Kamis, 26 Maret 2015

Agar Ngampus Tak Sekedar Status (udah lama banget gak bikin postingan)



Oleh : Septi Kurniawati, 04 Desember 2014| 08:38
Status sebagai mahasiswa selayaknya dapat menjadi kebanggaan tersendiri,  menyibukkan diri dengan kegiatan positif dan terlibat dengan organisasi di luar.
seorang mahasiswa tak hanya unggul dari segi akademis namun juga akademis. Status sebagai seorang mahasiswa sepatutnya dioptimalkan untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya menggali ilmu seluas-luasnya karena masa muda adalah momentum yang berharga untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas diri.
Pentingnya mengatur waktu adalah tugas besar mahasiswa yang menyandang status sebagai aktivis. Kurangi waktu tidur, karena kebanyakan dari mereka yang sukses adalah mereka yang terbangun di kala yang lain sedang tertidur. Waktu tidur dapat digantikan dengan aktivitas lain yang lebih bermanfaat. Baca buku sebanyak-banyaknya, menulis sebanyak-banyaknya, dan berdiskusi sebanyak-banyaknya adalah tradisi ilmiah yang harus dijaga dengan teratur.
kebutuhan mahasiswa untuk memetik ilmu di lapangan. Peluang untuk mendapatkan ilmu dan wawasan dari luar begitu besar, mahasiswa harus pandai dalam memanfaatkan peluang.  Aksi seorang aktivis yang sering disorot oleh media adalah “aksi turun jalan”. Beberapa media tertentu terkesan mendiskreditkan mahasiswa yang terlibat dalam aksi jalanan. Padahal sebelum melakukan aksi ada jalur diplomasi yang ditempuh, namun ketika aspirasi mahasiswa tak lagi didengar timbullah aksi yang sedikit anarkis. Untuk menyikapi media-media tersebut pak maukuf berpesan agar mahasiswa cerdas dalam memilih dan memilah informasi yang tersebar di masyarakat. Dan tidak mudah terprovokasi oleh media. Ubah cara pandang yang hanya dari satu sisi, lihatlah dari banyak sisi, telusuri sumber beritanya. Aksi bukan hanya “aksi turun jalan” ada aksi sosial dan aksi intelektual.  Aksi sosial mahasiswa berupa pembagian sembako, relawan korban bencana alam, dsb. Aksi intelektual mahasiswa yakni berupa tulisan, diskusi, dan berpartisipasi dalam diskusi, seminar, dan talkshow mahasiswa.
Dua bulan lalu, tepatnya Oktober 2014 di kampus ini diwisuda ratusan orang sarjana. Ya, mereka kelihatan begitu gagah dan cantik-cantik. Raut wajahnya menyiratkan kegembiraan sekaligus kebanggaan. Dengan ditemani orang tua atau familinya, mereka juga mengabadikan peristiwa bersejarah itu dalam rekaman kamera. Hari itu mereka memakai toga dan hari ini toga itu juga menjadi keinginan kita bersama.
Namun cukupkah hanya dengan memakai toga dan mendapat gelar sarjana? Kurang dari 24 jam, ternyata banyak diantara mereka yang telah menggantikan kegembiraan dengan kekhawatiran. Wajah yang ceria telah berubah menjadi kecemasan. Canda tawa yang renyah itu hilang dan kini hadir kerlingan dagu dan sedikit pusing kepala. Ada apa?
Sebagian besar karena berpikir tentang hendak kerja apa. Sebagian lain sibuk menghadapi pertanyaan orang kampung “setelah sarjana terus ke mana?” Ada juga yang merasa sepi sebab tak ada lagi kawan-kawan yang menemani ‘cangkrukan’ sambil minum kopi.
Hal yang sama bukannya tidak mungkin jika nanti menimpa kita. Terlebih jika orientasi kuliah kita tidak jelas. Ngampus hanya sekadar status. Berakit-rakit ke hulu, Ditubruk ikan paus. Hedonis dan hura-hura dahulu, Akhirnya malah mampus. [peribahasa baru]
Makanya sejak sekarang (mumpung lagi Ramadhan) mari kita bertobat! (???) Ngampus jangan sekadar status; biar dihormati orang sekampung, biar kelihatan intelek, biar ‘bargaining position’ di depan lawan jenis naik, biar dapat titel, biar mudah diambil menantu orang, de-el-el. Sebagai wujud keseriusan tobat kita, mulai sekarang kita mesti berubah:
Menjadi pembelajar bukan pengumpul nilai
Mendapatkan nilai tinggi itu bagus, tetapi kalau caranya tidak benar hanya akan jadi beban di kemudian hari. (bukan berarti KAMMI ngajari nilai jelek!). Pembelajar tidak pernah merasa dirinya telah ‘pandai’, sebaliknya pengumpul nilai akan merasa ‘puas’ jika berhasil mendapatkan nilai A atau B. Pembelajar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tak pernah merasa ‘puas’, menghargai proses, menganggap semua tempat adalah sekolah, setiap orang adalah sumber ilmu, dan setiap waktu adalah peluang untuk memperbaiki diri. Pembelajar juga husnudzan terhadap kritik dan tidak cuek.
Mengilmui, bukan sekedar menghafal
Menghafal mungkin cocok buat TK-SMU. Tapi di bangku kuliah kita butuh lebih dari itu. Kita akan berhadapan dengan banyak persoalan baru dan problem aktual baik di kampus, di masyarakat , maupun lapangan karir. Jika tidak terbiasa melatih kemampuan analisa, percayalah kita akan sangat kesulitan hanya mengandalkan hafalan untuk copy paste saja.
Pastikan Dosen mendidik, bukan mengajar
Kalau dosen hanya masuk kemudian menulis dipapan lalu membaca, mengabsen dan pulang mending kita beli buku saja dan tidak usah kuliah! Pastikan dosen bisa menjadi kawan diskusi di ruang kuliah dan menjadi problem solver saat mahasiswa menghadapi kesulitan tentang materi kuliah. Di samping itu harus ada keteladanan dan motivasi yang bisa kita dapatkan.
Membaca, Menulis, Berdiskusi
Dengan membaca kita akan memiliki cukup “bahan bakar” untuk mengubah pola pikir dan menjadi dasar bagi setiap aktifitas kita. Dengan menulis kita mencurahkan gagasan dan ide-ide kita, mengaktualisasikan pikiran dan isi otak kita. Dengan berdiskusi ilmu akan semakin tajam dan mendalam. Kita belajar alur berpikir orang lain dan orang lain belajar alur berpikir kita.
Manfaatkan Teknologi
Internet sudah menjadi keniscayaan bagi mahasiswa. Di sana kita bisa mendapatkan banyak informasi, bertukar pikiran lewat milis, dan mempublish pemikiran lewat website atau blog kita. Makanya, setiap pengurus KAMMI wajib punya blog (ditraining dulu tentunya).
Aktif Organisasi
Aktif di organisasi tidak akan membuat kuliah kita amburadul, sepanjang kita bisa memenej dengan baik dan tidak saling membenturkan. Justru dengan aktif di organisasi kita bisa mengasah kecerdasan emosional kita, membangun relasi, bekerja dalam tim, memberikan kontribusi bagi sesama, dan mendapatkan keluarga besar yang memotivasi kita serta saling menjaga. [muchlisin]
Kita,saat ini kita menyandang sebuah gelar. Gelar yang di anggap tinggi oleh setiap kaula muda. Mahasiswa. Kita adalah Mahasiswa. Mahasiswa yang akan membawa sebuah perubahan. Kita Agen of Change.Masih ada kesempatan untuk memperbaiki itu semua, tidaka ada kata terlambat  better late than never. Kalau katanya Aa Gym : “Mulailah dari sekarang, mulailah dari hal yang paling sederhana, so.. mulailah sekarang juga….”