anggap sebagai memahami keindahan tuhan dan ekspresi cinta. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku. 
Karena jilbabku inilah pelindungku, kekasihku, kesetiaanku, kemurnianku, kecantikanku, dan alatku untuk mengingat allah. Saat aku meletakkan jilbab di atas kepalaku, aku tahu segala kesesatan yang dibawa oleh setan akan di lenyapkan. Setelah selesai aku sematkan peniti. Aku telah bebas.

        “oh begitu,, subhanalah rasanya hati ini bergetar.. semakin mantap saja hati ini untuk itu dil, Cuma belakangan aku ingin berhijab gara-gara Anton yang menyuruhku untuk berkerudung, makanya aku langsung tanya pendapatmu.” Nadia mengungkapkan semuanya tanpa ragu padaku. “Hemmmmhuhhhhhhh.... kalau seperti itu malah gak baik nad, jangan karena seseorang kita melakukan sesuatu, tapi harus karena allah, untuk menggapai ridha dan rahmatnya, untuk senantiasa selalu dekat dengannya, dan berdasarkan keinginan kita sendiri dari lubuk hati yang paling dalam.” Jawabku pada nadia. Nampaknya nadia sahabatku mulai bingun dengan keinginan hatinya. Lagi-lagi renungan rasa itu terlintas di benakku dan juga nadia, meski tak sama.
        “dil, bagaimana dengan mu ???” nadia kembali bertanya tentang gundahku. “aku, ? nad, bahwa tafakur pada tuhanku adalah kekayaanku, akal dan logika adalah akar agamaku, antusiasme adalah kendaraanku, doa adalah temanku, iman adalah sumber kekuatanku, kesedihan adalah sahabatku, pengetahuan adalah senjata ku, kesabaran adalah pakaian dan moralku, membela Allah adalah kebanggaanku, kebenaran adalah keyakinanku, shalat adalah penyejuk ku, dan di sela-sela itu salahkah bila aku berpikir bahwa cinta adalah landasan keberadaanku ?????????”. “Subhanallahh Adilla sahabatku rasanya bukan Adilla yang berkata dengan lembut dan bertutur cerita padaku barusan, melainkan Khadijah yang bersahaja yang selalu di sebut-sebut, dan didambakan Rasullulah SAW.” Nadia tersenyum tulus padaku. “nad,, sebenarnya aku merasakan sesuatu yang tak biasanya aku rasakan. Hubungan ku dengan dia berjalan seperti air, aku yakin bahwa aku disini adalah cerminan dia di sana. Tapi rasa takut terus mendampingiku disini, begitu takutnya hingga sesekali rasa percayaku terhadapnya semakin surut saja. Tapi terus ku yakinkan kembali, aku masih tetap memegang teguh semua janjinya 9 januari 2019 nanti. Tentu saja dengan pengharapanku yang besar padanya, pada ucapannya, pada janjinya, dan pa sayangnya yang tulus padaku. J . “dilla sahabatku begitu mengagumkan nya dirimu, aku yakin Arif juga begitu. Dan aku juga yakin allah sampaikan pada Arif tentang Adilla yang begitu mempesona hatinya. Dan baik adanya. Aku jadi iri rasanya dan ingin memperbaiki diri. Hemhuh,” ujar nadia padaku sembari memikirkan sesuatu nampaknya.
        Setelah beberapa hari tidak bertemu karena kesibukan masing-masing menyelesaikan tugas kuliah, akhirya kami bertemu di gerbang kampus. Nampaknya nadia semakin mantap untuk berhijab, terlihat dari pakaian yang dia kenakan hari ini, “alhamdulilah...” aku berkata dalam hati. Aku dan nadia melangkah dengan pasti menuju ruang kelas. Sembari berbincang-bincang. Nadia nampak begitu cantik dengan kerudung berwarna toskanya. Sesampainya di kelas kami berbincang seputar renungan rasa itu. Sambil menunggu dosen. “nad, , boleh aku bilang sesuatu. ???”. “Sure .., apa yang hendak kamu sampaikan dill ????”. “your beautiful.. selamat iya sukses berhijab,,”. “makasih dill berkat saran dan bimbingan Adilla Muzdhalifah kerinduanku berhijab akhirnya tercapai. Hmmmm dan hubunganku dengan Anton semakin di mudahkan. Hihi J. Bagaimana dengan mu dill ?????” . “alhamdulilah.., aku masih tetap menunggu 9 januari 2019 nad, rasanya pengen cepet-cepet melihat melihat pembuktian dari janjinya. Huhu ^^.., nad ada yang ingin aku tunjukan . ini. “ kubuka file cerpen di leptopku dan ku tunjukan pada Nadia sahabatku. “subhanallah... dill ini luar biasa , renungan rasa yang berbeda. Tentang keluh kesahku untuk berhijab, tentang kerinduanku, dan tentang renungan rasa seorang Adilla yang terus berharap 9 januari 2019. ini bagus dill, aku terharu dengan kisahnya”. Nadia refleks memeluku saat itu, kami beradu air mata dan tenggelam dalam pelukan renungan rasa yang berbeda.

Minggu, 15 Juni 2014

Sederhananya kalimat ‘’Kamu’'


Jika saja bukan karna sekolah itu
Jika saja aku tak mencalonkan diriku pada saat itu
Jika saja bel itu tak pernah berbunyi
Jika saja dia tak menungguku di balik gerbang sekolah saat itu
Jika saja dia tak mengutarakan perasaannya saat itu
Takdir kita selanjutnya…
Akankah itu berakhir begitu saja ?    
Bisa dibilang cinta monyetku ketika aku pertama kali memasuki jenjang sekolah menengah pertama. Dialah orang yang membuatku jatuh cinta untuk  pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya juga aku merasakan galau. Galau ? dia membuatku galau sampai berkepanjangan sampai saat ini , saat aku mengetik tulisan yang tak berarti ini.
Kehadirannya yang selalu membuatku tersenyum , dan sekaligus bersedih. Senyumannya yang tersembunyi dibalik sifat sok cool dan kecuekannya. Tapi, dia sangat manis bahkan lebih manis dari buah apel yang selama ini tak pernah aku sukai. Tapi apel dan dia jelas berbeda, aku lebih memilih dia daripada apel. Bagiku apel begitu bau, tetapi dia yang membuatnya menjadi harum di setiap senyumannya. Waktu bagiku sangat berarti. Tapi waktu juga yang membuatku terpisah jauh dengannya. Haruskah aku menyalahkan waktu ? tidak. Waktu tak pernah salah. Karna waktu juga yang mempertemukanku dengannya. ‘’Aby’’ .
“semuanya bersiap di barisan masing-masing ya. Kakak hitung sampai tiga harus sampai di posisi masing-masing” teriak seorang osis berparas seram, namanya Andita.
Bagai anak ayam yang digiring induknya, semuanya bergegas lari menuju lapangan sekolah. Terkecuali dengan Kania, dia masih saja sibuk dengan pita-pita yang begitu mengganggu diatas kepalanya. Matanya seketika melotot kaget ketika salah seorang osis memergokinya.
“hei kamu, cepat lari nanti dimarah kak Adit loh” ucapnya sambil tersenyum manis.
Kania bergegas lari menuju ke lapangan. Ternyata bukan hanya dia saja yang terakhir terlambat. Ada satu lagi yang menemaninya, cowok item, berambut kriting, dan tidak pendek dan juga tidak tinggi. Yang jelas Kania senang karena ada teman. Tapi tetap saja, alhasil Kania dihukum untuk push up sepuluh kali. Bukan apa-apa Kania tak sanggup melakukan itu, akhirnya, kak Adit yang terkenal galak itu menyuruh agar Kania kembali ke barisannya. Lagi-lagi senyumnya memancar. Senyum yang paling manis. Lebih manis dari buah apel.
Masa Orientasi Siswa, disitulah Kania merasakan yang namanya susah. Salah satunya susah mendapatkan bangku untuk dia duduk. Ketika semuanya berlari-lari menuju kelas masing-masing, dan cuma Kania seorang yang bagaikan anak ayam yang di tinggalkan induknya. Dari ujung kelas A sampai E, ia tak mendapatkan bangku untuk duduk. Sampai akhirnya ketika ia memasuki kelas F, dia menemukan salah satu kursi yang belum di tempati dan dia pun menuju kursi itu. Betapa kagetnya dia, jika yang dia tahu bahwa dia harus duduk dengan seorang laki-laki. Dari pada tak mendapatkan kursi, dan ini juga kelas terakhir, akhirnya dengan terpaksa Kania duduk. Ya, duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki. Dia ketahui namanya Agus Weda Purnama. Ternyata dia seorang Hindu.
Seminggu MOS Kania, mulai akrab dengan Agus, dan kedua laki-laki yang duduk di depannya namanya Tri Purnama wisnu dan Riki Sandro Virnando. Sama seperti Agus, Wisnu juga beragama Hindu, dan Sandro dia beragama Kristen. Bagi Kania, sebuah perbedaan itu sangat indah. Dan Kania tak pernah sedikitpun membeda-bedakan hal itu. Baginya berteman adalah hal yang paling mengasyikkan yang pernah ia alami di hidupnya.
***
Keasyikan demi keasyikan mulai Kania rasakan, entah itu dari Agus, wisnu, maupun Sandro. Ketiganya selalu saja jail, sampai suatu ketika mereka harus terpisah hanya karna sesuai dengan peraturan sekolah bahwa siswa yang beragama lain harus disatukan dalam satu kelas. Dan akhirnya merekapun pergi. Pergi meninggalkan Kania di kelas suram itu.
 Kenapa dikatakan suram ?
Karena Kanialah yang harus mengkondisikan kelas, ditengah siswanya yang memang terkenal paling bandel. Fitri Khotimah, biasa di panggil Pipit. Kini Kania ditemani oleh seorang teman yang begitu uculnya alias lucu, berambut kriwil dan berbibir tebel. Yaitulah pipit, jauh dari Kania yang memang berpostur tinggi.
            Tet tet tet
Bel itu, bel itu dan bel itu. Bel yang setiap kali mengganggu konsentrasi belajar Kania. Bagaimana tidak, disaat Kania sedang serius memperhatikan penjelasan dari sang guru, ia harus beranjak dari bangkunya menuju kantor guru yang terletak lima kelas dari kelasnya. Akhirnya diapun beranjak dengan sangat terpaksa. Dia tak mungkin menolak karena ini sudah menjadi kewajibannya.
“Bareng sih heh”
Siapa, Seseorang jelek pikir Kania. Sok kenal, dan sok akrab. Disusul seseorang lagi yang cukup lumayan dan lumayan.
Kedua orang jail itu selalu menemani Kania setip dering bel suram itu. Itu yang tidak membuat Kania merasa bosan. Sampai Kania ketahui bahwa namanya adalah Eki Ari Saputra, cowok jelek, kriting, berisi dan item. Satunya lagi yang lumayan adalah Dodi Permana Putra, dia kebalikannya Eki, hanya saja sama-sama kriting.
“heh pendek…..” teriak Dodi dari kejauhan
Kania menyipitkan mata, memastikan bahwa yang memanggilnya bukanlah Dodi. Cowok tengil yang sangat menyebalkan. Dan tenyata memang benar dia. Disampingnya, berdiri seseorang jelek terlihat seperti seorang jongos, siapa lagi kalau bukan Eki. Diam dan menyebalkan. Semuanya sama-sama menyebalkan bagi Kania.
“diem brisik !”
“heh bareng loh”
Seketika itu Dodi mengejar Kania dan menarik Kerudung yang dipakainya, sampai-sampai kerudungnya acak-acakan. Eki hanya tertawa sambil di tutup-tutupin.
“apaan sih dod, jangan rese gitu lah. Nyebelin kamu”
Jailan itu yang membuat Kania semakin sebal, meskipun hanya becanda tapi itu sudah keterlaluan. Yang semakin membuat Kania sebal adalah, Eki. Kenapa dia hanya diam mematung dan bukannya menolongnya malah diam dan tertawa.
“nak, kamu nanti bantuin angkat LKS ini ke koperasi ya, Eki sama Dodi juga kamu ajakin” ucap ibu Sri, selaku Guru Bk sekolah Kania.
“kok Dodi sama Eki juga sih bu ?”
“kalau bukan kalian siapa lagi, kalian kan kalau kemana-mana selalu bareng dan kompak”
Apa ? Kompak ? bareng ?  pikir Kania, mereka tak kompak, tapi selalu berantem kemanapun mereka pergi.
Mereka pun menuju koperasi sekolah.
***
            Tet tet tet
Lagi-lagi bel suram itu berbunyi, kali ini dengan langkah kudanya Kania berhasil menuju Kantor guru lebih awal tanpa di damping oleh Dodi dan Eki. Dari kejauhan Kania sempat melihat ekspresi kedua cowok yang menyebalkan itu, mereka seperti mencari-cari korban yang biasa mereka aniaya. Siapa lagi kalau bukan Kania. Sejurus kemudian mereka bertemu didepan kantor guru. Kali ini ada saja tingkah mereka yang membuat depan kantor menjadi gaduh.
“apaan sih Dod, kamu gak usah nginjek kaki aku gitu. Kaki kamu gede tau gak”…
“Eki kan, bukan aku yang nginjek”
“heh bukan aku kok ya, bukan” ucap Eki dengan muka polosnya.
Kania pun melayangkan kakinya kekedua kaki cowok tersebut tanpa peduli siapa yang salah. Sampai akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.
“kalian ini, selalu saja bikin heboh”
“kalau gak ada kita sepi pak haha” ucap Dodi, Kania dan Eki hanya diam saja.
***
Akankah kebertigaan itu bertahan selamanya
Akankah disetia koridor itu terbesit kejailan-kejailan itu lagi
Akankah barisan kantor itu dipenuhi tawa riang kebertigaan
Dan akankah kebertigaan itu selamanya
“kamu cantik ya” suaranya begitu pelan, terbawa angin sampai telinga Kania mendengarnya samar-samar.
“kamu bilang apa Ki ?’’
“oh, enggak Kan”
Sekilas kemudian Eki menghilang dari pandangan mata Kania. Yang ia tau, Eki itu baik dan sopan tentunya meskipun menyebalkan.
Seperti biasa, ketika bel pulang berdering Kania langsung bergegas pulang. Dan seperti biasa pula dia harus berjalan kaki. Ditemani teman akrabnya yaitu Bareka. Sebenarnya Kania dan Bareka beda arah, hanya terpisahkan oleh perempatan jalan menuju kesekolah. Tapi hari itu anehnya, tak seperti biasanya ada ekor yang mengikuti dari belakang. Sebenarnya Kania sudah paham siapa dia. Siapa lagi kalau bukan Eki, cowok yang menyebalkan. Kania sudah curiga, gelagatnya yang sedari tadi ngumpet-ngumpet dibalik gerbang sambil curi-curi pandang. Kebetulan Eki dan Bareka adalah Teman sedari Kecil. Jadi, Bareka sudah tau betul menegnai Eki.
“ngapain kamu Ki ? suka sama Kania ya hayo ngaku” ejek Bareka sambil mendorong Eki dari belakang mendekat kea rah Kania.
“eh eh eh jangan gitu lah kamu Ka” keliahatan sekali kalau dia gugup.
Kania hanya tersenyum saja.
“siapa juga sih yang suka sama dia, dia kan jelek” (sok cool banget ini cowok).
kalau aku jelek ngapain juga dia nungguin di balik gerbang sambil ngintip-ngintip” (pikir Kania).
“kalau suka itu ungkapin Ki, jangan Cuma diem aja, nanti nyesel kamu loh kalau udah di ambil orang hahaha” saran Bareka.
Kebahagiaan itu simple kok, saat kita bisa tertawa bersama orang-orang yang kita sayang. Meskipun itu Cuma sebentar. Sesimple angin yang berhembus di tengah teriknya matahari.
Akhirnya merekapun terpisah di perempatan sekolah.
Kalau saja waktu masih berpihak lama pada saat itu…….
“Kan, mau pulang bareng enggak ? aku anterin nih kalau mau. Aku bonceng naik sepeda hehehe” rayu cowok tengil, siapa lagi kalau buak Dodi. Dengan mengenakan sepedanya. Bertopi abu-abu yang biasa dia pakai sehari-hari.
“enggak lah dod, makasih”
“heh seriusan ini”
“haha serius gak serius kamu mah sama aja dod”
“ngeyel banget sih dibilangin, yaudah aku pulang duluan ya”
“oke oke”
Kania berfikir, sebenarnya Dodi itu baik hanya saja dia…. Tau sendirilah yang sering membuat Kania jadi sebal sama dia.
The end……






Kamis, 29 Mei 2014

Iringan Lagu-Lagu alay

Tumben-tumbennya gue bangun kesiangan, ini karena kipas angin gue yang begitu heboh bunyinua sampai-sampai gue gak denger azan subuh berkumandang. Alhasil gue gak sholat subuh deh, astaghfirullah jangan ditiru ya.

Pagi ini rencananya sih mau joging keliling kampus ijo ntu, tapi kalau dipikir-pikir sendiri, gak ada temen, yang ada gue diliatin beberapa pasang mata yang ada deh, dan gue bakal tutup muka jelek gua dihadapan mereka. (ADUH-_-)...
 Masa iya gue mau ngegalau lagi depan laptop. malu dong.
pengen pulang juga kerumah, udah bosen dikosan, suasananya bikit bete banget. Tapi, Bokap said : "gak usah pulang kalau liburnya cuma bentar, capek dijalan nantinya"
Kalau pengen yang libur panjang, berarti kemungkinan gue pulang, pas awal puasa yaitu setelah Ujian Akhir Semester dan Tes Lisan Matrikulasi Serta Post Test Matrikulasi, dan pemadatan-pemadatan mata kuliah beserta Tugas-tugas prasarat UAS (waw, keren).
  oke gakpapa, yang penting kantong gue udah terisi lagi hehe
Jum'at 13.00, tepatnya nanti siang gue harus presentasi dihadapan temen-temen gue yang hebat-hebat, dan ini presentasi terakhir, dan gue harus SEMANGAT hihi. Iyalah, selalu. Galaunya dipending dulu ya, nanti kalau udah beres semua, baru dah boleh ngegalau lagi asal gak kayak kemaren PARAH. 

Ketikan Cacing

      Tepat malem ini, dimana gue bersama sepupu gue sama-sama ngerasain yang namanya galau. Yah, karena gue dan sepupu gue sama-sama senasip baru putus sama pasangan kita masing-masing. LDR yang kandas. 
(hadeh....)
Tepat dikamar paling cantik kosan Atiwi nomer 21, gue ngadep laptop kesayangan gue ditemani rasa laper yang luar biasa, memang karena gak ada apa-apa buat dimakan, sementara gerbang kosan udah tutup , gimana mau bisa beli makan hee tanggal tua juga, jadi bener-bener musti hemat. 
(Yaammpun Nya',,,,,,) 
Mungkin bener ya kalau kayak gini hehe
yah kesekian kalinya gue ngerasain yang namanya sakit hati. Dan mungkin gak hanya gue aja, melainkan kepala-kepala diluar sana pasti merasakan hal yang demikian itu.
Sabar sih perlu, bahkan udah terlalu amat sangat sabar gue.
Alhasil karena gue saking seringnya sabar akhirnya ngadep layar laptop terus-terusan kayak sekarang ini. yah gimana, gak ada kerjaan lagi, pusing gue sama tugas FIQIH II , mata kuliah yang memang gue gak begitu ngerti, apalagi tugasnya mengenai HUKUM WARIS (udah tepok jidat duluan gue). Lagipula, yah mungkin ada baiknya juga sih, tapi masa iya harus nulis berlembar-lembar kertas polio demi membahas permasalahan yang berhubungan dengan hukum waris. (UUUUU) . kalau kata temen-temen sih "CEMUNGUT EA NYA' CEMUNGUT). Iya, semangat ujung-ujungnya buntu tengah jalan. apalagi kondisi badan gak fit gini, aduh jadi pengen mandi kembang tujuh rupa deh .
INGET ORANG RUMAH, OKE itu salah satu semangat gue, sebelum gue lanjutin tugas yang sesuatu itu, ini nih semangat gue, adek gue Ibnu yang paling kece kayak kakaknya haha

Senin, 26 Mei 2014

k o a r k o a r n y a '

buka kurung ngenes tutup kurung titik
satu kata, penuh arti, lebay, terdiri dari 6 huruf, yang keenamnya bersatu dan berkaitan menjadi sebuah kata yang begitu apik namun menjengkelkan.

Buku-buku, kertas-kertasku yang sudah siap menanti kehadiran coretan dari tangan ini. sayang, tinta pupen sudah mulai ngadat dan aku harus sesegera mungkin membelinya. Tapi, lagi-lagi "ah" aku terlalu malas. Dan sebagai orang yang malas sekaligus melas. Aku kembali menatapi layar Laptop putih kesayanganku. Ditemani cemilan ebi katsu yang aku beli dari tempat Uni warung depan kosan. bahkan rel kereta api yang menemaniku masih sangat-sangat merah. Kepalaku juga masih terasa berat. Kata  Fina novalia selaku tetua kosan, mengatakan "mungkin kamu terkena Hipotensi", aku biasa saja, aku baik-baik saja dan aku seperti yang biasanya, pura-pura kuat.

ya, aku memang kuat. Mungkin bisa dikatakan akulah next generation dari wonder woman dih, geli gue dengernya.
oke next..........
bejibun tugas sudah menanti, makalah makalah dan makalah lagi. Kali ini persyaratan buat UTS dan UAS. 2 judul dan terakhir ngumpul adalah minggu depan SEBELUM UAS !
kenapa pakai tanda seru segala. oke ralat ........
alhamdulillahnya dengan keuletan dan ketekunan aku yang seperti ini, akhirnya aku berhasil menyelesaikan semuanya ditengah gonjang-ganjing kabar tak sedap dan rutinasku yang benar-benar BUSY. senin, selasa, rabu, kamis.... aku harus kuliah dari jam tujuh pagi sampai beduk magrib berkumandang. dan malamnya harus mngelembur demi ini. tapi subhanallah masih bisa diberi kesempatan untuk menyelesaikannya. syukur alhamdulillah ya Allah. lagi-lagi titik dua tutup kurung hehe
sebenernya pengen pulang si, tapi kantong tak memadai, yah tak apalah aku masih bisa ikut seminar besok minggu di kampus, itung-itung cuci mata, yaampunnn nyari kesibukan maksudnya. iya ditemani sahabatku ayu yang juga bagian dari seminar itu. lumayan alhamdulillah gratis dan tak perlu merogok kantong lebih dalam lagi hiihi
diatas, sebagian kesibukan, dan masih adalagi.... hari ini mau beberes kamar yang udah kayak kapal pecah dan istirahat total mumpung tanggal merah dan free.... oke bye



Jumat, 16 Mei 2014

Ayahku “Limited Edition”



Senin, 12 mei 2014 13.00 dalam kondisi setengah ngantuk dan masih acak-acakan karena baru bangun tidur. Dengan mendengarkan music setengah alay varioust artist “dream high” ditemani satu toples klanting dan secangkir air gallon. Tepatnya dikosan atiwi kamar tercantik nomer 21. Hahaha
Inspirasi itu muncul, tanpa disadari. Yap, aku sering mengalami hal itu, terkadang karena sangking banyaknya inspirasi sampai-sampai lupa untuk mengingatnya kembali. Contohnya aku mendapatkan judul ini ketika dalam perjalanan menuju kosan tercinta. Tiba-tiba aku teringat ayahku yang disana yang selalu menyayangiku dengan kasih sayang yang tulus tulus dan tulus. Seperti kebanyakan ayah-ayah yang lain mungkin ya. Tapi, menurutku ayahku yang paling beda. Bukan maksud membanding-bandingkan atau apa, atau membanggakan ayah sendiri, tapi aku mengataakan hal yang mungkin akan membuat orang lain merasa biasa-biasa saja tapi bagiku ini luar biasa bahkan sangat-sangat luar biasa.
Ayah, mungkin sosok panutan keluarga seperti kebanyakan. Ayahku sama seperti ayah-ayah yang lain. Dia ganteng, cakep, tinggi, kriting, berbadan besar dan manis seperti aku hehehe. Iyalah, kan aku anaknya.
Sebagai tulang punggung keluarga, ayah begitu kuat seperti beton. Dia mampu mengangkat beban-beban berat. Tapi sebatas wajarnya kemampuan manusia biasa hehe. Ayahku mungkin bukan Samson atau Hercules, atau bahkan bukan superman. Tapi aku tak memunafikkan itu semua, karena pada dasarnya ayahku……. Kalau yang disana hanya tokoh kartun atau dalam film-film saja, ini adalah superman di dunia nyata. Ya, ayahku benar-benar seorang superman bagi kuluarganya.
“bangga gak kamu punya ayah seperti itu ?”
Kalau ada mulut-mulut cantik yang berucap seperti itu aku akan menjawab
“meskipun ayahku tidak seperti superman atau apa itu, jika aku tanpa ayah mungkin aku takkan bisa mengetik ini dengan kesungguhan dan kesanggupanku”
Tepatnya, Setelah ibuku melahirkan adik laki-lakiku, ayahku menggantikan tugas ibu untuk berjualan di pasar berdagang tauge demi memenuhi kebutuhan keluaga. Sebelumnya ayahku hanya berkebun dan bertani. Tetapi setelah ibu melahirkan, kini ayah berdagang. Mungkin kebanyakan orang-orang yang menjumpai ayahku akan keheranan dan memunculkan kalimat seperti ini “kok laki jualan ?”  prinsip ayah, selama kita gak mencuri kenapa harus malu melakukan hal ini. Itulah kebanggaanku terhadap ayah. Disaat pedagang-pedagang yang lain adalah para ibu-ibu, disitu akan kutemui wajah ayahku yang paling ganteng sendiri.
Merayu perhatian agar dagangan laku ?
Aku rasa, hanya orang-orang yang malas yang berfikiran seperti itu. Ayahku sering mendapat caci maki ketika mengahadapi pedagang-pedagang yang lain. Bagi ayah, itu merupakan cambuk yang membuatnya semakin bersemangat demi memenuhi kebutuhan kami sekeluarga.
Sering mendapatkan fitnah tidak ?
Menurutku, hidup tanpa fitnah itu terasa hambar. Fitnah tidak hanya sekali kok. Bahkan berkali-kali sering kami alami sekeluarga. Banyak orang-orang yang tak suka dengan kami. Sehingga mereka menebarkan bau-bau tak sedap itu kepada keluarga kami. Dan alhamdulillahnya kami masih bisa bertahan.
Karena ayah yang membuatku bisa membuat ini. Ya, ini. Buat ayahku yang paling ganteng sedunia. HeheJ😁




11-sep-’95😄