Oleh : Septi Kurniawati, 04 Desember 2014| 08:38
Status sebagai mahasiswa selayaknya dapat menjadi kebanggaan
tersendiri, menyibukkan diri dengan kegiatan positif dan terlibat dengan
organisasi di luar.
seorang mahasiswa tak hanya unggul dari segi akademis namun juga akademis.
Status sebagai seorang mahasiswa sepatutnya dioptimalkan untuk mencari
pengalaman sebanyak-banyaknya menggali ilmu seluas-luasnya karena masa muda
adalah momentum yang berharga untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas
diri.
Pentingnya mengatur waktu adalah tugas besar mahasiswa yang
menyandang status sebagai aktivis. Kurangi waktu tidur, karena kebanyakan dari
mereka yang sukses adalah mereka yang terbangun di kala yang lain sedang
tertidur. Waktu tidur dapat digantikan dengan aktivitas lain yang lebih
bermanfaat. Baca buku sebanyak-banyaknya, menulis sebanyak-banyaknya, dan
berdiskusi sebanyak-banyaknya adalah tradisi ilmiah yang harus dijaga dengan
teratur.
kebutuhan mahasiswa untuk memetik ilmu di lapangan. Peluang untuk
mendapatkan ilmu dan wawasan dari luar begitu besar, mahasiswa harus pandai
dalam memanfaatkan peluang. Aksi seorang aktivis yang sering disorot oleh
media adalah “aksi turun jalan”. Beberapa media tertentu terkesan mendiskreditkan
mahasiswa yang terlibat dalam aksi jalanan. Padahal sebelum melakukan aksi ada
jalur diplomasi yang ditempuh, namun ketika aspirasi mahasiswa tak lagi
didengar timbullah aksi yang sedikit anarkis. Untuk menyikapi media-media
tersebut pak maukuf berpesan agar mahasiswa cerdas dalam memilih dan memilah
informasi yang tersebar di masyarakat. Dan tidak mudah terprovokasi oleh media.
Ubah cara pandang yang hanya dari satu sisi, lihatlah dari banyak sisi,
telusuri sumber beritanya. Aksi bukan hanya “aksi turun jalan” ada aksi sosial
dan aksi intelektual. Aksi sosial mahasiswa berupa pembagian sembako,
relawan korban bencana alam, dsb. Aksi intelektual mahasiswa yakni berupa
tulisan, diskusi, dan berpartisipasi dalam diskusi, seminar, dan talkshow mahasiswa.
Dua bulan lalu, tepatnya Oktober 2014 di kampus ini diwisuda ratusan orang
sarjana. Ya, mereka kelihatan begitu gagah dan cantik-cantik. Raut wajahnya
menyiratkan kegembiraan sekaligus kebanggaan. Dengan ditemani orang tua atau
familinya, mereka juga mengabadikan peristiwa bersejarah itu dalam rekaman
kamera. Hari itu mereka memakai toga dan hari ini toga itu juga menjadi
keinginan kita bersama.
Namun cukupkah hanya dengan memakai toga dan mendapat gelar sarjana? Kurang
dari 24 jam, ternyata banyak diantara mereka yang telah menggantikan
kegembiraan dengan kekhawatiran. Wajah yang ceria telah berubah menjadi
kecemasan. Canda tawa yang renyah itu hilang dan kini hadir kerlingan dagu dan
sedikit pusing kepala. Ada apa?
Sebagian besar karena berpikir tentang hendak kerja apa. Sebagian lain
sibuk menghadapi pertanyaan orang kampung “setelah sarjana terus ke mana?” Ada
juga yang merasa sepi sebab tak ada lagi kawan-kawan yang menemani ‘cangkrukan’
sambil minum kopi.
Hal yang sama bukannya tidak mungkin jika nanti menimpa kita. Terlebih jika
orientasi kuliah kita tidak jelas. Ngampus hanya sekadar status. Berakit-rakit
ke hulu, Ditubruk ikan paus. Hedonis dan hura-hura dahulu, Akhirnya malah
mampus. [peribahasa baru]
Makanya sejak sekarang (mumpung lagi Ramadhan) mari kita bertobat! (???)
Ngampus jangan sekadar status; biar dihormati orang sekampung, biar kelihatan
intelek, biar ‘bargaining position’ di depan lawan jenis naik, biar dapat
titel, biar mudah diambil menantu orang, de-el-el. Sebagai wujud keseriusan tobat
kita, mulai sekarang kita mesti berubah:
Menjadi pembelajar bukan pengumpul nilai
Mendapatkan nilai tinggi itu bagus, tetapi kalau caranya tidak benar hanya
akan jadi beban di kemudian hari. (bukan berarti KAMMI ngajari nilai jelek!).
Pembelajar tidak pernah merasa dirinya telah ‘pandai’, sebaliknya pengumpul
nilai akan merasa ‘puas’ jika berhasil mendapatkan nilai A atau B. Pembelajar
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tak pernah merasa ‘puas’, menghargai
proses, menganggap semua tempat adalah sekolah, setiap orang adalah sumber
ilmu, dan setiap waktu adalah peluang untuk memperbaiki diri. Pembelajar juga
husnudzan terhadap kritik dan tidak cuek.
Mengilmui, bukan sekedar menghafal
Menghafal mungkin cocok buat TK-SMU. Tapi di bangku kuliah kita butuh lebih
dari itu. Kita akan berhadapan dengan banyak persoalan baru dan problem aktual
baik di kampus, di masyarakat , maupun lapangan karir. Jika tidak terbiasa
melatih kemampuan analisa, percayalah kita akan sangat kesulitan hanya
mengandalkan hafalan untuk copy paste saja.
Pastikan Dosen mendidik, bukan mengajar
Kalau dosen hanya masuk kemudian menulis dipapan lalu membaca, mengabsen
dan pulang mending kita beli buku saja dan tidak usah kuliah! Pastikan dosen
bisa menjadi kawan diskusi di ruang kuliah dan menjadi problem solver saat
mahasiswa menghadapi kesulitan tentang materi kuliah. Di samping itu harus ada
keteladanan dan motivasi yang bisa kita dapatkan.
Membaca, Menulis, Berdiskusi
Dengan membaca kita akan memiliki cukup “bahan bakar” untuk mengubah pola
pikir dan menjadi dasar bagi setiap aktifitas kita. Dengan menulis kita
mencurahkan gagasan dan ide-ide kita, mengaktualisasikan pikiran dan isi otak
kita. Dengan berdiskusi ilmu akan semakin tajam dan mendalam. Kita belajar alur
berpikir orang lain dan orang lain belajar alur berpikir kita.
Manfaatkan Teknologi
Internet sudah menjadi keniscayaan bagi mahasiswa. Di sana kita bisa
mendapatkan banyak informasi, bertukar pikiran lewat milis, dan mempublish
pemikiran lewat website atau blog kita. Makanya, setiap pengurus KAMMI wajib
punya blog (ditraining dulu tentunya).
Aktif Organisasi
Aktif di organisasi tidak akan membuat kuliah kita amburadul, sepanjang
kita bisa memenej dengan baik dan tidak saling membenturkan. Justru dengan
aktif di organisasi kita bisa mengasah kecerdasan emosional kita, membangun
relasi, bekerja dalam tim, memberikan kontribusi bagi sesama, dan mendapatkan
keluarga besar yang memotivasi kita serta saling menjaga. [muchlisin]
Kita,saat ini kita menyandang sebuah gelar. Gelar yang di anggap tinggi
oleh setiap kaula muda. Mahasiswa. Kita adalah Mahasiswa. Mahasiswa yang akan
membawa sebuah perubahan. Kita Agen of Change.Masih ada kesempatan untuk
memperbaiki itu semua, tidaka ada kata terlambat better late than never. Kalau katanya Aa
Gym : “Mulailah dari sekarang, mulailah dari hal yang paling sederhana, so..
mulailah sekarang juga….”