Senin, 08 September 2014

Renungan Rasa Adila



Ternyata memang tak pernah salah, terkadang sulit ku mengerti mengapa begitu banyak kau sebarkan cinta di muka bumi ini ya rabb..?? hingga sekarang begitu tak menentu rasanya gelombang cinta yang tersendat dalam darah anganku. Aku begitu takut, rasa ini begitu sukar untuk aku terjemahkan dalam nalar pikiranku, begitu terpaut dalam keakuan sang waktu, rasanya aku terjatuh dalam pengapnya ruang hitam di sekelilingku.
“Dil , sedang apa ???? boleh aku duduk ???” sesosok gadis dengan dress bunga, lengkap dengan tas tenteng menambah serasi penampilannya. menyapaku , rasanya aku kenal dengan gelagat itu. “oh tentu, nad” jawabku sembari mengalihkan file cerpen yang setengah jadi di leptopku, ku ganti denga file tugas minggu lalu. “sedang apa disini dil ???” nadia sahabatku bertanya. “ouhhh enggak nad, aku..mmm aku..aku sedang ..sedang mengerjakan tugas, iya sedang mengerjakan tugas.” Jawabku dengan sedikit ragu namun ku coba tegaskan dengan alih tag Question, kala itu kami sedang duduk di bawah pohon besar di halaman kampus. “Hemmm.... itu tugas minggu lalu dill, bukannya sudah kita serahkan hari rabu kemarin ,? huhh Adilla Muzdalifah memang tak pernah berubah, aku sahabatmu dil, tak cukupkah waktu 1 tahun mengenalku untuk buatmu percaya dan yakin berbagi hal denganku ??? ayolah dil, tak baik jika kau pendam sendiri masalahmu. Mungkin bisa ku tawarkan solusi nanti, atau mmm... mungkin saja kan Allah jadikan aku pelantara solusi untuk masalahmu itu Lho, mungkin kan ??? hoho...... nadia berkata sedikit pasti setengah memelas padaku. aku melempar senyum tipis pada nadia sahabatku. “iya nad, aku pasti cerita, tapi gak saat ini. Biar aku yakinkan dulu, untuk kemudian aku ceritakan padamu. Saat itu bunyi nada SMS dari ponselku terdengar. Di layar ponsel itu tertera (1 message received Ummi).

“Asslmulaikum,
neng udah beres kuliahnya ?
tolong cepat pulang iya. Anter umi ke rumah nenek.
Wasalam”

        Aku baca pesan dari Ummi, dan kemudian merapihkan semuanya dan bergegas pergi. Sebelumnya aku berusaha pamit pada nadia. “nad , aku harus pulang nih”, ucapku pada nadia yang duduk di sebelahku. “Lho Lho.. mu kemana kamu dill kok cabut gth ja ???” nadia menghela bicaraku. “aduhhh maaf bnget, barusan itu ummi sms. Nyuruh cepet pulang. Nanti insya allah aku sambung lagi iya. Assalamualaikum.” Sambungku pada nadia sambil bergegas pergi dan berlalu.

***
       
 Keesokan harinya,
“Heyy dill, ada waktu nggak ? aku mau Share sesuatu nich.” Kami duduk di meja kantin Bu nur. Nadia berusaha menyampaikan sesuatu padaku. “Sebenarnya ini bukanlah suatu hal yang begitu sulit, tapi entahlah akupun tak tahu apa latar belakang dari keinginanku ini. Bisakah kau membantuku ?? hemmmmmhuhhhhhh.... dia menarik napas dalam dalam, gini dill, sepertinya mulai tergerak hatiku untuk berhijab. Bagaimana menurutmu ???” nadia menayakan pendapatku kala itu, namun spertinya anganku sedang jauh saat itu, entah berada dimana hatiku, dan entah perasaan apa yang terjadi dalam lirih batinku, semuanya terasa senyap bak tiupan angin pagi di musim semi. Hingga nadia berulang kembali tentang semuanya, “ohhh iya nad, “ aku coba tetap tenang, sembari memfokuskan pikiranku pada nadia yang duduk tepat beradu wajah denganku, dan segera ku sampingkan renungan rasa yang sejak tadi bernaung dalam memory ku, dan sepertinya tidak akan pergi sebelum berhasil ku tafsirkan. Aku sampaikan dengan pelan pada sahabatku. “nad,,, sebenarnya berhijab itu sudah semestinya kita lakukan sebagai seorang muslimah. Namun adakalanya orang berpikir bahwa masih belum siap melakukan hal yang itu. Tidak sedikit orang yang mengalami seperti yang kamu alami sekarang. Bila kamu tanya tentang bagaimana argumenku, mungkin tanpa kamu tanyapun kamu sudah bisa memprediksikan sedikit bagaimana argumenku tentang berhijab.
Anas bin RA meriwayatkan, rassululah SAW bersabda :
“semua penghuni surga akan menemui allah SWT yang tergantung kepada amalnya di dunia, tetapi wanita shalihah yang memelihara dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahram, maka allah sendiri yang akan datang kepadanya.” Subhanalahh bukan ????????????, allah sangat memuliakan wanita shalihah.
        Itu menurutku, ingat nad allah tidak suka di permainkan, mantapkan dulu hatimu untuk sepenuhnya berhijab permanen, menutupi aurat yang semestinya kita lakukan, secantik cantiknya perempuan lebih cantik apabila mengenakan kerudung. :-) . selain itu kita senantiasa disegani, dan di lindungi allah SWT selalu,,
Bagini :

Mereka berdiri di sana dengan celana pendeknya, sangat pendek, super pendek. Yang mereka anggap sebagai model terkini. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka berdiri disana dengan lautan make up di wajahnya yang mereka percayai sebagai kebebasan berekspresi. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka masih berdiri disana dengan rambut basah oleh gel berwarna-warni, penuh dengan unsur kimia yang mereka anggap sebagai kemurnian jiwa. Sedangkan aku disini berdiri tagak dan bangga denga jilbabku.
Dan mereka berdiri disana asyik berbicara untuk membeli celana pendek model terbaru, pewarna rambut yang paling trendi, bahkan cara mendapatkan pacar baru yang mereka anggap sebagai memahami keindahan tuhan dan ekspresi cinta. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku. 
Karena jilbabku inilah pelindungku, kekasihku, kesetiaanku, kemurnianku, kecantikanku, dan alatku untuk mengingat allah. Saat aku meletakkan jilbab di atas kepalaku, aku tahu segala kesesatan yang dibawa oleh setan akan di lenyapkan. Setelah selesai aku sematkan peniti. Aku telah bebas.

        “oh begitu,, subhanalah rasanya hati ini bergetar.. semakin mantap saja hati ini untuk itu dil, Cuma belakangan aku ingin berhijab gara-gara Anton yang menyuruhku untuk berkerudung, makanya aku langsung tanya pendapatmu.” Nadia mengungkapkan semuanya tanpa ragu padaku. “Hemmmmhuhhhhhhh.... kalau seperti itu malah gak baik nad, jangan karena seseorang kita melakukan sesuatu, tapi harus karena allah, untuk menggapai ridha dan rahmatnya, untuk senantiasa selalu dekat dengannya, dan berdasarkan keinginan kita sendiri dari lubuk hati yang paling dalam.” Jawabku pada nadia. Nampaknya nadia sahabatku mulai bingun dengan keinginan hatinya. Lagi-lagi renungan rasa itu terlintas di benakku dan juga nadia, meski tak sama.
        “dil, bagaimana dengan mu ???” nadia kembali bertanya tentang gundahku. “aku, ? nad, bahwa tafakur pada tuhanku adalah kekayaanku, akal dan logika adalah akar agamaku, antusiasme adalah kendaraanku, doa adalah temanku, iman adalah sumber kekuatanku, kesedihan adalah sahabatku, pengetahuan adalah senjata ku, kesabaran adalah pakaian dan moralku, membela Allah adalah kebanggaanku, kebenaran adalah keyakinanku, shalat adalah penyejuk ku, dan di sela-sela itu salahkah bila aku berpikir bahwa cinta adalah landasan keberadaanku ?????????”. “Subhanallahh Adilla sahabatku rasanya bukan Adilla yang berkata dengan lembut dan bertutur cerita padaku barusan, melainkan Khadijah yang bersahaja yang selalu di sebut-sebut, dan didambakan Rasullulah SAW.” Nadia tersenyum tulus padaku. “nad,, sebenarnya aku merasakan sesuatu yang tak biasanya aku rasakan. Hubungan ku dengan dia berjalan seperti air, aku yakin bahwa aku disini adalah cerminan dia di sana. Tapi rasa takut terus mendampingiku disini, begitu takutnya hingga sesekali rasa percayaku terhadapnya semakin surut saja. Tapi terus ku yakinkan kembali, aku masih tetap memegang teguh semua janjinya 9 januari 2019 nanti. Tentu saja dengan pengharapanku yang besar padanya, pada ucapannya, pada janjinya, dan pa sayangnya yang tulus padaku. J . “dilla sahabatku begitu mengagumkan nya dirimu, aku yakin Arif juga begitu. Dan aku juga yakin allah sampaikan pada Arif tentang Adilla yang begitu mempesona hatinya. Dan baik adanya. Aku jadi iri rasanya dan ingin memperbaiki diri. Hemhuh,” ujar nadia padaku sembari memikirkan sesuatu nampaknya.
        Setelah beberapa hari tidak bertemu karena kesibukan masing-masing menyelesaikan tugas kuliah, akhirya kami bertemu di gerbang kampus. Nampaknya nadia semakin mantap untuk berhijab, terlihat dari pakaian yang dia kenakan hari ini, “alhamdulilah...” aku berkata dalam hati. Aku dan nadia melangkah dengan pasti menuju ruang kelas. Sembari berbincang-bincang. Nadia nampak begitu cantik dengan kerudung berwarna toskanya. Sesampainya di kelas kami berbincang seputar renungan rasa itu. Sambil menunggu dosen. “nad, , boleh aku bilang sesuatu. ???”. “Sure .., apa yang hendak kamu sampaikan dill ????”. “your beautiful.. selamat iya sukses berhijab,,”. “makasih dill berkat saran dan bimbingan Adilla Muzdhalifah kerinduanku berhijab akhirnya tercapai. Hmmmm dan hubunganku dengan Anton semakin di mudahkan. Hihi J. Bagaimana dengan mu dill ?????” . “alhamdulilah.., aku masih tetap menunggu 9 januari 2019 nad, rasanya pengen cepet-cepet melihat melihat pembuktian dari janjinya. Huhu ^^.., nad ada yang ingin aku tunjukan . ini. “ kubuka file cerpen di leptopku dan ku tunjukan pada Nadia sahabatku. “subhanallah... dill ini luar biasa , renungan rasa yang berbeda. Tentang keluh kesahku untuk berhijab, tentang kerinduanku, dan tentang renungan rasa seorang Adilla yang terus berharap 9 januari 2019. ini bagus dill, aku terharu dengan kisahnya”. Nadia refleks memeluku saat itu, kami beradu air mata dan tenggelam dalam pelukan renungan rasa yang berbeda.