Jumat, 27 Maret 2015

Strategi Pembelajaran untuk Mengaktpikan Individu



 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif.
Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal itu secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif, misalnya mengamati, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi peserta didik. Terdapat berbagai cara untuk membuat proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, keterampilan, dan sikap akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri siswa. Para siswa hendaknya lebih dikondisikan berada dalam suatu bentuk pencarian daripada sebuah bentuk reaktif. Yakni, mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh mereka sendiri. Semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat mendorong mereka untuk berpikir, bekerja, dan merasa. Strategi pembelajaran berikut ini adalah di antara cara yang dapat digunakan oleh guru untuk dapat mengaktifkan siswa. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari strategi lain yang dipandang lebih tepat. Sebab, pada dasarnya tidak ada strategi yang paling ideal. Masing-masing strategi mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. hal ini sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pengguna strategi (guru), ketersediaan fasilitas, dan kondisi siswa.
Betapa pentingnya model/strategi pembelajaran aktif dalam suatu pembelajaran. Model/strategi pembelajaran aktif itu diadakan guna membuat suasana belajar lebih hidup, atau bisa disebut pembelajaran yang menekankan pada siswa agar aktif. Strategi pembelajaran ada dua macam, yaitu Strategi Pembelajaran Aktif dan Strategi Pembelajaran Pasif. Namun kami disini akan menyebutkan beberapa Strategi Pembelajaran Aktif. Karena sekarang bukan jamannya Strategi pembelajaran Pasif, atau bisa di sebut guru sebagai segalanya dikelas. Namun sekarang ini yang terpenting itu Strategi Pembelajaran Aktif, dimana semua siswa diwajibkan untuk aktif dalam kegiatan belajar, sedang guru hanya sebagai fasilitator. Dengan pembelajaran aktif diyakinkan bahwa siswa dapat mendapatkan suatu materi dengan maksimal. Dengan strategi pembelajaran aktif ini diharapkan siswa tidak bosan dalam kegiatan belajar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian strategi pembelajaran ?
2.      Apa pengertian Reading Aloud ?
3.      Apa pengertian Everyone is a Teacher Here?
4.      Apa pengertian Writing in The Here and Now
5.      Apa pengertian Planted Questions ?
C.     Tujuan
Pada makalah ini kami menyajikan materi mengenai Aliran Maturidiyah. Yang mana pembahasannya meliputi :
1.      Mengetahui pengertian strategi pembelajaran
2.      Mengetahui pengertian Reading Aloud
3.      Menegtahui pengertian Everyone is a Teacher Here
4.      Mengetahui pengertian Writing in The Here and Now
5.      Mengetahui pengertian Planted Questions












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy)
1.      Pengertian
Menurut Ensiklopedia pendidikan sebagaimana di kutip oleh W Gulo, strategi ialah : The Art Of Bringing To The Battle Field In Favourable Position. Dalam pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam posisi yang paling menguntungkan. Secara istilah strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan melalui proses berfikir unik di dalam menganalisa, memecahkan masalah dan di dalam mengambil keputusan.[1]
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka  miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa siswa  dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
2.      Strategi Reading Aloud (membaca keras)
Strategi Reading Aloud terdiri dari dua kata yaitu "reading" dan "aloud". Reading adalah membaca atau melihat catatan dan aloud adalah suara keras atau suka membaca dengan keras.
Reading Aloud merupakan bentuk strategi membaca suatu teks dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Strategi ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif.
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas rendah.
Di sisi lain, dengan pembelajaran reading aloud, guru dapat memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya. Pada kelas yang pembelajarannya menerapkan whole language, reading aloud dapat dilakukan setiap hari saat memulai pembelajaran. Guru hanya menggunakan beberapa menit saja (10 menit) untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu guru untuk memotivasi siswa memasuki suasana belajar.
Menurut Hisam Zaini Reading Aloud (membaca dengan keras). adalah sebuah strategi ini dapat membantu peserta didik dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan, dan menggugah diskusi .
Jadi strategi Reading Aloud adalah teknik pembelajaran yang mengarahkan pada pemahaman materi dengan menggunakan kekuatan membaca dengan keras.
            Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif.
Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
a.                   Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
b.                  Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat diangkat.
c.                   Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca keras bagian-bagian yang berbeda.
d.                  Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para peserta didik menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks tersebut.
Strategi ini dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan dan menggugah diskusi. Langkah-langkah pembelajaran:
a.       Pilih satu teks yang cukup menarik untuk di baca dengan keras. Usahakan teks tersebut tidak perlu panjang.
b.       kopian teks pada siswa jika tidak ada buku teks. Berilah tanda pada poin-poin atau issu-issu yang menarik untuk didiskusikan.
c.       Bagi teks dalam paragraf atau yang lain.
d.      Minta beberapa siswa untuk membaca bagian-bagian teks yang berbeda beda.
e.        Ketika bacaan sedang berlangsung, berhentilah pada beberapa tempat untuk menentukan arti penting poin-poin tertentu, untuk bertanya, atau member contoh. Berikan waktu yang cukup untuk berdiskusi jika mereka menunjukkan ketertarikan terhadap poin tersebut.
f.       Akhir proses dengan bertanya pada siswa apa yang ada dalam teks.
3.      Strategi Everyone is A Teacher Here (setiap orang adalah guru)
Metode everyone is a teacher here adalah salah satu metode dalam model pembelajaran aktif (active learning). Metode pembelajaran Everyone is a teacher here adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber terhadap semua temannya di kelas belajar Metode ini merupakan sebuah metode yang mudah, guna memperoleh partisipasi kelas secara keseluruhan dan tanggung jawab secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar” terhadap peserta didik lain.
Strategi Everyone Is A Teacher Here yaitu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya mencapaian tujuan yaitu meliputi aspek: kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan menganal masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.
Dalam Strategi Everyone Is A Teacher Here terdapat tujuh prinsip pokok yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam hal strategi pengajaran, yaitu:
a.          Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat anak didiknya
b.         Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah diterapkan sebelum pelaksanaan pendidikan
c.          Mengetahui tahap kematangan (maturity), perkembangan, serta perubahan anak didik
d.         Mengetahui perbedaan-perbedaan individu anak didik
e.          Memperhatikan pemahaman dan mengetahui hubungan-hubungan, dan kebebasan berfikir
f.          Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik
g.         Menegakkan contoh yang baik (uswatun hasanah), sehingga tujuan penerapan strategi ini adalah membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan membudayakan sifat berani bertanya, tidak minder dan tidak takut salah.
Dengan metode ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Penerapan metode everyone is teacher here pada pelajaran Sosiologi diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan antusiasme dalam diri siswa. Pembelajran everyone is a teacher here (semua orang adalah guru) ini membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi, untuk mengembangkan Interaksi pembelajaran siswa dilakukan dengan siswa menulis pertanyaan di kartu index dan mempersiapkan jawabannya, dan berkomunikasi karena dengan berkomunikasi pembelajaran dititikberatkan pada hubungan antar individu dan sumber belajar yang lain dan berorientasi pada kemampuan individu untuk berhubungan dengan sumber belajar tersebut. Tehnik pembelajaran ini memotivasi semua siswa untuk aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajar temannya dan mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat membuat pertanyaan dan mengemukakan pendapat, sehingga diharapkan pengetahuan yang di dapatkan oleh siswa menjadi bermanfaat dalam kehidupan siswa.
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepadasetiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawanya. Dengan strategi ini siswa yang tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Prosedur dari strategi ini adalah:
a.       Guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa. Guru meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. Misalnya ketika materi pelajaran tentang zakat, maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan zakat.
b.      Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu pada setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
c.       Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon.
d.      Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh sukarelawan tersebut.
e.       Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.
Kelebihan dan Kelemahan dari Metode Everyone is teacher here
  1. Kelebihan Metode Everyone is teacher here
Silberman menjelaskan bahwa kelebihan-kelebihan strategi Semua Orang bisa menjadi Guru, yaitu:
  1. Mendukung pengajaran sesama siswa di kelas.
  1. Menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.
Rahayu menjelaskan bahwa kelebihan-kelebihan strategi Semua Orang bisa menjadi Guru, yaitu:
  1. Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa.
  1. Strategi ini dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran pada berbagai mata pelajaran.
  1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat.
  1.  Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis masalah.
  1. Meningkatkan kemampuan siswa menuliskan pendapat-pendapatnya.
  1. Meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat simpulan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan-kelebihan strategi Everyone is a Teacher Here adalah sebagai berikut:
a.       Mendukung dan meningkatkan proses pembelajaran.
b.      Melatih siswa untuk bertanggung jawab.
c.       Strategi ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
d.      Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, menganalisis masalah, dan keterampilan membuat simpulan.
  1. Kelemahan Metode Everyone is teacher here
Widiyanti menjelaskan bahwa kelemahan-kelemahan strategi Everyone is a Teacher Here, yaitu:
a.       Memerlukan penjelasan materi di awal oleh guru agar soal yang dibuat siswa tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran.
b.      Membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan semua pertayaan untuk kelas besar.

  1. Manfaat penerapan metode everyone is teacher here
Sekarningrum menjelaskan bahwa manfaat dari penerapan strategi Everyone is a Teacher Here, yaitu:
a.       Meningkatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan individual.
b.      Mengaktifkan peserta didik.
Rahayu menjelaskan bahwa manfaat penerapan strategi Semua Orang bisa menjadi Guru, yaitu:
a.       Menggali informasi seluas-luasnya baik administrasi maupun akademis.
b.      Mengecek atau menganalisis pemahaman siswa tentang pokok bahasan tertentu.
c.       Membangkitkan respon siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat penerapan strategi Everyone is a Teacher Here adalah sebagai berikut:
a)      Meningkatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual.
b)      Mengaktifkan peserta didik.
c)      Menggali informasi seluas-luasnya baik administrasi maupun akademis.
d)     Mengecek atau menganalisis pemahaman siswa tentang pokok bahasan tertentu.
e)      Membangkitkan respon siswa.

4.      Strategi Writing in the here and now (menulis pengalaman secara langsung)
Adalah sebuah strategi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami secara langsung. Menurut Melvin L. Silberman, strategi menulis pengalaman secara langsung atau di sini dan saat ini (writing in the here and now) adalah sebuah cara dramatis untuk meningkatkan perenungan secara mandiri dengan meminta siswa menuliskan laporan tindakan kala ini (present tense) tentang sebuah pengalaman yang mereka miliki (seakan itu terjadi di sini dan sekarang). Aktivitas ini memungkinkan siswa untuk memikirkan pengalaman yang mereka miliki.[2]
Strategi menulis pengalaman secara langsung (writing in the here and now) dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. [3]
Al-Syaibany mengemukakan pentingnya membuat proses pembelajaran itu suatu proses yang menyenangkan, menggembirakan, dan menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik karena itu akan menarik minat dan keinginannya dan menolongnya mencapai tujuan-tujuannya dan selanjutnya menambah semangatnya.[4]
Menurut Silberman sebuah cara untuk meningkatkan perenungan secara mandiri adalah dengan meminta siswa melaporkan tindakan kala ini (present tense) tentang sebuah pengalaman yang mereka miliki (seakan itu terjadi di sini dan sekarang).[5]
Silberman dan Nizar Ali menggambarkan bahwa prosedur dari strategi ini adalah:
a.       Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh siswa. Bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan datang. Di antara contoh yang dapat diangkat adalah memandikan jenazah, melakukan ibadah haji, atau sahur pada bulan Ramadhan.
b.      Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif. Guru memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama kali di sini dan saat sekarang. Dengan demikian tindakan itu menjadikan pengaruh lebih jelas.
c.       Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang, tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan mereka untuk memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka dan lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik untuk menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dan perasaan-perasaan yang dihasilkannya.
d.      Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik seharusnya tidak merasa terburu-buru. Ketika mereka selesai, guru mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
e.       Guru mendiskusikan hasil pengalaman siswa tersebut bersama-sama.
Kelebihan dan Kekurangan
a.       Kelebihan
1)      Melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa.
2)      Meningkatkan kreativitas siswa.
3)      Meningkatkan semangat dan kemampuan siswa dalam menulis.
4)      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pesan inti materi pelajaran.
5)      Menghubungkan materi pelajaran dengan realitas kehidupan. Hal ini terkait dengan strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
b.      Kekurangan
1)            Kesulitan bagi sebagian siswa yang merasa tidak mempunyai pengalaman yang terkait dengan materi pelajaran, juga bagi siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah.
2)            Penggunaan waktu dalam kegiatan pembelajaran kurang efisien. Sebab, terkadang siswa banyak mengulur dan menunda pekerjaannya. Apalagi jika siswa belum terbiasa menulis dan menuangkan gagasan. Tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
3)            Pendalaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran berkurang. Sebab, fokus yang ingin dibidik oleh strategi strategi writing in the here and now adalah pengalaman siswa dalam mengamalkan materi pelajaran, bukan materi pelajaran itu sendiri.
5.      Strategi Planted Questions (pertanyaan rekayasa)
Metode ini memungkinkan anda untuk memberikan informasi sebagai jawaban atas pertanyaan yang pernah diberikan kepada peserta didk yang dipilih. Meskipun anda, sebenarnya, memberikan pelajaran yang telah disiapkan dengan baik, hal ini mengesankan pada peserta didik lain bahwa anda hanya mengerjakan satu sesi tanya jawab.[6]
Strategi ini membantu anda untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap pertanyaan yang telah ditanamkan/diberikan sebelumnya kepada peserta didik tertentu. Sekalipun anda memberikan pelajaran seperti biasanya, tetapi efeknya adalah peserta didik melihat anda melaksanakan sesi tanya jawab. Lebih dari itu, strategi ini dapat membantu peserta didik yang tidak pernah bertanya atau bahkan tidak pernah berbicara pada jam-jam pelajaran untuk meningkatan kepercayaan diri dengan diminta menjadi penanya.[7]
Langkah-langkah penerapan Plantet Questions:
a.       Pilihlah pertanyaan yang akan mengarahkan pada materi pelajaran yang akan disajikan. Tulislah tiga sampai enam pertanyaan dan urutkan pertanyaan tersebut secara logis.
b.      Tulislah setiap pertanyaan pada sepotong kertas (10 X 15 cm), dan tuliskan isyarat yang akan digunakan untuk memberi tanda kapan pertanyan-pertanyaan tersebut diajukan tanda yang bisa digunakan di antaranya:
1)      Menggaruk atau mengusap hidung,
2)      Membuka kaca mata,
3)      Menyembunyikan jari-jari dan lain-lain.
c.       Sebelum perlajaran dimulai, pilihlah siswa yang akan mengajukan pertanyaan tersebut, berikan kertas yang telah dibuat dan jelaskan petunjuknya. Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diketahui oleh siswa lain.
d.      Bukalah sesi tanya jawab dengan menyebutkan topik yang akan dibahas dan berilah isyarat pertama. Kemudian jawablah pertanyaan pertama, dan kemudian teruskanlah dengan tanda-tanda dan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
e.       Sekarang bukalah forum untuk pertanyaan baru (bukan yang sebelumnya disusun).[8]
Kelebihan metode pembelajaran Planted Questions:
a.       Melatih konsentrasi siswa terhadap kode atau isyarat yang diberikan oleh guru dalamm proses pembelajaran.
b.      Membuat siswa yang pasif/kurang aktif menjadi terlihat aktif dengan pertanyaan rekayasa yang diberikan kepadanya. Adanya minat belajar bagi siswa yang kurang aktif tersebut.
c.       Ratakan antara siswa aktif dan yang kurang aktif dengan dorongan pertanyaan rekayasa tersebut.
d.       Membangkitkan rasa percaya diri murid dalam tanya jawab.
e.        umpan yang baik kepada siswa untuk aktif dalam tanya jawab pada pembelajaran selanjutnya.
Kekurangan metode pembelajaran Planted Questions:
a.       Apabila siswa tidak respek terhadap kode atau lupa, maka proses pembelajarannya akan menjadi berantakan. Bisa juga terjadi kesalah-pahaman antar sesama siswa terhadap kode yang diberikan oleh guru.
b.      Apabila memang benar-benar ada siswa yang ingin bertanya (diluar dari pertanyaan rekayasa) maka akan menimbulkan penundaan ataupun pengabaian (sementara) terhadap siswa tersebut.
c.       Pembelajaran akan terasa menjenuhkan bagi siswa yang tidak aktif (tidak juga diberi pertanyaan rekayasa).













BAB III
SIMPULAN
Al-Syaibany mengemukakan pentingnya membuat proses pembelajaran itu suatu proses yang menyenangkan, menggembirakan, dan menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik karena itu akan menarik minat dan keinginannya dan menolongnya mencapai tujuan-tujuannya dan selanjutnya menambah semangatnya.
Mengajar merupakan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan tentang bagaimana mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasikan dan mengaplikasikan segala pengetahuan keguruannya. Itulah sebabnya, dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar perlu adanya beberapa ketrampilan mengajar.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 2005
Hasan Langgulung, Bulan Bintang : Jakarta, 1979.
Hisyam zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, CTSD : Yogyakarta.
Mansur dan Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia , Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI : Jakarta, 2005.
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusamedia : Bandung, 2009.
Nizar Ali, “Strategi Pembelajaran” dalam Workshop Kurikulum Wakil Kepala Madrasah Aliyah se-Jawa Tengah (Kerjasama antara Pusat Kajian Dinamika Agama, Budaya, dan Masyarakat Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, 2003.
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan , Rake Sarasin : Yogyakarta, 1993.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Guruan Islam, terj.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Guruan Islam, terj. Hasan Langgulung : Bulan Bintang : Jakarta, 1979.
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 195.
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan , Kencana : Jakarta, 2007.











[1] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005
[2]Melvin L. Silberman, Active Learning, hlm. 198.
[3]Nizar Ali, “Strategi Pembelajaran” dalam Workshop Kurikulum Wakil Kepala Madrasah Aliyah se-Jawa Tengah (Kerjasama antara Pusat Kajian Dinamika Agama, Budaya, dan Masyarakat Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah, 2003), hlm. 7.
[4]Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Guruan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 619-620.
[5]Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Raisul Muttaqien (Bandung: Nusamedia bekerjasama dengan Nuansa, 2006), hlm. 198.


[6] Hamruni, Strategi Pembelajaran. (Yogyakarta: Insan Madani), 2012, hal. 179 
[7] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Hal. 46
[8]Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori  dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2011, Hal. 113