Selasa, 31 Maret 2015

PENELITIAN KUALITATIF



BAB I
Pendahuluan
A.                Latar Belakang
Dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari seperangkat kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam menunjukkan ini.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan memaparkan tentang konsep dasar penelitian kualitatif, tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif, data penelitian kualitatif dan instrument serta teknik pengumpulan data kualitatif.

B.                 Rumusan Masalah
1.             Apakah konsep dasar penelitian kualitatif?
2.             Bagaimana tahapan-tahapan penelitian kualitatif?
3.             Apa saja data penelitian kualitatif?
4.             Bagaimana instrument dan teknik pengumpulan data kualitatif?
C.           Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas dosen pembimbing, makalah ini ditulis juga dengan tujuan untuk memberi gambaran bagaimana penelitian kualitatif.




BAB. II
Pembahasan
A.                Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan landasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif disebut juga dengan interpretative research, naturalistic research, atau phenomenological research.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang atau aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya (natural setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas.
Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan datta yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan.
B.                 Tahap Penelitian Kualitatif
Pendekatan dan teori yang menjadi akar dari penelitian kualitatif pada intinya memiliki ciri-ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan dan teori yang menjadi akar dari penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui untuk melakukan penelitian kualitatif juga berbeda dari prosedur dan tahap-tahap penelitian kuantitatif. Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan kualitatif adalah sebagai berikut:
1.                  Menetapkan Fokus Penelitian
Prosedur penelitian kualitatif mendasarkan pada logika berfikir induktif sehingga perencanaan penelitiannya bersifat sangat fleksibel. Walaupun bersifat fleksibel, penelitian kualitatif harus melalui tahap-tahap dan prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah menetapkan research question. Research question yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai “Fokus Penelitian”, adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut.
Dalam penelitian kualitatif tidak dirumuskan dan ditulis dalam format yang kaku. Format penulisan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bisa sangat beragam dan tidak harus dalam bentuk pertanyaan. Fokus penelitian dapat ditulis dengan berbagai bentuk, bahkan sering kali fokus penelitian ditulis dalam kalimat-kalimat yang meliputi beberapa alinea. Walaupun fokus penelitian tidak dirumuskan secara ketat dan dapat mengalami perubahan selama proses penelitian, tetapi fokus penelitian harus ditetapkan pada awal penelitian karena fokus penelitian berfungsi untuk “memberi batas” hal-hal yang akan diteliti. Fokus penelitian berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian, utamanya pada saat pengumpulan data, yaitu untuk membedakan antara data mana yang relevan dengan tujuan penelitian kita. Fokus penelitian ini selalu disempurnakan selama proses penelitian dan bahkan memungkinkan untuk diubah pada saat berada di lapangan.
2.                  Menetukan Setting dan Subyek Penelitian
Sebagai sebuah metode penelitian yang bersifat holistic, setting penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting dan telah ditentukan ketika menetapkan fokus penelitian. Setting dan subyek penelitian merupakan suatu kesatuan yang telah ditentukan sejak awak penelitian. Setting penelitian ini menunjukkan komunitas yang akan diteliti dan sekaligus kondisi fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian kualitatif, setting penelitian akan mencerminkan lokasi penelitian yang langsung “melekat” pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal. Setting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali fokus penelitiannya diubah. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang baru menentukan lokasi penelitian setelah ditetapkan beberapa hal sebelumnya, seperti research question (rumusan masalah penelitian) populasi dan sampel.
Penelitian kualitatif tidak dimaksutkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
3.                  Pengumpulan Data, Pengholahan Data, dan Analisis Data
Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlah dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke lapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali.
Pada penelitian kualitatif, prosedur penelitaian tidak distandarisasi dan bersifat fleksibel. Jadi yang ada adalah petunjuk yang dapat dipakai, tetapi bukan aturan. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang paling pokok adalah pengamatan atau obserbasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview
Hal yang perlu diperhatikan sebelum dan pada saat pengumpulan data, seperti mencari key informan yang akan dijadikan sumber informasi tentang orang-orang yang diteliti, mengadakan pendekatan-pendekatan serta menciptakan suasana yang ‘enak’ sebelum memulai suatu wawancara. Hasil pengamatan dan wawancara mendalam direkam dan dicatat secara sistematis.
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokua penelitiannya. Pengolahan data kualitatif ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan computer.
4.                  Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan tidak dalam bentuk angka, penyajian biasanya berbentuk uraian kata-kata dan tidak beupa table-tabel dengan ukuran statistik. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata terwawancara sendiri. Kata kata itu ditulis apa adanya dengan menggunakan bahasa asli informan (misalnya bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa khusus) yang dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai “Transkrip”. Selain itu, hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam bentuk life history, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri.
C.                Data Penelitian Kualitatif
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.[1] Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu para pihak yang dijadikan informan penelitian.
Sumber sekunder merupakan berbagai teori dan informasi yang diperoleh yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.[2]  Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan tentang masalah penelitian.[3]
D.                Instrumen & Teknik Pengumpulan Data.
 Terdapat dua hal utama yang mempengarui kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data-data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.[4]
Sukidin, dkk berpendapat bahwa Instrumen Valid adalah instrumen yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur misalnya bahwa penggaris adalah alat yang valid untuk mengukur panjang, bukan untuk mengukur berat. Sedangkan instrumen reliable adalah instrumen yang konsisten (tepat/akurat) dalam mengukur yang seharusnya diukur.[5]
Menurut Sutrisno Hadi, bahwa yang menjadi instrumen yang valid itu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.                  Pengukuran dengan alat pengukur yang lain sebagi predictor
2.                  Adanya standisasi group tertentu untuk mengadakan observasi sebagai sebuah kriterium
3.                   Diselidiki ada atau tidaknya kecocokan antara hasil prediktor dengan hasil kriterium.[6]
Punaji Setyosari berpendapat bahwa validitas terbagi menjadi 2 yaitu validitas logis, yakni diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen itu dicapai menurut validitas yang dikehendaki dan validitas empiris, yaitu validitas yang diperoleh berdasarkan pengalaman.[7]
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa di dalam penyusunan instrumen pengumpulan data suatu penelitian, data yang dihasilkan nanti harus mempunyai kebenaran yang dapat diukur serta mempunyai konsistensi kebenaran terhadap suatu objek sehingga adanya relevansi antara hipotesa dan kenyataan yang diperoleh melalui pengalaman secara optimal yang dengannya kesahihan penelitian dapat  diterima secara logis oleh akal.
Jenis instrumen pengumpulan data, disebut juga alat evaluasi. Menurut Mulyasa, secara garis besar terbagi menjadi dua macam, yaitu instrumen tes dan non tes.[8]Instrumen tes merupakan serentetan pertanyaan, lembar kerja atau sejenisnya yang dapat dipergunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri dari butir-butir soal, baik itu yang ada pada angket, observasi atau wawancara. Contohnya adalah tes formatif, baik yang bersifat objektif (multiple choice) atau Essay. Sedangkan instrumen non tes  merupakan instrumen yang berupa selain dari pada bentuk pertanyaan-pertanyaan, tetapi biasanya berupa dokumentasi sebagai portofolio.
Dalam penelitian ada banyak instrumen atau teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data. Namun dalam penelitian kualitatif, dominan yang banyak digunakan oleh peneliti ada 5 macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan gabungan atau triangulasi.[9]
1.                  Pengumpulan data dengan observasi.
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Mursall menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[10] Sanafiah Faisal membedakan observasi menjadi 3 bagian, yaitu:[11]
a.                   Observasi Partisipatif (participant observastion).
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.[12]
Susan Stainback menyatakan bahwa “in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.[13]
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran partisipan dilapangan yaitu:
1)                  Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
2)                  Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai pengamat. Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.
3)                  Pengamat sebagai pemeranserta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun belum sepenuhnya.
4)                  Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.[14]



b.                  Observasi terus terang atau tersamar.
Dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam penelitian”.[15] Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti.[16]
c.                   Observasi tak berstruktur.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian di buat kesimpulan.[17]
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Spradley mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan dan objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi.[18] Objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan (aktivitas).[19]
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam asfek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.[20]
2.                  Pengumpulan data dengan wawancara.
Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in-communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.[21]
Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).[22]
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara unyuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a.                   Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b.                  Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c.                   Mengawali atau membuka alur wawancara
d.                  Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
e.                   Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
f.                   Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.[23]
Beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
a.                   Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya
b.                  Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu,
c.                   Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
d.                  Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
e.                   Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
f.                   Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan sebagainya.[24]
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.[25]
3.                  Pengumpulan data dengan dokumenter
Dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-doumen,baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.[26]
Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yangtelah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.[27]
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan dekomen-dekumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.[28]
Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.[29]
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel, nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a.                   Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak atau belum diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b.                  Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
c.                   Condotional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.
d.                  Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.[30]
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah, ditempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

4.                  Pengumpulan data dengan triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Susan stainback menyatakan bahwa tujuan triangulasi adalah “the aim is not to determine truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.[31]
 Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan informan salah, karena tidak sesuai dengan tiori, tidak sesuai dengan hukum.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.




BAB III
Penutup
A.           Kesimpulan
Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomenanya yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan yang lain karena ada perbedaan konteks Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan datta yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan.

B.       Saran
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah di lain kesempatan.






Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengejaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm.107-108.
Hendrarso, Emy Susanti. 2011. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta: GP.Press,2008),hlm.77.
Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 88
Michael Quninn Patton, Qualitative Evaluation Methodes, (Sage Publications, Baverly Hills, 1980), hlm. 131-132.
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta: 2008.
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,  hlm.203
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992). Hlm. 85.
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta : Prenada Media Group, cet. Ke-2, hlm.205
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 117.
Sudjana, Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production, 2001.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.72.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 65
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.193.
Sukidin, dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Insan Cendekia, cet.ke-4, hlm.100.
Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994, hlm.123
Zuhairini, Dkk; Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.



[1] Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm.107-108.
[2] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.193.
[3] Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta: GP. Press, 2008), hlm.77.
[4] Sugiyono, Loc. Cit.
[5] Sukidin, dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Cet.ke-4, Jakarta: Insan Cendekia, hlm.100.
[6] Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994, hlm.123
[7] Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan, Jakarta : Prenada Media Group, cet. Ke-2, hlm.205
[8] Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,  hlm.203
[9] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.216
[10] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm.203.
[11] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 88
[12] Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
     2009), hlm. 117.
[13] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 65
[14] Michael Quninn Patton, Qualitative Evaluation Methodes, (Sage Publications, Baverly Hills, 1980), hlm. 131-132.
[15] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 91
[16] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 312
[17] Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial,(Jakarta: GP.Press,2008),hlm.77-79
[18]Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,  2010), hlm. 92-93
[19] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,  2010), hlm. 95
[20] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 96
[21] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.72.
[22] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 319.
[23] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 322
[24] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,  (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 110-111
[25] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2009),hlm. 197-198
[26] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2009),hlm.221-222.
[27] Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yokyakarta: Paradigma,   2010), hlm. 113
[28] Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009), hlm. 147.
[29]   Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992). Hlm. 85.
[30]  Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 152.
[31] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2012), cet. Xv, hlm. 330.