Kamis, 26 November 2015
Insyaallah...
Bismillaahirrohmaanirrohiim..😇
Dear temans, sudah baca ya kalimat pada gambar di atas?
Bagi yg sudah mempunyai pasangan pastinya saling menyemangati, bahu-membahu, dan saling mendukung dengan cinta kepada pasangannya, supaya rajin belajar demi dapat memberikan madrasah utama yg layak bagi anak2nya kelak, insyaaAllah..
.
Nah, bagi yg masih "single" ini juga tidak kalah pentingnya, jangan dikira yg harus banyak belajar utk persiapan mendidik anak2 itu hanya bagi yg sudah menikah ya..
Justru ketika masih "single" inilah waktu yg tepat untuk memulai belajar ttg banyak hal, ttg agama, Al-Qur'an, hadits, fiqih, tauhid, tajwid, akidah akhlak, dan masih banyak lagi yg lain..
Juga tentang ilmu2 lain yg bermanfaat misalnya bahasa, science, matematika, belajar tentang kesabaran, tentang memasak, tentang kesehatan, tentang keikhlasan. Penting semua untuk dipelajari, kan?? Hihihi..
.
Sekarang sudah ada gambaran ya..
Ketika nanti jika Allah izinkan kita semua mempunyai anak, paling tidak sudah mempunyai kesiapan untuk menjadi "sekolah" bagi anak2, karena keluarga adalah tempat mendidik yg paling pertama dan utama bagi anak2 kita..
.
Yuk ah, selalu bersemangat dalam belajar segala hal yg bermanfaat, demi menciptakan generasi selanjutnya yg lebih baik dan taat kepada Allah, aamiin..
.
Eh, aku bukan ingin mengguruimu temans, aku ingin kita saling mengingatkan dan menguatkan dalam kebaikan ❤❤
SEMANGAAAAAAAAATTT 💪😆
Kamis, 19 November 2015
Kenapa TIDAK Pacaran?
Assalamu’alaikum ukhti yang salehah dan selalu dirindukan oleh jannah-Nya. Aamiin…
Apa kabar? Semoga baik dan selalu dalam lindungan Allah. Ini postingan kesekian saya, semoga tidak ada kesalahan dan menjadi pengingat bagi saya dan pembaca.
Apa kabar? Semoga baik dan selalu dalam lindungan Allah. Ini postingan kesekian saya, semoga tidak ada kesalahan dan menjadi pengingat bagi saya dan pembaca.
Bismillah…
Mungkin banyak diantara kalian para penggiat pacaran yang bertanya kenapa kami nggak pacaran.
Mungkin juga, banyak diantara kalian yang mengira bahwa kami adalah kaum jones yang “nggak laku”. Biarlah, silakan kalian para aktivis pacaran berkata sesuka hati. Dan inilah pembelaan, sekaligus alasan dari kami, yang mungkin akan mengetuk pintu hati kalian sekaligus memuaskan rasa penasaran yang kalian miliki selama ini.
Mungkin juga, banyak diantara kalian yang mengira bahwa kami adalah kaum jones yang “nggak laku”. Biarlah, silakan kalian para aktivis pacaran berkata sesuka hati. Dan inilah pembelaan, sekaligus alasan dari kami, yang mungkin akan mengetuk pintu hati kalian sekaligus memuaskan rasa penasaran yang kalian miliki selama ini.
“Wahai
ukhti yang saat ini masih terjebak dalam pacaran, bukannya kami nggak
laku, nggak normal, atau sejenisnya. Kami nggak pacaran karena itu
memang prinsip kami, dan semata-mata kami lakukan karena Allah. Kami
hanya tidak ingin masa muda kami, yang terjadi hanya sekali ini,
terbuang dengan sia-sia oleh perbuatan bernama pacaran. Sekarang ini,
kami ingin menjalani pendidikan kami sebaik-baiknya, membanggakan Abi
dan Ummi. Dan saat ini, mumpung ada kesempatan, kami juga ingin mengabdi
kepada mereka, membahagiakan mereka. Karena ketika kami sudah menikah,
pengabdian kami kepada mereka mungkin akan berkurang.”
“Selain itu, walaupun kami belum tahu siapa
calon suami kami kelak, namun kami sudah menyayanginya, kami bertekad
menjaga dan memperbaiki diri, menjadi wanita salehah yang berkualitas,
yang membuat pendamping kami kelak, bangga dan bersyukur kepada Allah
karena sudah dijodohkan dengan kami. Kami pun ingin meraih prestasi
sebanyak-banyaknya, agar kami bisa menjadi motivasi dan contoh yang baik
bagi anak-anak kami nantinya.”
Lantas, mereka-mereka yang masih teguh dengan pacarannya pun mungkin akan bertanya “Kalo kalian nggak dapat jodoh gimana?”
“Wahai
ukhti, kami menyerahkan masalah jodoh sepenuhnya kepada Allah. Kami
yakin, Allah sudah mempersiapkan pendamping yang terbaik bagi kami, yang
bisa menjadi pendamping di dunia, maupun di akhirat-Nya. Kami pun
yakin, jodoh kami tidak akan tertukar, yakinlah rencana yang Allah
miliki dan persiapkan adalah sebaik-baiknya rencana di dunia ini.”
Semoga
mereka, yang selalu memandang sebelah mata para muda-mudi yang teguh
untuk tidak pacaran, terbuka hati, mata, dan pikirannya~
Wassalamu’alaikum.
Kamis, 12 November 2015
Sebaik-baiknya Manusia ialah Manusia yang Bermanfaat Bagi Manusia yang Lain
“Hidup
adalah pilihan dan kita hidup akan selalu dihadapkan dengan pilihan”.
Menjajaki bangku kuliah mungkin menjadi salah satu pilihan bagi para
siswa sekolah menengah atas, setelah menyelesaikan masa pendidikan
dibangku sekolah. Akan selalu muncul pertanyaan, Ingin kuliah dimana? Di
kampus mana? dan seterusnya, ketika mereka memutuskan untuk kuliah,
mereka kembali dihadapkan kepada pilihan, jurusan apa yang akan mereka
pilih? apakah jurusan yang sesuai dengan keinginan mereka? sesuai dengan
kemampuan mereka? atau sesuai dengan bakat mereka? dan masih banyak
lagi. Hidup kita akan selalu dihadapkan berbagai pilihan, yang
mengharuskan kita untuk memilih satu diantaranya. Berada di salah satu institut agama islam negeri di kota Lampung, merupakan hal yang menurut
saya, bukan hasil dari pilihan sendiri. Pendidikan Agama bukan jurusan yang
saya cita-citakan sejak kecil bahkan tidak pernah terlintas dalam benak.
Bahkan yang menjadi keinginan terbesar adalah jurusan kedokteran,
tepatnya menjadi seorang dokter spesialis saraf. Namun ketika melalui
banyak perjuangan, akhirnya hasilnya menuntun pada jurusan pendidikan agama islam di IAIN Raden Intan Lampung. Meskipun tidak
sesuai dengan harapan dan angan-angan. Kita patut selalu bersyukur dan
merasa bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah dan itu adalah hal
yang terbaik.
Menjalani
setiap hari sebagai mahasiswa PAI mungkin akan memberikan cerita
tersendiri. Memulai kehidupan yang berbeda dari yang sebelumnya.
Menyandang kata “Maha” menjadi salah satu tugas besar. Ada banyak
harapan yang saya inginkan ketika menjadi seorang mahasiswa. Tentunya
banyak tugas besar yang akan dihadapi.
Bangku perkuliahan tidak akan terlepas dari dunia membaca dan menulis. Tuntutan inilah yang menjadi satu tantangan yang berat bagi diri saya, yang notabenenya adalah seseorang yang tidak mempunyai bakat menulis, bahkan suatu kemauan dalam dunia tersebut. Membaca dan menulis bagi seorang tipe auditori mungkin merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Namun karena suatu keharusan dan kebutuhan, semua hal itu bisa berubah. Yang menjadi hal penting saat memulai menulis adalah kebiasaan, namun kebiasaan tidak akan terbentuk tanpa adanya rasa mengenal dan rasa cinta. Mencintai merupakan hal yang mendasar dan fondasi untuk melakukan sesuatu hal serta untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Bangku perkuliahan tidak akan terlepas dari dunia membaca dan menulis. Tuntutan inilah yang menjadi satu tantangan yang berat bagi diri saya, yang notabenenya adalah seseorang yang tidak mempunyai bakat menulis, bahkan suatu kemauan dalam dunia tersebut. Membaca dan menulis bagi seorang tipe auditori mungkin merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Namun karena suatu keharusan dan kebutuhan, semua hal itu bisa berubah. Yang menjadi hal penting saat memulai menulis adalah kebiasaan, namun kebiasaan tidak akan terbentuk tanpa adanya rasa mengenal dan rasa cinta. Mencintai merupakan hal yang mendasar dan fondasi untuk melakukan sesuatu hal serta untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Organisasi
merupakan wadah bagi para mahasiswa yang menggemari dunia riset dan
pengembangan akademik. Dan saya yakin bahwa organisasi, sebut saja XYZ,
juga akan menjadi jembatan untuk saya agar bisa lebih mengenal dan
mencintai dunia kepenulisan, yang tentunya juga akan menghantar untuk
meraih cita-cita.
Menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain, itulah tujuan besar saya. Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Bisa membanggakan orang tua, bermanfaat bagi orang sekitar, bagi bangsa dan Negara. Bagi Indonesia tercinta ini. Indonesia negeri yang kaya, negeri yang damai. Tapi yang menjadi tugas saat ini adalah mewujudkan suatu mimpi, untuk menjadikan Indonesia, Negara dengan masyarakatnya yang sejahtera dan mandiri, bisa bersanding dengan Negara-negara barat yang telah maju. Kita tahu bahwa Indonesia saat ini masih sangat tertinggal dari Negara-negara yang lain, bahkan masih tertinggal jauh oleh Singapore dan Malaysia yang masih serumpun dengan Indonesia. Apa yang membuat kiranya Indonesia belum bisa menyamai Negara-negara yang lain. Kita adalah negeri yang kaya, negeri dengan banyak penduduk yang tentunya memiliki banyak SDM. Namun hal tersebut terjadi karena kebanyakan dari kita hanya mementingkan diri sendiri, menganggap bahwa hidup itu milik pribadi tanpa berbagi dengan yang lain.
Menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain, itulah tujuan besar saya. Rasulullah mengatakan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Bisa membanggakan orang tua, bermanfaat bagi orang sekitar, bagi bangsa dan Negara. Bagi Indonesia tercinta ini. Indonesia negeri yang kaya, negeri yang damai. Tapi yang menjadi tugas saat ini adalah mewujudkan suatu mimpi, untuk menjadikan Indonesia, Negara dengan masyarakatnya yang sejahtera dan mandiri, bisa bersanding dengan Negara-negara barat yang telah maju. Kita tahu bahwa Indonesia saat ini masih sangat tertinggal dari Negara-negara yang lain, bahkan masih tertinggal jauh oleh Singapore dan Malaysia yang masih serumpun dengan Indonesia. Apa yang membuat kiranya Indonesia belum bisa menyamai Negara-negara yang lain. Kita adalah negeri yang kaya, negeri dengan banyak penduduk yang tentunya memiliki banyak SDM. Namun hal tersebut terjadi karena kebanyakan dari kita hanya mementingkan diri sendiri, menganggap bahwa hidup itu milik pribadi tanpa berbagi dengan yang lain.
Namun
saat ini, di usia ke dua puluh tahun ini, selalu terpatri sebuah
pertanyaan, hal apa saja yang telah kuberikan untuk Negara ini? Sungguh
memalukan jika waktu habis namun tidak memberikan makna dalam hidup.
Belum ada hal yang dapat saya lakukan untuk Negeri ini. Kita selalu
menuntut kepada Negara ini, selalu meminta kepada Negara ini, dengan
beribu tuntutan dan permintaan. Tapi tak satu pun hal yang pernah kita
berikan kepada Negeri kita ini. Jangan pernah mengatakan “Apa yang
Indonesia berikan kepada kita? Tapi tanyakan pada diri kita
masing-masing. Apa yang telah kita berikan kepada Negara ini? Meskipun
saya tidak memiliki pengalaman dalam dunia riset namun saya memiliki
kemauan yang sangat kuat untuk bisa menjadi manusia yang bermanfaat.
Manusia yang ingin berbagi dan bermanfaat bagi yang lain. Hal apa yang
akan saya lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi? Tentunya berawal dari
langkah-langkah atau hal-hal kecil. Memulai dengan mengasah potensi
diri, mengembangkan wawasan, memperluas cakrawala pengetahuan. Kemudian
mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapatkan.
Menjadi
seorang guru pernah terlintas dibenak ini, ketika menduduki bangku
sekolah menengah pertama. Saya sangat senang ketika pulang dari sekolah
kemudian mengajak semua anak-anak tetangga untuk berkumpul di lapangan
sempit yang letaknya disamping kanan rumah. Saya mengajari mereka dengan
permainan-permainan berhitung bahkan permainan menguji konsentrasi.
Suatu kesenangan tersendiri melihat mereka tersenyum dan merasa bahagia.
Menjadi seorang dosen merupakan salah satu hal yang termasuk dalam list
mimpi-mimpi saya. Namun realita yang terjadi sekarang adalah banyak
guru-guru di sekolah yang tidak berkualitas dan tidak menemukan
substansi dari tujuan mereka. Mereka hanya melihat dan berpikir dari
sudut pandang keharusan untuk memenuhi dan melengkapi kebutuhan.
Mengajar dan diajar hanya menjadi satu kegiatan formalitas yang
didalamnya tidak mengandung makna sedikit pun. Bermimpi agar bisa
menjadi dosen yang diteladani bagi mahasiswa, menjadi dosen yang
mempunyai sejuta pengetahuan yang siap dibagikan kepada para mahasiswa,
untuk mencetak manusia-manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Yang tentunya akan memberikan perubahan kepada Indonesia , Negara
tercinta kita ini. Karena semua orang mengetahui bahwa sesuatu yang
besar itu berawal dari hal yang sangat kecil.
Mulai
berkarya akan menjadi langkah saya selanjutnya. Dengan kemauan yang
kuat akan memberi jalan untuk meraih semua mimpi-mimpi. Menghasilkan
karya- karya nyata penuh manfaat adalah step yang mesti dilakukan.
Mewujudkan mimpi besar untuk menjadi manusia yang bermanfaat, menjadi
anak yang membanggakan orang tua, menjadi individu yang bisa berguna
bagi masyarakat serta memberikan kontribusi terbaik untuk Negara ini,
bersama XYZ adalah sebuah harapan untuk sebuah kendaraan yang akan
menghantarkan saya pada mimpi besar. Harapannya, XYZ akan menemani saya
untuk terus berusaha dan berjuang dalam membangun potensi diri, serta
bisa berkontribusi untuk Negara ini. XYZ dapat membuat rasa cinta saya
kepada dunia menulis menjadi semakin besar. Dari yang awalnya tidak
menyukai hal yang berkenaan dengan menulis, membuat saya mengubah tujuan
awal untuk menulis. Menulis bukanlah sebuah tuntutan lagi untuk menjadi
seorang mahasiswa tapi keharusan untuk berkarya nyata agar bisa
bermanfaat bagi individu yang lain. Bersama XYZ berkarya dalam meraih
mimpi besar serta memberikan hal yang terbaik untuk Negeri tercinta
INDONESIA. Cintai langkahmu, raih mimpimu untuk Indonesia.
Selasa, 30 Juni 2015
Persahabatan ?
Persahabatan ? Apa sih yang
kalian tahu tentang persahabatan ? Apa kalian punya sahabat ? Atau pernah punya
sahabat ?
Persahabatan… saya nggak tahu ya arti dari sebuah persahabatan itu sendiri apa.
Tapi saya punya sahabat. Setiap tingkat sekolah, saya punya sahabat. Sampai
sekarang saya masih bersahabat dengan mereka semua. Saya harap sih bisa
selamanya, seperti sebutan “BFF” pada umumnya itu.
Menurut saya, persahabatan itu kedudukannya berada diatas pacar dan dibawah
keluarga. Lebih tepatnya di tengah-tengah. Sahabat bagi saya itu penting
sekali. Selain bisa saling mendukung, kita juga bisa berbagi. Tapi ada kalanya
persahabatan itu nggak selamanya indah. Sama seperti cinta.
Dari
setiap tingkat saya sekolah, saya hampir selalu mengalami perdebatan dengan
para sahabat. Mungkin sih sepele, tapi menurut saya ini hal yang rumit. Bahkan
lebih rumit dari sekedar punya pacar. Berdasarkan pengalaman yang saya dapat,
para sahabat saya bisa menjadi musuh hanya karena masalah laki-laki. Selain itu,
bisa juga mereka perang dingin tanpa tahu kesalahan masing-masing dimana.
Persahabatan kadang lebih buruk daripada cinta.
Yang saya harapkan dari sebuah persahabatan adalah kebersamaan. Terkadang ego
mampu mengalahkan segalanya. Hanya kejujuran yang bisa membuat persahabatan
menjadi lebih “Awet”. Persahabatan seharusnya indah. Bersama sahabat kita
seharusnya bisa menjadi sesuatu. Sesuatu yang berharga dan sesuatu yang tidak
ternilai harganya dari hal apapun. Jelas, persahabatan tak bisa digantikan
dengan apapun. Mungkin itu sesungguhnya arti persahabatan. Kunci persahabatan
agar tetap utuh dan satu adalah kebersamaan dan kejujuran.
Semoga setiap orang dapat menemukan sahabatnya masing-masing. Karena
tidak ada seorang manusia yang mampu hidup sendiri sebab manusia selalu
membutuhkan orang lain untuk dapat hidup.
Jumat, 12 Juni 2015
NGAMPUS : Antara Semangat Dan Malas
Ngampus bisa jadi hal
yang menyenangkan namun disisi lain bisa juga menjadi hal yang menyebalkan.
Maklum Mahasiswa biasanya kurang konsisten. Tujuan kita kuliah banyak, ada yang
bener-bener niat kuliah, ada yang hanya untuk ngecengin cewek, ada juga yang
terpaksa karena kemauan orang tua dan ada juga yang lainnya yang kalo saya
sebutkan harus tanya ke ribuan Mahasiswa yang ada.
Bagi Mahasiswa yang bener-bener niat kuliah 'awalnya' banyak cobaan, halangan, dan rintangan yang menghadang. Kelihatan sepele memang, namun itu bisa jadi penyemangat namun disisi lain itu bisa menjadikan kita males buat ngampus.
Mahasiswa mencoba merangkumnya dari berbagi sumber yang terpercaya tergantung peresepsi kita masing-masing. Apa sajakah hal-hal yang bisa buat kita Mahasiswa semangat kuliah dan juga membuat kita males kuliah. Silahkan dibaca dengan seksama dan dengan tempo semaunya.
Semangat dan Malas #1
Semangat : Temen cewek sekelasnya cakep-cakep
Males : Sekelas temennya cowok semua. Sekalipun ada cewek wajahnya mendekati cowok
Semangat dan Males #2
Semangat : Cuaca lagi mendukung, ngampus sekalian nyari udara segar
Males : Cuaca lagi panas, mending bobok imoet di kamar sambil ngadem
Semangat dan Males #3
Semangat : Ngampus biar dapet duit jajan
Males : Ngampus gak ngampus kantong hangus
Semangat dan Males #4
Semangat : Ngampus bisa nongkrong sama temen dari pada di rumah disuruh mulu
Males : Hari ini temen-temen pada TA (titip absen), mending di kost molor sambil narik kolor
Semangat dan Males #5
Semangat : Dosen killer kayak hitler, mending masuk dari pada gak bisa ujian
Males : Dosen nyantai walapun bolos bisa TA
Semangat dan Males #6
Semangat : Deadline tugas, kalo gak ngumpul bareng adek di kelas
Males : Dapet dosen baik hati, tugas gak penting yang penting ujian masuk
Semangat dan Males #7
Semangat : Temen ada yang ultah, dapat makan gratis
Males : Hari ini ane ultah, perasaan jadi gak enak
Itulah Mas Bro dan Mba Bro yang biasanya jadi penyemangat dan penghalang buat kita Mahasiswa ngampus. Mungkin ada yang mau Mas Bro dan Mba Bro tambahkan?
Rabu, 01 April 2015
Selasa, 31 Maret 2015
PENELITIAN KUALITATIF
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari seperangkat
kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis
lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam
menunjukkan ini.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu
adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda
dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan
memaparkan tentang konsep dasar penelitian kualitatif, tahap-tahap penelitian dalam penelitian
kualitatif, data penelitian kualitatif dan instrument serta teknik pengumpulan
data kualitatif.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah konsep dasar penelitian
kualitatif?
2.
Bagaimana tahapan-tahapan penelitian
kualitatif?
3.
Apa saja data penelitian kualitatif?
4.
Bagaimana instrument dan teknik
pengumpulan data kualitatif?
C.
Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas dosen pembimbing, makalah
ini ditulis juga dengan tujuan untuk memberi gambaran bagaimana penelitian kualitatif.
BAB. II
Pembahasan
A.
Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan landasan teori dilakukan
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif
disebut juga dengan interpretative research, naturalistic research, atau
phenomenological research.
Metode
penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif.
Objek
penelitian kualitatif adalah seluruh bidang
atau aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu
yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya
atau dalam keadaan sewajarnya (natural setting), mungkin berkenaan dengan
aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum, administrasi,
agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam
kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang
bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas.
Penelitian
kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir,
tentang hubungan datta yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam
masalah yang akan diungkapkan.
B.
Tahap Penelitian Kualitatif
Pendekatan
dan teori yang menjadi akar dari penelitian kualitatif pada intinya memiliki
ciri-ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan dan teori yang
menjadi akar dari penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, prosedur dan
tahap-tahap yang harus dilalui untuk melakukan penelitian kualitatif juga
berbeda dari prosedur dan tahap-tahap penelitian kuantitatif. Prosedur dan
tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan kualitatif adalah sebagai
berikut:
1.
Menetapkan Fokus Penelitian
Prosedur penelitian
kualitatif mendasarkan pada logika berfikir induktif sehingga perencanaan
penelitiannya bersifat sangat fleksibel. Walaupun bersifat fleksibel,
penelitian kualitatif harus melalui tahap-tahap dan prosedur penelitian yang
telah ditetapkan. Hal
pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif
adalah menetapkan research
question. Research question yang dalam penelitian
kualitatif disebut sebagai “Fokus Penelitian”, adalah pertanyaan tentang
hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut.
Dalam
penelitian kualitatif tidak dirumuskan dan ditulis dalam format yang kaku.
Format penulisan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bisa sangat
beragam dan tidak harus dalam bentuk pertanyaan. Fokus
penelitian dapat ditulis dengan berbagai bentuk, bahkan sering kali fokus penelitian
ditulis dalam kalimat-kalimat yang meliputi beberapa alinea. Walaupun fokus penelitian
tidak dirumuskan secara ketat dan dapat mengalami perubahan selama proses
penelitian, tetapi fokus penelitian harus ditetapkan pada awal penelitian
karena fokus penelitian berfungsi untuk “memberi batas” hal-hal yang akan
diteliti. Fokus penelitian berguna dalam memberikan arah selama proses
penelitian, utamanya pada saat pengumpulan data, yaitu untuk membedakan antara
data mana yang relevan dengan tujuan penelitian kita. Fokus penelitian ini
selalu disempurnakan selama proses penelitian dan bahkan memungkinkan untuk
diubah pada saat berada di lapangan.
2.
Menetukan Setting dan Subyek Penelitian
Sebagai sebuah metode
penelitian yang bersifat holistic, setting penelitian dalam
penelitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting dan telah ditentukan
ketika menetapkan fokus penelitian. Setting dan subyek
penelitian merupakan suatu kesatuan yang telah ditentukan sejak awak
penelitian. Setting penelitian ini menunjukkan komunitas yang
akan diteliti dan sekaligus kondisi fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian
kualitatif, setting penelitian akan mencerminkan lokasi
penelitian yang langsung “melekat” pada fokus penelitian yang telah ditetapkan
sejak awal. Setting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali
fokus penelitiannya diubah. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
baru menentukan lokasi penelitian setelah ditetapkan beberapa hal sebelumnya,
seperti research question (rumusan masalah penelitian)
populasi dan sampel.
Penelitian kualitatif tidak
dimaksutkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu,
pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek
penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang
diperlukan selama proses penelitian.
3.
Pengumpulan Data, Pengholahan Data, dan Analisis
Data
Penelitian kualitatif
merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan
data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama
proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus
dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlah dilakukan
setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan,
peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan.
Sebaliknya pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke lapangan
untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali.
Pada penelitian kualitatif,
prosedur penelitaian tidak distandarisasi dan bersifat fleksibel. Jadi yang ada
adalah petunjuk yang dapat dipakai, tetapi bukan aturan. Ada beberapa metode
pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian
bisa dikatakan bahwa metode yang paling pokok adalah pengamatan atau obserbasi
dan wawancara mendalam atau in-depth interview.
Hal
yang perlu diperhatikan sebelum dan pada saat pengumpulan data, seperti
mencari key informan yang akan dijadikan sumber informasi
tentang orang-orang yang diteliti, mengadakan pendekatan-pendekatan serta
menciptakan suasana yang ‘enak’ sebelum memulai suatu wawancara. Hasil
pengamatan dan wawancara mendalam direkam dan dicatat secara sistematis.
Pengolahan data dalam
penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengategorikan
data berdasarkan beberapa tema sesuai fokua penelitiannya. Pengolahan data
kualitatif ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan computer.
4.
Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian
data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh
karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan
tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan
tidak beupa table-tabel dengan ukuran statistik. Sering kali data disajikan
dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata terwawancara sendiri. Kata
kata itu ditulis apa adanya dengan menggunakan bahasa asli informan (misalnya
bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa khusus) yang dalam penelitian kualitatif
sering disebut sebagai “Transkrip”. Selain itu, hasil penelitian kualitatif
juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu deskripsi
tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian
pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri.
C.
Data Penelitian
Kualitatif
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.[1] Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu para pihak yang dijadikan informan
penelitian.
Sumber sekunder merupakan berbagai teori dan informasi yang diperoleh yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.[2] Sumber data sekunder dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang masalah
penelitian.[3]
D.
Instrumen &
Teknik Pengumpulan Data.
Terdapat dua hal utama yang
mempengarui kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian
dan kualitas pengumpulan data, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan
validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data-data. Oleh
karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum
tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.[4]
Sukidin,
dkk berpendapat bahwa Instrumen Valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur misalnya bahwa penggaris adalah alat yang valid untuk
mengukur panjang, bukan untuk mengukur berat. Sedangkan instrumen reliable
adalah instrumen yang konsisten (tepat/akurat) dalam mengukur yang seharusnya
diukur.[5]
Menurut
Sutrisno Hadi, bahwa yang menjadi instrumen yang valid itu memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1.
Pengukuran
dengan alat pengukur yang lain sebagi predictor
2.
Adanya
standisasi group tertentu untuk mengadakan observasi sebagai sebuah kriterium
3.
Diselidiki
ada atau tidaknya kecocokan antara hasil prediktor dengan hasil kriterium.[6]
Punaji
Setyosari berpendapat bahwa validitas terbagi menjadi 2 yaitu validitas logis,
yakni diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika
instrumen itu dicapai menurut validitas yang dikehendaki dan validitas empiris,
yaitu validitas yang diperoleh berdasarkan pengalaman.[7]
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa di dalam penyusunan instrumen
pengumpulan data suatu penelitian, data yang dihasilkan nanti harus mempunyai
kebenaran yang dapat diukur serta mempunyai konsistensi kebenaran terhadap
suatu objek sehingga adanya relevansi antara hipotesa dan kenyataan yang
diperoleh melalui pengalaman secara optimal yang dengannya kesahihan penelitian
dapat diterima secara logis oleh akal.
Jenis
instrumen pengumpulan data, disebut juga alat evaluasi. Menurut Mulyasa, secara
garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu instrumen tes dan non tes.[8]Instrumen tes merupakan
serentetan pertanyaan, lembar kerja atau sejenisnya yang dapat dipergunakan
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek
penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri
dari butir-butir soal, baik itu yang ada pada angket, observasi atau wawancara.
Contohnya adalah tes formatif, baik yang bersifat objektif (multiple choice)
atau Essay. Sedangkan instrumen non tes merupakan instrumen yang berupa
selain dari pada bentuk pertanyaan-pertanyaan, tetapi biasanya berupa
dokumentasi sebagai portofolio.
Dalam
penelitian ada banyak instrumen atau teknik yang dapat digunakan dalam
mengumpulkan data. Namun dalam penelitian kualitatif, dominan yang banyak
digunakan oleh peneliti ada 5 macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi,
wawancara, dokumentasi, angket dan gabungan atau triangulasi.[9]
1.
Pengumpulan data dengan observasi.
Nasution menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Mursall menyatakan bahwa “through observation, the researcher
learn about behavior and the meaning attached to those behavior”melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.[10] Sanafiah Faisal membedakan observasi menjadi 3 bagian, yaitu:[11]
a.
Observasi
Partisipatif (participant observastion).
Observasi partisipatif
merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban
yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan
dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.[12]
Susan Stainback menyatakan
bahwa “in participant observation, the researcher observes what people
do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas
mereka.[13]
Dalam observasi
partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di
lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori
peran partisipan dilapangan yaitu:
1)
Peran
serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota penuh
dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang
diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
2)
Peran
serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai pengamat.
Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura
saja, sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian yang
sesungguhnya.
3)
Pengamat
sebagai pemeranserta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut
melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun
belum sepenuhnya.
4)
Pengamat
penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah,
informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.[14]
b.
Observasi
terus terang atau tersamar.
Dalam observasi peneliti
dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data kepada
masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam
penelitian”.[15] Pada
tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya oleh orang
yang diteliti.[16]
c.
Observasi
tak berstruktur.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini
dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan di
amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Oleh karena itu
peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik,
melakukan analisis dan kemudian di buat kesimpulan.[17]
Dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus
observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah
penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi
dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Spradley mengatakan dalam
penelitian kualitatif memiliki tahapan dan objek yang observasi. Tahapan
observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi
terseleksi.[18] Objek
yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan
(aktivitas).[19]
Dari ketiga objek tersebut
dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat)
dalam asfek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi;
Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu
benda-benda yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan
tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut
urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang
dirasakan dan dinyatakan.[20]
2.
Pengumpulan data dengan wawancara.
Esterberg mendefinisikan
interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information
and idea through question and responses, resulting in-communication and joint
construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.[21]
Esterberg mengemukakan
beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara terstruktur (structured interview);
Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur
(unstructured Interview).[22]
Lincoln and Guba dalam
Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara
unyuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a.
Menetapkan
kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b.
Menyimpan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c.
Mengawali
atau membuka alur wawancara
d.
Mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
e.
Menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
f.
Mengidentifikasikan
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.[23]
Beberapa jenis yang dapat
dinyatakan dalam wawancara adalah:
a.
Pengalaman
dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim
dikerjakannya
b.
Pendapat,
pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu,
c.
Perasaan,
respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga,
jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
d.
Pengetahuan,
fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
e.
Penginderaan,
apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan secara
deskriptif.
f.
Latar
belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.[24]
Beberapa aspek di atas
dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap sesuatu yang hendak
ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang
apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Pada
intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah
penelitian atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu
terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan
kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus
melakukan wawancara.[25]
3.
Pengumpulan data dengan dokumenter
Dokumenter (documentary
study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dokumen-dokumen yang dihimpun yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.[26]
Dokumen adalah merupakan
catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau
karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan,
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan,
prasasti dan lain sebagainya.[27]
Secara interpretatif dapat
diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau
dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan
dekomen-dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi
publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data
statistik pengajaran.[28]
Nasution menjelaskan
bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain adalah
dokumen, foto dan bahan statistik.[29]
Dokumen digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut memiliki
nilai. Menurut Wang dan Soergel, nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut:
a.
Evistemic
values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi pemenuhan
kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak atau belum diketahui.
Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b.
Functional
values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi
konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi
teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
c.
Condotional
values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi atau
syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen
tersebut.
d.
Social
values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan
kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat,
kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.[30]
Jadi hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah
pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
4.
Pengumpulan data dengan triangulasi
Dalam teknik pengumpulan
data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi
teknik, berarti peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Susan stainback menyatakan
bahwa tujuan triangulasi adalah “the aim is not to determine truth about
some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase
one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari
triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.[31]
Tujuan penelitian
kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada
pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya,
mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan tiori,
tidak sesuai dengan hukum.
Oleh karena itu dengan
menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh
akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi lebih meningkatkan
kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir
induktif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting
fenomenanya yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada
kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan
sesuatu yang unik dan berbeda dengan yang lain karena ada perbedaan konteks Penelitian kualitatif
menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang
hubungan datta yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah
yang akan diungkapkan.
B.
Saran
Penulis menyadari
bahwasanya makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah di lain kesempatan.
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengejaran Agama Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka
Setia,2008), hlm.107-108.
Hendrarso,
Emy Susanti. 2011. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Sosial,(Jakarta: GP.Press,2008),hlm.77.
Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 88
Michael
Quninn Patton, Qualitative Evaluation Methodes, (Sage Publications,
Baverly Hills, 1980), hlm. 131-132.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta: 2008.
Mulyasa, Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, hlm.203
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216
Nasution, Metode
Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992). Hlm. 85.
Punaji
Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta
: Prenada Media Group, cet. Ke-2, hlm.205
Satori,
Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 117.
Sudjana, Metode
& Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production, 2001.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.72.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 65
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.193.
Sukidin,
dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Insan
Cendekia, cet.ke-4, hlm.100.
Sutrisno
Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23,
1994, hlm.123
Zuhairini,
Dkk; Metodik Khusus
Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha
Nasional, 1981.
[1] Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka
Setia,2008), hlm.107-108.
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.193.
[3] Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta:
GP. Press, 2008), hlm.77.
[4] Sugiyono, Loc. Cit.
[5] Sukidin,
dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Cet.ke-4, Jakarta: Insan
Cendekia, hlm.100.
[6] Sutrisno Hadi, Meteologi
Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994, hlm.123
[7] Punaji
Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta
: Prenada Media Group, cet. Ke-2, hlm.205
[8] Mulyasa, Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, hlm.203
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216
[10] Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm.203.
[11] Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 88
[12] Satori,
Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta,
2009),
hlm. 117.
[13] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 65
[14] Michael
Quninn Patton, Qualitative Evaluation Methodes, (Sage Publications,
Baverly Hills, 1980), hlm. 131-132.
[15] Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 91
[16] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 312
[17] Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta:
GP.Press,2008),hlm.77-79
[18]Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 92-93
[19] Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 95
[20] Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 96
[21] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.72.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 319.
[23] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 322
[24] Kaelan, M.S., Metode
Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta:
Paradigma, 2010), hlm. 110-111
[25] Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm. 197-198
[26] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.221-222.
[27] Kaelan,
M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
(Yokyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 113
[28] Satori,
Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 147.
[29] Nasution,
Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992). Hlm. 85.
[30] Satori,
Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 152.
[31] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 330.
Langganan:
Postingan (Atom)