Jumat, 20 Mei 2016

Biografi Hasan Al-Basri


Nama asli dari Hasan Al-Basri adalah Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar. Beliau dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasaar, budak Zaid bin Tsabit. tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang shiffin, ada sumber lain yang menyatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al- Khattab. Khoiroh adalah bekas pembantu dari Ummu Salamah yang bernama asli Hindi Binti Suhail yaitu istri Rosullullah SAW. Sejak kecil Hasan Al-Basri sudah dalam naungan Ummu Salamah. Bahkan ketika ibunya menghabiskan masa nifasnya Ummu Salamah meminta untuk tinggal di rumahnya. Dan juga nama Hasan Al-Basri itupun pemberian dari Ummu Salamah. Ummu Salamahpun terkenal dengan seorang puteri Arab yang sempurna akhlaknya serta teguh pendiriannya. Para ahli sejarah menguraikan bahwa Ummu Salamah paling luas pengetahuannya diantara para istri-istri Rosullah SAW lainnya. Seiring semakin akrabnya hubungan Hasan Al-Basri dengan keluarga Nabi, berkesempatan untuk bersuri tauladan kepada keluarga Rosullulahdan menimba ilmu bersama sahabat di masjid Nabawy.
Dan ketika menginjak 14 tahun, Hasan Al-Basri pindah ke kota Basrah ( Iraq ). Disinilah kemudian beliau mulai dengan sebutan Hasan Al-Basri. Kota Basrah terkenal dengan kota ilmu dalam daulah Islamiyyah. Banyak dari kalangan sahabat dan tabi’in yang singgah di kota ini. Banyak orang berdatangan untuk menimba ilmu kepada beliau. Karena perkataan serta nasehat beliau dapat menggugah hati sang pendengar.
Kemudian pada tahun 110 H, tepatnya pada malam jum’at diawal bulan Rajab beliau kembali ke rahmatullah pada usianya yang ke 80 tahun. Banyak dari penduduk Basrah yang mengantarkan sampai ke pemakaman beliau. Mereka merasa sedih serta kehilangan ulama besar, yang berbudi tinggi, soleh serta fasih lidahnya.
  1. Pemikiran Tasawufnya
Dalam pengenalan Tasawuf beliau mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehinggan ajaran itu melekat pada dirinya sikap maupun perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dan kemudian beliau dikenal sebagai Ulama Sufi dan juga Zuhud. Dengan gigih dan gayanya yang retorik, beliau mampu membawa kaum muslim pada garis agama dan kemudian muncullah kehidupan sufistik.
Dasar pendirian yang paling utama adalah Zuhud terhadap kehidupan dunia, sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan dunia.
Hasan Al Basri mangumpamakna dunia ini seperti ular, terasa mulus kalau disentuh tangan, tetapi racunnya dapat mematikan. Oleh sebab itu, dunia ini harus dijauhi dan kemegahan serta kenikmatan dunia harus ditolak. Karena dunia bisa membuat kita berpaling dari kebenaran dan membuat kita selalu memikirkannya.
Prinsip kedua ajaran Hasan Al basri adalah Khauf dan Raja’, dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalaikan perintah Allah. Merasa kekurangan dirinya dalam mengabdi kepada Allah, timbullah rasa was was dan takut, khawatir mendapat murka dari Allah. Dengan adanya rasa takut itu pula menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang untuk mempertinggi kualitas dan kadar pengabdian kepada Allah dan sikap daja’ ini adalah mengharap akan ampunan Allah dan karunia-NYA. Oleh karena itu prinsip-prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan muhasabah agar selalu mamikirkan kehidupan yang hakiki dan abadi.
  1. Corak Pemikiran Tasawufnya
Hasan Al Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat takwa, wara’ dan zuhud pada kehidupan dunia yang mana dikala masanya banyak dari kalangan masyarakt khususnya dari kalangan atas yang hidup berfoya-foya. Yang mana kezuhudan itu masih melekat ajarannya dari para ulama-ulama lainnya pada masa sahabat. Yang mana ajran beliau masih kental ataupun berdasarkan Al Qur’an dan Hadist nabi, untuk itu beliau termasuk golongan Tasawuf Sunni.
  1. Ajaran-Ajaran Tasawufnya
Ajaran-ajaran Hasan Al-Bashri adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya Lebih jauh lagi, Hamka mengemukakan bahwa ajaran tasawuf Hasan yaitu:
·            Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa tentran yang menimbulkan perasaan takut.
·            Dunia adalah negeri tempat beramal.barang siapa bertemu dunia dengan perasaanbenci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun,barang siapa yang bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya bertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak akan ditanggungnya.”
·            “tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’ betapapun banyakya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa betapapun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat ating dan pergi serta penuh tipuan.”
·            “dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan mati suaminya.”
·            “orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari karena berada diantara dua perasaan takut ; takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.”
·            “hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut akan kiamat yang hendak menagih janjinya.”Banyak duka cita didunia memperteguh semangat amal saleh.”
Sikap tasawuf Hasan Al-Bashri senada dengan sabda Nabi yang berbunyi: 
“Orang yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana yang orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya”.
  1. Keteladanan Hasan –Basri
Hasan basri adalah seorang ulama Tabi’in  yang sangat mementingkan kehidupan akhirat. Yang patut kita teladani dari kehidupan dari Hasan Basri adalah kezuhudtannya, ia pernah ditanyai tentang masalah pakaian.
Pakaian apa yang paling kamu sukai? Tanya orang-orang   ” yang paling tebal, yang paling kasar, yang paling hina menurut pandangan manusia” jawab hasan basri . Dari perkataan inilah dapat kita pahami bahwa hasan basri sangat enggan dari dunia kemewahan apalagi kenyamanan dan tingkah lakunya sangat menjauhkan dari pujian manusia.
Hasan Basri tidak pernah memerintah, memberikan nasihat dan anjuran sebelum ia sendiri melakukan dengan ketulusan hatinya, karena selayaknya seorang yang yang berdakwah dijalan tuhan harus menjadi panutan sesama. Dan ia juga tidak pernah melakukan larangan sebelum ia sendiri menjauhkan terlebih dahulu. Hal tersebut menujukkan bahwa hasan memang penuh ke strategis dalam berdakwah.
Lebih dari itu Hasan Basri adalah adalah orang yang penyabar  dan penuh dengan kebijaksanaan. Hasan basri mempunyai seorang tetangga yang beragama nasrani, diatas rumah Hasan basri oleh oleh tetangga tersebut didirikan kamar kecil, karena rumah Hasan Basri dengannya jadi satu atap. Setiap membuang air kecil selalu menetes ke ruang kamar   Hasan Basri, kejadian ini  berlangsung bukan hanya berjalan satu bulan atau satu tahun, melainkan 20 tahun. Akan tetapi hasan basri tidak pernah marah-marah dan mempermasalahkannya. hasan basri tidak mau membuat kecewa tetangganya . Karena hasan basri mengamalkan Sabda Nabi  ” barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir maka muliakannah tetanggnya”. Bahkan Hasan Basri menyuruh kepada istinya untuk meletakkan wadah di kamarnya supaya air kencingnya tertampung dan tidak berceceran.
Ketika hasan basri sakit, salah satu tetangganya mengunjungi beliau ternyata  di dalam rumahnya ada wadah yang digunakan untuk  menampung kencing, setelah diperiksa wadah yang ada di dalam kamar hasan tersebut,  ternyata runtuhan air kencing yang  berasal dari atas  kamar kecil yang berada di atas rumahnya.
Setelah ditanya. Sejak kapan engkau bersabar dengan tetesan air kencing ini? Tannya  sitetangga tadi. Hasan Basrti  diam saja tidak menjawab, mungkin hasan basri tidak mau membuat tetangganya tidak enak.
Hasan katakanlah dengan jujur  sejak kapan engkau bersabar  dengan air kencing ini? Jika kau diam saja dan tidak mau berterus terang aku akan merasa tidak  enak,  Tanya teangga nasrani tadi, akhirnya dengan penuh pemaksaan, hasan basri mau menjawab juga; selama 20 tahun ; jawab hasan basri
Mengapa engkau kok diam saja dan tidak mempermasalahkan hal ini? Tanya tetangga tadi . akan tetapi hasan Hasan menjawab ” aku tidak ingin mengecewakan tetangga aku, karena Nabi Muahammad SAW  bersabda “barang siapa yang berimana kepada allah dan hari akhir maka mulikanlah tetangganya”
Ketika itu pulalah ia masuk  islam berbondong-bondong bersama keluarganya. Ternyata  hasan basri penuh dengan keteladanan, ia tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk islam, akan tetapi yang paling dianjurkan oleh baliau, sikap ramah, lemah lembut, penuh dengan pengertian dan kebijaksanaan  yang bisa mengantarkan ketertarikan kepada  orang yang diluar islam untuk mengikuti agama islam.
  1. Karamah Hasan Basri
Dikisahkan pada suatu hari ada seorang ulama  ahli tafsir yang berkenamaan abu Amr sedang memberikan pengajiannya, tiba-tiba  ada seorang pemuda yang  datang untuk mengikuti pengajiann Tersebut, Abu Amr sangat terpesona dengan wajah pemuda tadi. Pada saat itulah apa yang dimilki oleh abu amr  yaitu ilmu Al-Qur’an telah hilang dari ingatannya
Abu amr dengan penuh gelisah dan penyesalan mengadu kepada kepada sang imam hasan  ” setiap kata dan hurufAl-Qur’an telah hilang dari ingtanku”  hasan berkata ” sekarang ini musim haji, pergilah ketanah suci dan tunaikanlah ibadah haji. Setelah itu pergilah ke masjid khaif. Disana akan ada seorang yang sangat tua, janganlah engkau langsung menemuinya, tapi tunggulah sampai keasyikan ibadahnya selesai, setelah itu barulah engkau mohon do’a padanya.
Abu amr menuruti perkataan Hasan Basri, setelah berhaji ditanah suci ia pergi ke khaif. ternyata disana ada seorang lelaki tua beserta beberapa orang yang sedang mengelilinginya. tak berjarak beberapa kian muncullah seseorang yang berbaju putih bersih datang kepada sekumpulan orang tersebut, dan berbincang-bincang. Setalah beberapa kemudian pergilah mereka semua, hanya tinggallah orang tua yang hanya sendirian.
Kemuadian Abu Amr menemuinya dan mengucapkan salam. ” dengan nama allah, tolonglah diriku ini, kata abu amr sambil mengangis, kemudian Abu Amr menerangkan tentang apa yang terjadi pada dirinya. Seketika itu ia menengadahkan dan menundukkan kepalanya untuk mendo’akan Abu Amr.
Abu Amr berkata ; “semua kata dan huruf Al-Qur’an telah kuingat kembali lalu sujud terima kasih kepadanya”
Siapakah yang menyuruhmu untuk datang kepadaku?” tutur orang tua tadi.  Abu Amr menjawab;  Hasan basri”. 
Kalau  orang-orang  sudah mempunyai imam seperti  hasan mengapa masih mencari imam seperti aku? Turur orang tua tadi. Ternyata Hasan telah membuka selubung tentang diriku, sekarang aku akan membuka siapa Hasan basri sebenarnya.
Seorang laki-laki yang berbaju putih  yang telah datang kemari setelah shalat ashar tadi, dan orang yang pertama meninggalkan tempat ini, ia adalah Hasan Basri. Setiap hari sesudah shalat  ashar ia datang kemari untuk berbincang-bincang denganku, setelah selesai berbincang-bincang denganku ia segera pergi ke Basrah untuk menunaikan shalat maghrib disana. Kalau sudah mempunyai imam seperti hasan basri mengapa masih mencari imam seperti diriku.
  1. Karya-karyanya
Banyak dari buku atau kitab para ulama-ulama yang membahas tentang kebajikan, kesuhudan serta berbagai hal yang mengarah kepada kebesaran nama Hasan Al Basri. Yang mana berkat perjuangan beliau berdampak kepada perubahan masyarakat Islam kepada suatu hal yang lebih baik. Dan juga menjadi tongkat estafet bagi ulam-ulama setelah beliau dalm menerapkan mendefinisikan sehingga sebagai pembuka jalan generasi berikutnya. Dan jarang dari buku atau kitab para ulam-ulam yang membahas tentang karya-karya beliau. Karena keterbatasan kemampuan, penulis belum bisa memaparkan karya-karya beliau tapi ada ajaran beliau yang menjadi pembicaraan kaum sufi adalah:
” Anak Adam!
Dirimu, diriku! Dirimu hanya satu,
Kalau ia binasa, binasalah engkau.
Dan orang yang telah selamat tak dapat menolongmu.
Tiap-tiap nikmat yang bukan surga, adalah hina.
Dan tiap-tiap bencana yang bukan neraka adalah mudah”.
Tasawuf Sunni Karakteristik Ajaran Pokok Dan Tokoh
Tasawwuf Sunni
A. Pengertian Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek hakekat dan syari'at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur'an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini berusaha untuk menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya.
B. Latar Belakang Timbulnya Tasawuf Sunni
Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang melanda para ulama' fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada abad kelima hijriah aliran syi'ah al-islamiyah yang berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan Ali Bin Abi Thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali yang selalu memagari pemikirannya dengan Al-Qur’an, Hadits dan ditambah dengan doktrin Ahlusunnah Wal jama’ah .
Pada intinya tasawuf ini sangat menolak pendekatan kepada allah SWT dengan akal rasio, sebagaimana yang dikatakan Harun Nasution yang mengomentari pendapat Dzun An-Nun Misri tentang pengetahuan ( makrifat), Bahwa makrifat yang paling tertinggi ialah yang diperoleh oleh para wali Allah ( sufi).
Pertentangan ini nampak jelas pada perkataan Junaid Al- Baqhdati ” seandainya aku jadi hakim niscaya akan aku penggal kepala orang yang mengatakan tidak ada yang maujud terkecuali Allah”
C. Tokoh-tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang mempunyai ajaran sama dengan Tasawuf sunni ( berpegang teguh kepada Qurdis dan shirah nabawiyah) dan menjadi tokoh tasawuf sunni adalah:
1. Hasan al-Basri.
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H diantara ajarannya yang terpenting ialah Zuhud, Khouf dan raja’
2. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diantara ajarannya yang terpenting ialah Konsep Mahabbah
3. Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Ajarannya yang paling termashur ialah makrifat sufiyah dan makrifat aqliyah
4. Abu Hamid Al-Ghazali
Tokoh yang satu ini tidak asing lagi dikalangan umat islam, Ia Masyhur di kalangan sufi dengan ajarannya Makrifat Ahlusunnah waljama’ah
KARAKTERISTIK AJARAN POKOK DAN TOKOH
a. Karakteristik ajaran pokok para tokoh tasawuf sunni
yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol prilaku, lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya. Sebagaimana ungkapan Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan dasar-dasar Al-qur’an dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak bisa dijadikan qudwah dalam perkara (tarbiyah tasawuf) ini, karena ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendapattnya, mereka mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka adalah orang-orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah..
Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka adalah sebagian sufi abad kedua, atau pertengahan abad kedua, dan setelahnya sampai abad keempat hijriyah. Dan personal seperti Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, adalah merupakan tokoh-tokoh sufi utama abad ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf sunni. Kemudian pada pertengahan abad kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke dalam format atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah praktis.
Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah
Ajarannya bener-bener menurut al-qur’an dan sunnah,terikat dan tidak keluar dari ajaran-ajaran syariah islamiah.
Lebih cenderung pads prilaku atau moral keagamaan dan pada pemikiran.
Banyak dikembangkan oleh kaum salaf.
Termotivasi untuk membersihkan jiwa yang lebih berorientasi pada aspek dalam yaitu cara hidup yang lebih mengutamakan rasa,dan lebih mementingkan keagungan tuhan dan bebas dari egoisme.

a) Adapun karakteristik ajaran para tokoh-tokoh tasawuf ini antara lain adalah:
• Al Bashri Hasan
Karakteristik dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan dunawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. kedua adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang akan dating yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
• Rabiah Al Adawiyah
Karakteristik ajarannya adalah Ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al hubb dengan isi dan pengertian yang khas tasawuf.Cinta murni kepada Tuhan merupakan puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
• Dzu Al Nun Al Misri
Karekteristik ajaran yang paling besar dan menonjol dalam dunia tasawuf adalah sebagai peletak dasar tentang jenjang perjalanan sufi menuju Allah,yang disebut Al maqomat. Beliau banyak memberikan petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah sesuai dengan Pandangan sufi.
• Abu Hamid Al-Ghazali
Inti tasawuf Al Ghazali adalah jalan menuju Allah atau ma’rifatullah. Oleh karena itu,serial Al maqomat dan al ahwal,mpada dasarnya adalah rincian dari metoda pencapaian
• Al-junaid
Al-Junaid dikenal dalam sejarah atsawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas tentang tauhid. Al-Junaid juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “allah akan menyebabkan mati dari dirimu sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Peniadaan diri ini oleh Junaid disebut fana`, sebuah istilah yang mengingatkan kepada ungkapan Qur`ani “segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya (QA. 55:26-27) dan hidup dalam sebutannya baqa`. Al-Junaid menganggap bahwa tasawuf merupakan penyucian dan perjuangan kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.
• Al-Qusyairi An-Naisabur
Imam Al-Qusyairy pernah mengkritik para sufi aliran Syathahi yang mengungkapkan ungkapan-ungkapan penuh kesan tentang terjadinya Hulul (penyatuan) antara sifat-sifat kemanusiaan, khususnya sifat-sifat barunya, dengan Tuhan. Al-Qusyairy juga mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi hatinya tidak demikian. Dari sini dapat dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama hal itu tidak memalingkan manusia dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat dengan para sufi yang mengharamkan sesuatu yang sebenarnya tidak diharamkan agama.
• Al-Harawi
al-Harwi berbicara tentang maqam ketenangan (sakinah). Maqam ketenangan timbul dari perasaan ridha yang aneh. Dia mengatakan: “peringkat ketiga (dari peringkat-peringkat ketenangan) adalah ketenagan yang timbul dari perasaan ridhaatas bagian yang diterimanya. Ketenangan tersebut bias mencegah ucapan aneh yang menyesatkan ; dan membuat orang yang mencapainya tegak pada batas tingkatannya. “yang dimaksud dengan ucapan yang menyesatkan itu adalah seperti ungkapan-ungkapan yang diriwayatkan dari Abu yazid dan lain-lain. Tasawwuf Sunni

Rabiah Al-Adawiyah


Tokoh sufi perempuan yang terkenal yaitu Rabiah Al-Adawiyah. Nama lengkapnya yaitu Ummu al-Khair bin Isma’il Al-Adawiyah Al-Qisysyiyah. Beliau diberi nama Rabi’ah karena merupakan anak perempuan keempat dari empat bersaudara. Rabiah dilahirkan dari pasangan suami istri yang hidup miskin bahkan Rabi’ah pun dilahirkan tanpa adanya lampu penerangan. Rabi’ah lahir di kota Basrah, Iraq pada tahun 94 H. Beliau poun wafat di kota Basrah, Iraq tahun 185 H.
Namun ketika ayahnya meninggal Rabi’ah Al-Adawiyah terpaksa harus terpisah dari keluarganya karena kehidupan ekonomi yang semakin menghimpit. Karena kehidupan yang miskin itulah, sehingga memaksa Rabi'ah untuk hidup sebagai hamba sahaya dengan berbagai macam penderitaan yang dialami silih berganti. Disamping sebagai hamba sahaya, beliau mempunyai kepandaian memainkan alat musik.
Kehidupan Rabi’ah Al-Adawiyah sebagai hamba sahaya yang selalu dikekang dan diperas oleh majikannya, membuat Rabi'ah selalu berdo'a kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Dengan penderitaan yang dialami ini, Rabi'ah tidak menyia-nyiakan waktu luangnya untuk berdo'a baik itu pagi, siang dan malam hari.
 Rabi’ah Al-Adawiyah selalu memanjatkan do'a, setiap hari amalan ibadah yang dilakukan Rabi'ah semakin meningkat seperti dengan memperbanyak taubat, dzikir, puasa serta menjalankan shalat siang dan malam.Beliau melaksanakan shalat sampai meneteskan air mata, karena merasa rindu kepada Allah SWT. Lama-kelamaan saat majikannya mendengar rintihan Rabiah Al-Adawiyah  saat berdoa, majikannya melihat ada cahaya yang menerangi bilik Rabi’ah saat beliau berdoa di malam hari. Hal ini yang membuat majikannya merasa bahwa Rabi’ah adalah kekasih Allah. Dari kejadian itu Rabi’ah dibebaskan majikannya bahkan diberi pilihan, yaitu mendapatkan semua harta majikannya atau kembali ke kota kelahirannya. Karena Rabi’ah hidup untuk menjauh dari kekayaan dan kesenangan dunia maka beliau memilih untuk kembali ke kotanya untuk menjadi sufi dan mendekatkan diri dengan Allah.
Aliran sufi yang diajarkan Rabi’ah Al-Adawiyah yaitu pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah). Hakekat tasawufnya adalah habbul-ilāh (mencintai Allah SWT). Ibadah yang ia lakukan bukan terdorong oleh rasa takut akan siksa neraka atau rasa penuh harap akan pahala atau surga, melainkan semata-mata terdorong oleh rasa rindu pada Tuhan untuk menyelami keindahan–Nya yang azali. Mahabbah Rabiah merupakan versi baru dalam masalah ubudiyah kedekatan pada Tuhan. Perkembangan ajarannya selama kurun waktu 713-801 M.
Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Memeluk erat kemiskinan demi cintanya pada Allah. Lebih memilih hidup dalam kesederhanaan. Definisi cinta menurut Rabiah adalah cinta seorang hamba kepada Allah Tuhannya. Ia mengajarakan bahwa yang pertama, cinta itu harus menutup yang lain, selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta, yaitu bahwa seorang sufi harus memalingkan punggungnya dari masalah dunia serta segala daya tariknya. Sedangkan yang kedua, ia mengajarkan bahwa cinta tersebut yang langsung ditujukan kepada Allah dan mengesampingkan yang lainnya, harus tidak ada pamrih sama sekali. Ia harus tidak mengharapkan balasan apa-apa. Dengan Cinta yang demikian itu, setelah melewati tahap-tahap sebelumnya, seorang sufi mampu meraih ma’rifat sufistik dari “hati yang telah dipenuhi oleh rahmat-Nya”. Pengetahuan itu datang langsung sebagai pemberian dari Allah dan dari ma’rifat inilah akan mendahului perenungan terhadap Esensi Allah tanpa hijab. Rabiah merupakan orang pertama yang membawa ajaran cinta sebagai sumber keberagamaan dalam sejarah tradisi sufi Islam.
Ada beberapa pokok pikiran pada diri Rabi'ah, diantaranya adalah:
hidup atas dasar zuhud, dan mengisinya dengan selalu beribadah kepada Allah SWT serta menjadikan Allah tumpuan cintanya, sebagaimana yang beliau katakan,
"Aku tinggalkan cintanya Laila dan Su'da mengasing diri. Dan kembali bersama rumahku yang pertama. Dengan berbagai kerinduan mengimbauku, Tempat-tempat kerinduan cinta abadi".
Selain itu cinta Rabi'ah Al-Adawiyah adalah cinta abadi kepada Tuhan yang melebihi segala yang ada, cinta abadi yang tidak takut pada apapun walau pada neraka sekalipun. pernyataan Rabi'ah Al-Adawiyah yang terkenal ialah, "Kujadikan Engkau teman percakapan hatiku, Tubuh kasarku biar bercakap dengan insani. Jasadku biar bercengkrama dengan tulangku, Isi hati hanyalah tetap pada-Mu jua..."Ibadah yang Rabi'ah Al-Adawiyah tegakkan baik siang dan malam, semata-mata karena cintanya kepada Allah SWT. Sebagaimana pernyataannya,
"Sekiranya aku beribadah kepada Engkau Karena takut akan siksa neraka, Biarkanlah neraka itu bersamaku. Dan jika aku beribadah karena mengharap surga, Maka jauhkanlah surga itu dariku. Tetapi bila aku beribadah karena cinta semata, Maka limpahkan lah keindahan-Mu selalu..."
Rabiah dipandang sebagai pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah). Hakekat tasawufnya adalah habbul-ilāh (mencintai Allah SWT). Ibadah yang ia lakukan bukan terdorong oleh rasa takut akan siksa neraka atau rasa penuh harap akan pahala atau surga, melainkan semata-mata terdorong oleh rasa rindu pada Tuhan untuk menyelami keindahan–Nya yang azali. Mahabbah Rabiah merupakan versi baru dalam masalah ubudiyah kedekatan pada Tuhan.
Masalah dalam hal ini adalah (1) Bagaimana riwayat hidup Rabiah al Adawiyah, (2) Bagaimana ajaran sufisme Rabiah al Adawiyah, (3) Bagaimana perkembangan ajaran sufisme Al Mahabbah Rabiah al Adawiyah, (4) Bagaimana Al Mahabbah dianggap sebagai puncak maqam dalam ajaran sufisme Rabiah al Adawiyah. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan riwayat hidup, ajaran sufisme Al Mahabbah serta perkembangannya dan mendeskripsikan Al Mahabbah sebagai puncak maqam dalam ajaran sufisme Rabiah al Adawiyah.
Penelitian ini merupakan penelitian Kajian Pustaka (Library research) dengan menggunakan pendekatan historis. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif analitis yang tidak hanya sekedar mendeskripsikan ajaran sufisme Rabiah al Adawiyah tetapi menganalisis perkembangan ajarannya selama kurun waktu 713-801 M.
Kesimpulan yang diperoleh setelah melalui berbagai analisis sumber menyebutkan bahwa Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Memeluk erat kemiskinan demi cintanya pada Allah. Lebih memilih hidup dalam kesederhanaan. Definisi cinta menurut Rabiah adalah cinta seorang hamba kepada Allah Tuhannya. Ia mengajarakan bahwa yang pertama, cinta itu harus menutup yang lain, selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta, yaitu bahwa seorang sufi harus memalingkan punggungnya dari masalah dunia serta segala daya tariknya. Sedangkan yang kedua, ia mengajarkan bahwa cinta tersebut yang langsung ditujukan kepada Allah dimana mengesampingkan yang lainnya, harus tidak ada pamrih sama sekali. Ia harus tidak mengharapkan balasan apa-apa. Dengan Cinta yang demikian itu, setelah melewati tahap-tahap sebelumnya, seorang sufi mampu meraih ma’rifat sufistik dari “hati yang telah dipenuhi oleh rahmat-Nya”. Pengetahuan itu datang langsung sebagai pemberian dari Allah dan dari ma’rifat inilah akan mendahului perenungan terhadap Esensi Allah tanpa hijab. Rabiah merupakan orang pertama yang membawa ajaran cinta sebagai sumber keberagamaan dalam sejarah tradisi sufi Islam

KESIMPULAN
1. Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah bin Ismail Al-Adawiyah Al-Bashriyah Al-Qaisiyah. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H / 713 M atau 99 H / 717 M di suatu perkampungandekatkota Bashrah (Irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185 H/801 M.
2. Konon pada saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga Atik dari suku Qais Banu Adwah. Derita Rabi’ah, gadis yatim piatu itu semakin bertambah ketika kota Bashrah dilanda musibah kekeringan dan kelaparan. Banyak penduduk miskin meninggal kelaparan, termasuk ketiga kakak Rabi’ah yang lemah, yang membuat ia menjadi gadis sebatang kara.
3. Setelah dimerdekakan tuannya, Rabi’ah hidup menyendiri menjalani kehidupan sebagai seorang Zahidah dan Sufiah. Ia menjalani sisa hidupnya hanya dengan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai kekasihnya. Ia memperbanyak tobat dan menjauhi hidup duniawi
4. Ia tak pernah menikah karena tak ingin perjalanannya menuju Tuhan mendapat rintangan. Perkawinan baginya adalah rintangan. Ia pernah memanjatkan do’a: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari segala perkara yang menyibukkanku untuk menyembah-Mu dan dari segala penghalang yang merenggangkan hubunganku dengan-Mu. Prinsip Rabi’ah untuk tidak menikah tersebut dapat dipertahankan hingga akhir hayatnya.
5. Ajaran yang terpenting dari sufi wanita ini. adalah al-mahabbah dan bahkan menurut banyak pendapat, ia merupakan orang pertama yang mengajarkan al-hubb dengan isi dan pengertian yang khas tasawuf hal ini barangkali ada kaitannya dengan kodratnya sebagai wanita yang berhati lembut dan penuh kasih, rasa estetika yang dalam berhadapan dengan situasi yang ia hadapi pada masa itu. Cinta murni kepada Tuhan merupakan puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis.
6. Untuk bisa mencapai hadirat Tuhan, harus melalui penyucian jiwa atau purgativa (takhalli) dan berlanjut kepada kontemplativa (tahalli) yang berujung ketingkat illuminativa (tajalli). Ketiga proses ini harus diisi dengan melalui stasiun-stasiun atau al-maqomat. Al-Hubb atau mahabbah adalah satu istilah yang selalu berdampingan dengan ma’rifat, karena nampaknya manivestasi dari mahabbah itu adalah tingkat pengenalan kepada Tuhan yang disebut ma’rifat.


Biografi Zunnun Al Mishri


 Salah satu tokoh sufi yang terkenal dengan ilmu ma’rifatnya adalah,  Zunnun Al-Misri. Nama lengkap Dzunnun Al Mishri adalah Abul Faidh Dzunnun bin Ibrahim Al Mishri Al-Ikhmimi Al-Nubi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa nama aslinya adalah Tsauban, ada juga yang mengatakan Faidh bin Ibrahim. sedangkan Dzunnun Al Mishri adalah julukannya (laqab).
Beliau berasal dari Akhtaman salah satu kota di daerah pedalaman Mesir. Waliyullah yang bangga dan dibanggakan oleh Mesir ini berasal dari Nubay (satu suku di selatan Mesir) kemudian menetap di kota Akhmim (sebuah kota di propinsi Suhaj). Kota Akhmin ini rupanya bukan tempat tinggal terakhirnya. Sebagaimana lazimnya para sufi, ia selalu menjelajah bumi mensyiarkan agama Allah mencari jati diri, menggapai cinta dan ma'rifatulah yang hakiki.
Selanjutnya Ia kembali lagi ke Mesir dan wafat di sana pada tahun 245H/860M. Dalam dunia tasawuf, ia dikenal sebagai bapak faham ma’rifah. Ma’rifah adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari dapat melihat-Nya
            Beliau adalah merupakan tokoh sufi pertama yang menonjolkan tentang teori Ma’rifat. Walaupun paham tentang Ma’rifat sudah banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh sufi sebelum Al-Misri, tetapi dialah yang paling menekankan konsep ma’rifat pada ajaran tasawuf.
Zunnun ber-mutawatta’ dan mempelajari disiplin ilmu fiqh kepada Malik Ibn Anas, dan di bidang spritual beliau belajar pada Israfil Al-Maghribi. Dan ketika meninggal beliau dimakamkan di Pemakaman asy-Syafi’i. Konon, tatkala orang mengusung jenazahnya, muncullah sekawanan burung hijau yang memayungi jenazahnya dan seluruh pengiring jenazah dengan sayap-sayap hijau burung tersebut. Dan pada hari kedua, orang-orang menemukan tulisan pada nisan makam beliau, “Zunnun adalah kekasih Allah, diwafatkan karena Rindu” dan setiap kali ora   ng akan menghapus tulisan itu, maka muncul kembali seperti sedia kala.
            "Dzunnun adalah seorang yang alim, zuhud wara', mampu memberikan fatwa dalam berbagai disiplin ilmu. Beliau termasuk perawi Hadits ". Hal senada diungkapkan Al-Hafidz Abu Nu'aim dalam Hilyah-nya dan al-Dzahabi dalam Tarikh-nya bahwasannya Dzunnun telah meriwayatkan hadits dari Imam Malik, Imam Laits, Ibn Luha'iah, Fudail ibn Iyadl, Ibn Uyainah, Muslim al-Khowwas dan lain-lain. Adapun orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah al-Hasan bin Mus'ab al-Nakha'i, Ahmad bin Sobah al-Fayyumy, al-Tho'i dan lain-lain. Imam Abu Abdurrahman al-Sulamy menyebutkan dalam Tobaqoh-nya bahwa Dzunnun telah meriwayatkan hadis Nabi dari Ibn Umar yang berbunyi " Dunia adalah penjara orang mu'min dan surga bagi orang kafir".
Di samping lihai dalam ilmu-ilmu Syara', sufi Mesir ini terkenal dengan ilmu lain yang tidak digoreskan dalam lembaran kertas, dan datangnya tanpa sebab. Ilmu itu adalah ilmu Ladunni yang oleh Allah hanya khusus diberikan pada kekasih-kekasih-Nya saja.

B.  Pandangan Tasawuf  Zunnun Al Mishri
            Allah tidak akan pernah memuliakan seorang hamba dengan kemuliaan yang lebih mulia dari pada ketika dia menghinakannya atas kehinaan dirinya. Dan Allah tidak menghinakan seorang hamba dengan kehinaan yang lebih hina dari pada ketika dia menutupi dengan kehinaan dirinya. Karena hijab yang paling samar dan paling kuat adalah melihat diri sendiri. Zunnun pernah mengatakan, bahwa Neraka bukanlah sesuatu hal yang harus ditakuti, yang lebih ditakuti adalah ketika berpisah dari Kekasih Sejati. Ketakutannya tak lebih dari setetes air yang dibuang ke samudera cinta Allah.
            Zunnnun mengatakan bahwa sufi ialah orang yang tidak meminta dan tidak merasa kesusahanan karena ketiaadaan.] Beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arif billah adalah Allah, dan orang yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghanyutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada Allah.
            Zunnun Al Mishri dianggap sebagai seorang zindiq oleh ulama-ulama Mesir pada masanya. Karena menerangkan ilmu laduni yang tidak dikenal oleh ulama pada waktu itu. [5] Dia juga mengatakan bahwa ilmu-ilmu fiqih sebagai ilmu yang tidak seharusnya dipelajari karena lebih membahas masalah keduniaan.
             Secara umum, pandangan tasawuf sedikit berbeda dengan pemikiran-pemikiran tasawuf para sufi lainnya. Ada pemikiran-pemikiran yang sangat menonjol yang kemudian menjadikannya ditentang dan dianggap zindiq oleh para ulama-ulama saat itu. Sehingga ia pun di usir dari Mesir. Tetapi karena semangatnya untuk menyebarkan pandangan-pandangan tasawufnya. Dia pun menemui khalifah Mutawakkil ‘Alallah yang menjadi penguasa bani Abbassiyah pada waktu itu.
            Dia pun menjelaskan konsep tasawufnya yang menonjol yaitu tentang ma’rifat. Sang khalifah pun tertarik sehingga berkenan menjadikannya sebagai penasehat khalifah. Dan sejak itulah pemikiran tasawuf Zunnun tersebar di masyarakat.
Sebagai sufi, Zunnun Al Mishri dikenal sebagai bapak faham ma’rifat. Karena teorinya tentang ilmu tersebut sangat mencolok. Ma’rifat adalah adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari dapat melihat-Nya. Selain konsep ma’rifat, Zunnun Al Mishri juga mengungkapkan pengalamannya tentang khauf (rasa takut kepada Allah) dan mahabbah.

C.    Pokok Ajaran Tasawuf Zunnun Al Mishri
            Pemikiran tasawuf Zunnun yang paling menonjol adalah konsep ma’rifatnya. Yaitu adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari dapat melihat-Nya. Tatkala ia pernah ditanya bagaimana memperoleh ma’rifah tentang Tuhan, Dzunnun Al Mishri menjawab, “Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan, dan sekiranya tidak karena Tuhan, aku tak akan tahu Tuhan.”
            Dzunnun Al Mishri membagi tiga macam pengetahuan tentang Tuhan. Pertama, Tuhan satu dengan perantaraan ucapan syahadat, dan ini adalah pengetahuan awam. Kedua, Tuhan satu menurut logika akal, dan ini adalah pengetahuan ulama. Ketiga, Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari, dan inilah yang disebut pengetahuan sufi, itulah ma’rifah.
Menurut Zunnun Al-Misri, Ma’rifat atau mengenal Allah swt yang sesungguhnya adalah ma’rifat lewat hati sanubari, karena pada tingkatan syahadat dan logika itu sebenarnya bukanlah termasuk ma’rifat, tetapi itu hanya dapat digolongkan kedalam kategori ilmu saja.
1.       Ma’rifafat
            Al-Misri adalah pelopor paharn ma‘rifat, Penilaian ini sangatlah tepat karena berdasarkan riwayat Al-Qathfi dan Al-Mas’udi—yang kemudian dianalisis Nicholson—dan Abd Al-Qadir dalam falsafah Al-sufiah fiAl-Islam; Al-Misri berhasil mernperkenaikan corak baru tentang ma’rifatdalam bidang sufisme Islam. Pertama, ía membedakan antara ma‘rifat sufiah dengan ma‘rifat aqliyah. Ma’rifat yang pertama menggunakan pendekatan qalb yang biasa digunakan para sufi, sedangkan ma’rifat yang kedua menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan para teolog.
            Kedua, menurut Al-Misri, ma‘rifat sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah (penyaksian hati), sebab ma‘riat merupakan fitrah dalam hati manusia sejak  azali. Ketiga, teori-teori ma’rifat Al-Misri menyerupai gnosismeala Neo-Platonik. Teori-teorinya itu kemudian dianggap sebagai jembatanmenuju teori-teori wahdat asy-syuhud dan ittihad. Ia pun dipandangsebagai orang yang pertama kali memasukkan unsur falsafah dalamtasawuf
Pandangan-pandangan Al-Mishri tentang ma’rifat pada mulanya sulit diterima kalangan teolog sehingga ía dianggap sebagai seorang zindiq dan ditangkap khalifah, tetapi akhirnya dibebas Berikut ini beberapa pandangannya tentang hakikat ma’rifat:

1)       Sesungguhnya ma’rifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaanTuhan, sebagaimana yang dipercayai orang-orang mukmin, bukan pulailinu—ilinu hurliwi dan nazliar milik para hakim, mutakalimin, dan ahiibalaghah, tetapi ma’rifat terhadap keesaan Tuhan yang khusus dimilikipara wall Allah. Hal iiui karena mereka adalah orang yang nienyaksikanAl lab dengan hatinya, sehingga terbukaia baginya apa yang tidakdibukakan untuk hamba-hamba-Nya yang lain.
2)      Ma’rifat yang sebcnarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengancahaya ma’rifat yang rnurni seperti matahari tak dapat dilihat kecualidengan cahayanya. Salah seorang hamba mendekat kepada Allah sehingga íamerasa hilang dirinya, lebur dalarn kekuasaan-nya, mereka merasa hamba,mereka bicara dengan ilmu yang telah diletakkan Allah pada lidahmereka, mereka melihat dengan penglihatan Allah, mereka berbuat denganperbuatan Allah.

Kedua pandangan AI-Mishri di atas menjelaskan bahwa ma’rifat kepada Allah tidak dapat ditempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian-pembuktian, tetapi dengan jalan ma’rifat batin, yakni Tuhan menyinari hati manusia dan menjaganya dari kecemasan, sehingga semuayang ada di dunia ini tidak mempunyal arti lagi. Melalui pendekatan ini sifat-sifat rendah manusia perlahan-lahan terangkat ke atas dan selanjutnya menyandang sifat-sifat luhur seperti yang dimiliki Tuhan,sampai akhirnya Ia sepenuhnya hidup di dalam Nya dan lewat diri-Nya.Al-Misri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga macam yaitu:
a. Pengetahuan untuk seluruh muslim,
b. Pengetahuan khusus untuk para filosof dan ularna,
c. Pengetahuan khusus untuk para wali Allah.
Menurut Harun Nasution, pengetahuan jenis pertama dan kedua belum dimasukkan dalam kategori pengetahuan hakiki tentang Tuhan. Keduanya belum disebut dengan ma’rifat tetapi disebut dengan ilmu, sedangkanpengetahuan jenis ketiga harus disebut dengan ma’rifat Dan ketiga macampengetahuan tentang Tuhan di atas, jelaslah bahwa pengetahuan tingkatauliya—lah yang paling tinggi tingkatan nya, karena mereka mencapaltingkatan musyahadah, sebaiknya para ulama dan filosofi tidak dapatmencapai maqam ini, sebab mereka masih menggunakan akal untukmengetahui Tuhan, sedangkan akal mempunyai keterbatasan dan kelemahan.
Menunut pengalamannya, sebelum sampai pada maqam Al ma‘rifat, Al-Misri melihat Tuhan melalui tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat di alamsemesta. Adapun tanda-tanda seorang arif, menurut Al-Misri, adalah sebagai berikut:
a. Cahaya ma’rifat tidak memadamkan cahaya kewara’annya.
b. Ia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir.
c. Banyaknya nikrnat Tuhan tidak mcndorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan Tuhan.
Paparan Al-Mishri di atas menunjukkan bahwa seorang arif yang sempurna selalu melaksanakan perintah Allah, terikat hanya kepada-Nya,senantiasa bersama-Nya dalarn kondisi apapun, dan semakin dekat serta menyatu kepada-Nya. Jadi kesimpulan menurut Dzun-Nun bahwasanya kalau kita ingin sampai pada tingkat ma’rifah, maka kita harus melaluinya setahap demi setahap dan dilakukan dengan kesungguhan dan keseriusan. Dan dia juga mengatakan bahwasanya adanya perbedaan ma’rifah kepada Allah yang disebabkan oleh kemampuan dan kesadaran dia sebagai makhluk. Ma’rifah juga sepenuhnya diberikan oleh Allah SWT atas karunianya dan kasih sayangnya. Maka seorang hamba tidak akan sampai pada tingkat ma’rifah tanpa usaha dan anugerah serta karunia Allah SWT.
2.    Mahabbah
Tentang cinta ia berkata: "Katakan pada orang yang memperlihatkan kecintaannya pada Allah, katakan supaya ia berhati-hati, jangan sampai merendah  pada selain Allah!. Salah satu tanda orang yang cinta pada Allah adalah dia tidak punya kebutuhan pada selain Allah". "Salah satu tanda orang yang cinta pada Allah adalah mengikuti kekasih Allah Nabi Muhammad SAW dalam akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnahnya"."Pangkal dari jalan (Islam) ini ada pada empat perkara: Pecinta padaYang Agung, benci kepada yang Fana, mengikuti pada Alquran yangditurunkan, dan takut akan tergelincir (dalam kesesatan)".
3.    Akhwal dan Maqamat
Pandangan Al-Mishri tentang maqamat, dikemukakan pada beberapa hal saja, yaitu At-taubah, Ash-shabr, Ai-iawakal, dan .ar-rida. DalamDairat Al-Ma’rifat Al-Islwniyat terdapat keterangan yang berasal danAl-Mishri bahwa simbol-simbol zuhud adalah sedikit cita-cita, mencintai kefakiran, dan memiliki rasa cukup yang disertai dengan kesabaran. Kendatipun demikian, dapat dikatakan bahwajumlah maqam yang disebut Al-Misri lebih sedikit dibandingkan dengan penulis sesudahnya.
Menurut Al-Mishri, ada dua macam tobat, yaitu tobat awam dan tobatkhawas. Orang awam bertobat kar kelalaian (dan mengingat Tuhan). Dalamungkapan lain, ia mengatakan bahwa sesuatu yang dianggap sebagaikebaikan oleh Al-abrar justru dianggap sebagai dosa oleh Al-muqarrabin. Pandangan mi mirip dengan pernyataan Al-Junaidi yangmengatakan bahwa tobat adalah engkau melupakan dosamu. Pada tahap miorang-orang yang mendambakan hakikat tidak lagi mengingat dosa mereka karena terkalahkan oleh perhatian yang tertuju pada kebesaran Tuhan dan zikir yang berkesinambungan. Lebih lanjut Al-Mishri membagi tobatmenjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Orang yang bertobat dan dosa dan keburukannya.
2. Orang yang bertobat dan kelalaian dan kearifan mengingat Tuhan. Orang yang
bertobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.

D.    Analisa Tasawuf Zunnun Al Mishri
Setelah memaparkan sekelumit makna dari nama Dzun-Nun Al-Mishri, maka kami akan menyampaikan sedikit tentang konsep ma’rifah Dzun-Nun Al-Mishri. Konsep ma’rifah Dzun-Nun tidak bisa lepas dengan makna yang ia dapati dari namanya itu karena namanya itu menunjukkan sebuah kepemilikan dan penguasaan terhadap makna dari huruf tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa huruf Nun yang menjadi sentral kehidupan di dunia ini, maka untuk mencapai sentral tersebut  manusia juga harus memakai sentral dari diri manusia untuk bertemu dengan sentral kehidupan ini.
Sentral yang disebut diatas adalah Qalbu, dimana qalbu ini adalah sentral dari manusia dan untuk bertemu dengan sentral yang hakiki maka manusia harus mengoptimalkan sentralnya supaya sampai kepada sentralyang hakiki. Mengapa Qalbu atau hati disebut sebagai sebuah sentral, karena pada qalbu ini berkumpul seluruh kelakuan dan tindakan manusia. Maka menurut Dzun-Nun yang biasa dilakukan oleh hati tersebut adalah: emosi, dekat, shahabat, cinta, mengenal, penyingkapan, menyaksikan, al-ittihad, al-hulul, wahdatul wujud, dan wujudiyah.
Ada sebuah perbedaan pengertian yang dimaksud oleh Dzun-Nun dengan penyingkapan, perbedaan ini dibagi kepada tiga bagian, yaitu : al-Mukasyafah, inkisyaf, dan al-kasy-syaf. Yang dimaksud dengan al-Mukasyafah adalah saling keterbukaan dimana seorang hamba yang meminta dan Allah yang memberi; inkisyaf, adalah penyingkapan atau keterbukaan Allah sebagai karunia kepada hambanya dan seorang hamba hanya menerima saja, tidak dengan meminta. Dimana pada bagian ini keterbukaan hanya diartikan sebagai karunia Allah dan manusia tidak meminta untuk keterbukaan tersebut; al-kasysyaf, pada hal ini tidak menggambarkan proses tentang bagaimana keterbukaannya akan tetapi adanya sebuah pengalaman keterbukaan.
Pada penjelasan diatas disebutkan bahwasanya sentral kehidupan hanya bisa dirasakan oleh sentral manusia, yaitu dimana hati manusia bisa merasakan keterbukaan dengan Allah hanya dengan penglihatan hati yang menjadi sentral kehidupan manusia. Menurut Dzun-Nun hati juga tidak serta merta bisa melihat Allah karena hati yang paling dalamlah yang bisa sampai melihat kepada Allah SWT. Sebelum kita langsung kepada hati yang dalam, maka akan disebutkan beberapa lapisan hati yang harusdilalui seseorang sebelum bisa ma’rifah kepada Allah SWT.
Dan lapisan-lapisan tersebut adalah : as-Suduur, al-Quluub,adh-Dhamaair, al-Fuwaaid, as-sir, sir al-asraar, dan Basyirah. Yang dimaksud dengan as-suduur hati yang paling luar,  pada fase ini hatimengalami penyempitan dan perluasan, dia tidak bisa konsisten dalam pendiriannya masih tergoncang dan belum istiqamah. Setelah lulus atau berhasil dalam tahapan ini, maka akan masuk lebih dalam lagi kepadatahapah yang kedua, yaitu al-Quluub. Setelah masuk kepada tahapan ini, maka hati seseorang tersebut akan kokoh dan lebih istiqamah dalam pendiriannya. Selain itu orang yang sudah sampai pada tahap ini maka dia akan merasakan ketenangan dalam hatinya. Kemudian setelah lapisan kedua ini berhasil dan tetap konsisten dengan keduanya, yaitu tahap pertama dan kedua. Maka tahap selanjutnya adalah adh-Dhomaair, yaitu dimana bagian ini juga disebut sebagai bagian terdalam pada tahapan qalbu. Dia menyimpan dan menempatkan cahaya qalbu, kalau dia sudah sampai pada tahap ini, maka dia akan memiliki kepekaan atau biasa disebut dengan indera keenam. Setelah tahap ini maka selanjutnya adalahal-Fuwaaid, pada tahapan ini orang sudah separuh perjalanan untuk menggapai puncak ma’rifah. Jika seseorang sudah sampai tingkatan inimaka orang tersebut tidak akan bisa dibohongi atas apa yang dia lihat atau rasakan. Kemudian tahap selanjutnya as-Sir dan Sir al-Asraar,tahapan ini adalah tahapan yang hampir mendekati kesempurnaan dan mencapai ma’rifah. Tahapan ini adalah proses untuk mempersiapkan diri kepada tahapan akhir, Maka tahapan terakhir, yaitu ketika setiap tahapan tetap terjaga dan saling melengkapi antara satu dengan yanglainnya, maka sampailah pada tahapan Basyirah, yaitu tahapan akhir yangbisa menyampaikan manusia untuk bisa melihat dan merasakan Allah SWT. Dan hal ini disebut dengan ma’rifah.
Menurut Dzun-Nun ma’rifah itu bisa diklasifikasikan kepada tiga bagian, yaitu : pertama, ma’rifah tauhid sebagai ma’rifahnya orang awam. Kedua, al-burhan wa al-istidlal yang merupakan ma’rifahnya Mutakallimin dan para Filosof, yaitu pengetahuan tentang Tuhan melalui pemikiran danpembuktian akal. dan ketiga, ma’rifah para wali, yaitu pengetahuan dan pengenalan tentang Tuhan melalui sifat dan ke-Esaan Tuhan. Dengan demikian, apabila dilihat dari sisi epistimologi, ada tiga metoda ma’rifah yang berbeda, yakni metoda transmisi, metoda akal budi, dan metoda ketersingkapan langsung. Ma’rifah awam lebih bersifat penerimaan dan kepatuhan semata tanpa dibarengi argumentasi, sedangkan ma’rifah Mutakallimin dan filosof adalah pemahaman yang sifatnya rasional melalui berfikir spekulatif. Lain halnya dengan ma’rifah para sufi atauaulia, adalah penangkapan dan penghayatan langsung terhadap obyeksehingga ia merasakan dan melihat obyek itu. Dan disini Dzun-Nun menegaskan bahwasanya ma’rifah itu sepenuhnya adalah karunia dan pemberian Allah SWT.

Jadi kesimpulan menurut Dzun-Nun bahwasanya kalau kita ingin sampai pada tingkat ma’rifah, maka kita harus melaluinya setahap demi setahapd an dilakukan dengan kesungguhan dan keseriusan. Dan dia juga mengatakan bahwasanya adanya perbedaan ma’rifah kepada Allah yang disebabkan oleh kemampuan dan kesadaran dia sebagai makhluk. Ma’rifah juga sepenuhnya diberikan oleh Allah SWT atas karunianya dan kasihsayangnya. Maka seorang hamba tidak akan sampai pada tingkat ma’rifah tanpa usaha dan anugrah serta karunia Allah SWT.

Kamis, 12 Mei 2016

Memahami Keteladanan Dakwah Rasulullah SAW dalam Membina Umat





KURIKULUM 2013
PERANGKAT PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN  (RPP)

TEMA : MEMAHAMI KETELADANAN DAKWAH RASULULLAH SAW. DALAM MEMBINA UMAT

Nama Sekolah                    :   _______________________________

Kelas / Semester                 :   _______________________________

Nama Guru                        :   _______________________________

NIP / NIK                           :   _______________________________




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan :   Madrasah  Aliyah  
Mata Pelajaran       :   SKI
Kelas / Semester      :   X /1
Materi Pokok          :   Memahami  Keteladaan Dakwah Nabi Muhammad SAW. dalam Membina Umat
Alokasi Waktu        :   20  Menit

A.      Kompetensi Inti
KI 1  :   Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2  :   Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
KI 3  :   Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4  :   Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
1.1.       Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah Saw, pada periode Makkah dan Madinah Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim Ibrah dari perjuangan Rasulullah dalam dakwah islam pada periode Makkah dan Madinah untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
1.2.       Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah Saw, pada periode Makkah dan Madinah Menghayati nilai-nilai positif yang dimiliki oleh masyarakat Madinah
1.3.       Mengidentifikasi hasil-hasil perjuangan  Rasullullah Saw., dalam dakwah Islam pada periode Makkah dan Madinah
1.4.       Mengambil ibrah dari perjua ngan  Rasullul lah Saw, dalam dakwah Islam pada periode Makkah dan Madinah untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang.
Indikator
2.1         Mampu menjelaskan sejarah dakwah Rasulullah
2.2         Mampu menjelaskan substansi dan strategi dakwah rasulullah saw
2.3         Mampu menjelaskan hasil perjuangan Rasulullah dalam dakwah islam
2.4         Mampu menjelaskan ibrah dari perjuangan dakwah Rasulullah untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang

C.      Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat:
3.1         Peserta Didik mampu Mampu menjelaskan sejarah dakwah rasulullah
3.2         Mampu menjelaskan substansi dan strategi dakwah rasulullah saw
3.3         Mampu menjelaskan hasil perjuangan rasulullah dalam dakwah islam
3.4         Mampu menjelaskan ibrah dari perjuangan dakwah rasulullah untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang

D.      Materi Pembelajaran
Memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Mekkah
1.             Sejarah dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan Madinah
2.    Substansi dan strategi dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah
3.    Hasil perjuangan Rasulullah dalam dakwah islam pada periode Makkah dan Madinah
4.    Ibrah dari perjuangan Rasulullah dalam dakwah islam pada periode Makkah dan Madinah untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang

E.       Metode Pembelajaran
Pendekatan   :    Saintifik (mengamati, menanya, eksplorasi, mengasosiasi, mengasosiasi dan mengkomonikasikan).   
Metode         :    1.  Ceramah
2.    Tanya Jawab
3.    Diskusi
4.    Penugasan
Strategi         :  Peta Konsep yang disusun oleh kelompok, evaluasi dengan menggunakan NHT (Number Head Together) dikombinasikan dengan kotak yang berisi angka-angka untuk dikocok secara acak dengan kotak yang berisi  pertanyaan

F.       Media dan Sumber Pembelajaran
a.      Media          
a.    Laptop
b.    LCD Projector
c.    Sound System
d.   Kertas karton
b.      Sumber Belajar
a.  Buku Ajar Fokus Sejarah Kebudayaan Islam kelas X Kurikulum 2013
b. Buku paket
·    Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II pengantar studi sejarah kebudayaan Ismam dan pemikiran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998.
·    Hadi Nur, .Ayo Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam., Semarang:Erlangga, 2012.
·    Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prendada Media, 2004.
c.  Al-Quran dan terjemahannya
d. Referensi lain yang relevan
e.  Internet (jika tersedia)

G.      Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
  Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama/membaca basmalah.
  Guru mengajak siswa melakukan tadarus bersama selama 1 menit.
  Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
  Guru memotivasi peserta didik dengan  menayangkan video motivasi.
  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
  Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang “Memahami Keteladanan Dakwah Rasulullah dalam Membina Umat”.
  Guru menyampaikan  tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.
  Guru mempersiapkan media/alat peraga/alat bantu bisa berupa tulisan manual di papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat dengan media berbasis ICT.
  Guru membagi peserta didik dalam 3 kelompok besar, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang anggota kelompok
6 menit
Inti
a.      Mengamati
1.     Mencermati slide power point tentang keteladanan dakwah Rasulullah SAW dalam membina umat

b.       Menanya
(memberi stimulus agar peserta didik bertanya)  
1)   Bagaimana keteladanan dakwah Rasulullah SAW dalam membina Umat

c.        Mengeksplorasi
1)   Mendiskusikan Strategi yang dilakukan Rasulullah dalam berdakwah yang dituangkan dalam peta konsep untuk didiskusikan bersama masing-masing kelompok

d.       Mengasosiasi
1)       Membuat kesimpulan tentang keteladanan Rasulullah SAW dalam berdakwah
e.       Mengkomunikasikan
1) Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang keteladanan dakwah Rasulullah SAW dalam membina umat
10 Menit
Penutup
  evaluasi dilakukan dengan NHT (Number Head Together) dikombinasikan dengan kotak bernomor  yang dikocok
  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan/ rangkuman hasil belajar selama sehari.
  Melakukan penilaian hasil belajar
  Merencanakan kegiatan tindak lanjut
  Pembelajaran ditutup dengan membaca hamdalah dan doa penutup serta salam
4 menit







H.      Penilaian
No.
Kompetensi
Teknik
Instrumen
Keterangan
1.
KI 1 dan KI 2
Observasi
·            Lembar observasi
Terlampir
2.
KI 3
Tes tertulis
·            Pilihan ganda
·            Uraian
·            Tugas (mandiri atau kelompok)
Terlampir
3.
KI 4
Kinerja
·            Lembar  laporan tugas
Terlampir


Lampiran
Penilaian KI 1
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
(LEMBAR OBSERVASI)
A.      Petunjuk Umum
1.    Instrumen penilaian sikap spiritual ini berupa Lembar Observasi. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrument yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Pada jenjang SMA/MA, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya,
2.         Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.

B.       Petunjuk Pengisian
Secara periodik, misalnya 1 atau 2 minggu sekali guru melakukan penilaian sikap spiritual peserta didik. Caranya, guru memberi tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut.
4 = Selalu, apabila peserta didik selalu melakukan sesuai pernyataan.
3 = Sering, apabila peserta didik sering melakukan sesuai pernyataan dan
      kadang-kadang tidak melakukannya.
2 =Kadang-kadang, apabila peserta didik kadang-kadang melakukan dan
      sering tidak melakukannya.
1 = Tidak pernah, apabila peserta didik tidak pernah melakukannya.











Lembar Observasi
Kelas                               : ….
Semester                          : ….
TahunAjaran                    : ….
Periode Pengamatan        : Tanggal s.d. ….
No
Aspek Pengamatan
SKOR
1
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu

2
Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan

3
Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi

4
Mengungkapakan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan

5
Melaksanakan ibadah keseharian baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan sesuai dengan agama yang dianutnya.

Jumlah Skor


Lembar Observasi
No.
Nama Peserta Didik
Aspek Pengamatan
Jumlah
Rerata Skor
Nilai
Keterangan
1
2
3
4
5
1










2










3










4










5










Dst.












Penilaian KI 2

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SOSIAL
(LEMBAR OBSERVASI)

A.      Petunjuk Umum
1.    Instrumen penilaian sikap sosial ini berupa Lembar Observasi.  Sikap sosial yang dikembangkan pada Kompetensi Inti 2 di jenjang SMA/MA meliputi:
a.       jujur
b.      kreatif
c.       disiplin
d.      tanggung jawab
e.       toleransi
f.       gotong royong
g.      santun
h.      responsif
i.        proaktif
2.         Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.

B.       Petunjuk Pengisian
Secara periodik, misalnya 1 atau 2 minggu sekali guru melakukan penilaian sikap sosial peserta didik. Caranya, guru memberi tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap sosial yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut.
4 = Selalu, apabila peserta didik selalu melakukan sesuai pernyataan.
3 = Sering, apabila peserta didik sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukannya.
2 = Kadang-kadang, apabila peserta didik kadang-kadang melakukan dan  sering tidak melakukannya.
1 = Tidak pernah, apabila peserta didik tidak pernah melakukannya.




Guna memudahkan penilian, guru dapat membaca indikator tiap-tiap aspek sosial sebagai berikut.
Tabel Daftar Deskripsi Indikator


Sikap dan Pengertian
Contoh Indikator
ü  Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan
ü Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)
ü Mengungkapkan perasaan apa adanya
ü Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan
ü Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya
ü Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki

1.     Jujur
Adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
2.    Kreatif
Kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya.
ü Menghasilkan ide/karya inovatif yang dipublikasikan/dipasarkan.
ü Menghasilkan ide/karya inovatif untuk kalangan sendiri/ skala kecil.
ü Memodifikasi dan menggabungkan beberapa ide/karya untuk menghasilkan gagasan/karya baru.
ü Mencoba membuat ide/karya dari contoh yang sudah ada.
3.    Disiplin
Adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
ü Datang tepat waktu
ü Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah
ü Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai  dengan waktu yang ditentukan
ü Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

4.    Tanggungjawab
Adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
ü Melaksanakan tugas individu dengan baik
ü Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
ü Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
ü Mengembalikan barang yang dipinjam
ü Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan
ü Menepati janji
ü Tidak menyalahkan orang lain utk  kesalahan tindakan kita sendiri
ü Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta
5.    Toleransi
Adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan
ü Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
ü Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
ü Dapat menerima kekurangan orang lain
ü Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
ü Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan
ü Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain
ü Kesediaan untuk belajar dari  (terbuka terhadap) keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik
ü Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru
6.    Gotong royong
Adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.
ü  Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah
ü Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
ü Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan
ü Aktif dalam kerja kelompok
ü Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
ü Tidak mendahulukan kepentingan pribadi
ü Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain
ü Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
7.    Santun
Adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.
ü Menghormati orang yang lebih tua.
ü Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
ü Tidak meludah di sembarang tempat.
ü Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat
ü Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
ü Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
ü Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain
Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.
8.    Responsif
Adalah kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kepekaan yang tajam dalam menyikapi berbagai hal yang dihadapinya dan kepahaman makna tanggungjawab yang harus dipikul adalah ciri utama kepribadiannya
ü Tanggap terhadap kerepotan pihak lain dan segera memberikan solusi dan atau pertolongan
ü  Berperan aktif terhadap berbagai kegiatan sekolah dan/atau sosial
ü  Bergerak cepat dalam melaksanakan tugas/kegiatan
ü  Berfikir lebih maju terhadap segala hal

9.     Pro aktif
Adalah sikap seseorang yang mampu membuat pilihan dikala mendapatkan stimulus. Seseorang yang bersikap proaktif mampu memberi jeda antara datangnya stimulus dengan keputusan untuk memberi respon. Pada saat jeda tersebut seseorang yang proaktif dapat membuat pilihan dan mengambil respon yang dipandang terbaik bagi dirinya.
ü Berinisiatif dalam bertindak terkait dengan tugas/pekerjaan atau sosial.
ü  Mampu memanfaatkan peluang yang ada.
ü  Memiliki motivasi untuk terus maju dan berkembang.
ü  Fokus pada hal-hal yang memungkinkan untuk diubah atau diperbaiki.


C.      Lembar Observasi
Kelas                               : ….
Semester                          : ….
TahunAjaran                    : ….
Periode Pengamatan        : Tanggal s.d. ….
           
No
Nama Peserta Didik
Sikap
Jumlah
Rerata Skor
Nilai
Keterangan
Jujur
Disiplin
Tanggung Jawab
Toleransi
Gotong Royong
Santun
Percaya  diri
1












2












3












4












Penilaian KI 3

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan uraian yang jelas dan tepat! Kerjakan sendiri dan yakinlah dengan kemampuan Anda!

1.                              Kapan Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul Allah SWT?
2.        Jelaskan metode dakwah Rasulullah saw setelah  menerima wahyu pertama kali?
3.                              Berapa lama dakwah secara sembunyi-sembunyi dilaksanakan?
4.                              Orang-orang yang pertama kali masuk islam disebut dengan?
5.        Bagaimana tahap-tahap dakwah Rasulullah yang dilakukan secara terang-terangan?
6.                              Bagaimana reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW.?
7.        Apa saja usaha yang dilakukan oleh kafir Quraisy untuk menolak dan mengehentikan dakwah Rasulullah SAW?
8.                              Bagaimana substansi dan strategi dakwah rasulullah SAW?
9.                              Apa saja hikmah dari sejarah dakwah Rasulullah SAW?
10.    Bagaimana sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW?


Penilaian KI 4
Penilaian Kinerja

Diskusikan bersama kelompok Anda ibrah dari keteladanan dakwah Rasulullah SAW dalam membina umat?