KURIKULUM 2013
Perangkat Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
|
Nama Sekolah : _______________________________
Kelas / Semester :
Nama Guru : _______________________________
NIP / NIK : _______________________________
|
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Satuan
Pendidikan : MTs
Kelas /
Semester : VIII / Genap
A.
Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima
dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
KI 3 : Memahami
pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4 : Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B.
Kompetensi Dasar dan Indikator
3.1
Menganalisis faktor-faktor runtuhnya
dinasti Abbasiyah
3.1.1 Mencermati
bacaan teks tentang faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah
3.1.2 Mendiskusikan
faktor-faktor penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah
3.1.3 Mempresentasikan/menyampaikan
hasil diskusi tentang faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah
C.
Tujuan Pembelajaran
1.
Peserta didik mampu
mencermati bacaan teks tentang faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah
2.
Peserta didik mampu
mendiskusikan faktor-faktor penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah
3.
Peserta didik mampu
mempresentasikan/menyampaikan hasil diskusi tentang faktor-faktor penyebab
runtuhnya Bani Abbasiyah
D.
Materi Pembelajaran
Faktor-faktor
penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah
E.
Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan : Saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar
da mengkomonikasikan).
2.
Metode :
a.
Ceramah
b.
Tanya Jawab
c.
Diskusi
d.
Penugasan
3.
Strategi : Guide Note
Taking (Catatan Terbimbing)
F.
Media, dan Sumber Belajar
1.
Media
a.
Laptop, CPU
b.
LCD Projector
c.
Karton
2.
Sumber Belajar
a. Buku Ajar Fokus
Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI Kurikulum 2013
b.
Buku paket
c.
Al-Quran dan terjemahannya
d.
Referensi lain yang relevan
e.
Internet (jika tersedia)
G.
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
|
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Pertemuan Pertama
|
1. Pendahuluan
a.
Membuka
pembelajaran dengan salam dan berdo’a
bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
b.
Memulai
pembelajaran dengan membaca al-Qur’an
surah pendek
pilihan dengan lancar dan benar (nama surat sesuai dengan program pembiasaan
yang ditentukan sebelumnya);
c.
Memperlihatkan
kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat
duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;
d.
Menyampaikan
kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai;
e.
Menyampaikan
tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menyimak, menanya,
berdiskusi, mengkomunikasikan dengan menyampaikan, menanggapi dan membuat
kesimpulan hasil diskusi
f.
Pembagian
kelompok. (2 kelompok besar)
|
5 Menit
|
2.
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1)
Peserta didik mengamati dan menyimak
materi melalui media LCD Proyektor
2)
Peserta didik mengamati materi tentang factor-faktor
penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah.
Baik secara kelompok maupun individual.
b. Menanya
1)
Dengan dimotivasi oleh guru, peserta didik mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang
terkait dengan faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah
2)
Peserta didik saling bertanya tentang faktor-faktor penyebab
runtuhnya Bani Abbasiyah.
c.
Mengumpulkan data/eksplorasi
1)
Secara berkelompok, peserta didik mendiskusikan
faktor-faktor penyebab
runtuhnya Bani Abbasiyah dengan strategi yang sudah disampaikan.
d.
Mengasosiasi
Membuat kesimpulan tentang faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani
Abbasiyah.
e.
Mengkomunikasikan
1)
Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang
faktor-faktor penyebab runtuhnya Bani Abbasiyah.
2)
Menanggapi hasil presentasi
(melengkapi, mengkonfirmasi, menyanggah)
|
10 menit
|
|
3.
3. Penutup
a. Melaksanakan
penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan kepada peserta didik
b. Klarifikasi/ kesimpulan dibantu oleh guru
c. Guru memberikan penguatan terhadap materi yang didiskusikan (kegiatan
konfirmasi).
d. Mengucapkan
salam.
|
5 menit
|
H.
Penilaian
1.
Pengamatan Sikap
a.
Format Penilaian
Individu
No
|
Nama Siswa
|
Aktifitas
|
Skor
|
|||||||||||||||
Kerjasama
|
Keaktifan
|
Partisipatif
|
Inisiatif
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
b.
Rubrik Penilaian
No
|
Indikator
Penilaian
|
Skor
|
|
1
|
Kerjasama
|
Belum memperlihatkan
kerjasama dengan teman satu kelompok
|
1
|
Mulai memperlihatkan
kerjasama dengan teman satu kelompok
|
2
|
||
Mulai
berkembang kerjasama dengan teman satu kelompok
|
3
|
||
Mulai
membudayakan kerjasama dengan teman satu kelompok
|
4
|
||
2
|
Keatifan
|
Belum memperlihatkan
Keatifan dengan teman satu kelompok
|
1
|
Mulai memperlihatkan
Keatifan dengan teman satu kelompok
|
2
|
||
Mulai
berkembang Keatifan dengan teman satu kelompok
|
3
|
||
Mulai
membudayakan Keatifan dengan teman satu kelompok
|
4
|
||
3
|
Partisipatif
|
Tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan
pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
|
1
|
Kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang
santun
|
2
|
||
Menghargai orang lain namun kurang santun dalam
menanggapi pendapat
|
3
|
||
Menghargai orang lain dan menanggapi pendapat
dengan santun
|
4
|
||
4
|
Inisiatif
|
Belum memperlihatkan
inisiatif
|
1
|
Mulai memperlihatkan
inisiatif
|
2
|
||
Mulai berkembang
inisiatif
|
3
|
||
Mulai membudayakan
inisiatif
|
4
|
||
NIlai Akhir = X 100
2. Format Penilaian “Kembangkan
Pikiranmu” (Berdiskusi-Menemukan Peristiwa)
a. Format
Penilaian
No
|
Nama Siswa
|
Aspek yang
dinilai
|
Skor Maks
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
Tindak
Lanjut
|
||||
1
|
2
|
3
|
T
|
TT
|
R
|
P
|
||||
b. Aspek dan rubrik
penilaian:
1.
Kejelasan dan kedalaman informasi.
a.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan kejelasan dan kedalaman
informasi lengkap dan sempurna, skor 30.
b.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman
informasi lengkap dan kurang sempurna,
skor 20.
c.
Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman
informasi kurang lengkap, skor 10.
2.
Keaktifan dalam diskusi.
a.
Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi skor 30.
b.
Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi skor 20.
c.
Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi skor 10.
3.
Kejelasan dan kerapian presentasi.
a.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas
dan rapi, skor 40.
b.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan
rapi, skor 30.
c.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas
dan kurang rapi, skor 20.
d.
Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas
dan tidak rapi, skor 10.
NIlai Akhir = X 100
3. Format Penilaian Berlatihlah
No
|
Nama Siswa
|
Aspek yang
dinilai
|
Skor
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
Tindak
Lanjut
|
||||
1
|
2
|
3
|
T
|
TT
|
R
|
P
|
||||
Aspek dan rubrik penilaian kelompok:
No
|
Indikator
Penilaian
|
Skor
|
|
1
|
Kedislipinan
|
Tepat waktu dalam
penyerahan tugas
|
26-30
|
Terlambat dalam
penyerahan tugas
|
10-25
|
||
2
|
Antusiasme
|
Sangat antusias
mengerjakan tugas
|
26-30
|
Biasa saja dalam
mengerjakan tugas
|
16-25
|
||
Enggan dalam
melaksanakan tugas
|
10-15
|
||
3
|
Kejelasan dan
kerapihan hasil tugas
|
Hasil tugas yang diserahkan sangat rapi dan jelas
|
31-40
|
Hasil tugas yang diserahkan cukup dan jelas
|
21-30
|
||
Hasil tugas yang diserahkan tidak rapi dan asal-asalan
|
10-20
|
NIlai Akhir = X 100
Mengetahui
Kepala Sekolah,
( ___________________ )
NIP .................................
|
|
......, ........................ 20 .....
Guru Kelas
( ___________________ )
NIP ..................................
|
Faktor-faktor Runtuhnya
Dinasti Abbasiyah
A.
Faktor Internal
Sebagaimana terlihat
dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, faktor-faktor penyebab kemunduran itu
tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode
pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, sehingga
benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas
terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai
kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur
roda pemerintahan.
Disamping kelemahan
khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut
1.
Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Khilafah Abbasiyah
didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu
pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah
berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan
demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian,
orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan
pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras)
istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam) di dunia Islam.
Fanatisme kebangsaan
ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah
menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang
memberi peluang besar kepada bangsa Turki untuk masuk dalam pemerintahan.
Mereka di diangkat menjadi orang-orang penting di pemerintahan, diberi istana
dan rumah dalam kota. Merekapun menjadi dominan dan menguasai tempat yang
mereka diami.
Setelah al-Mutawakkil (232-247 H), seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat, mereka dapat menentukan siapa yang diangkat jadi Khalifah.
Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di
tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).
2.
Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan
Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi
berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Walaupun dalam kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh
Khalifah, secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaaan
gubernur-gubernur bersangkutan. Hubungan dengan Khalifah hanya ditandai dengan
pembayaran upeti.
Ada kemungkinan
penguasa Bani Abbas sudah cukup puas dengan pengakuan nominal, dengan
pembayaran upeti. Alasannya, karena Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat
mereka tunduk, tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah dan juga para penguasa Abbasiyah lebih menitik
beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
Selain itu, penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah
terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang
dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki. Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Dinasti yang lahir
dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di
antaranya adalah:
a)
Yang berkembangsaan Persia: Thahiriyyah di Khurasan (205-259 H), Shafariyah
di Fars (254-290 H), Samaniyah di Transoxania (261-389 H), Sajiyyah di
Azerbaijan (266-318 H), Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad (320-447).
b)
Yang berbangsa Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di
Turkistan (320-560 H), Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti Seljuk
dan cabang-cabangnya
c)
Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-489 H),
Ayubiyah (564-648 H).
d)
Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 h), Aghlabiyyah di
Tunisia (18-289 H), Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di Tabaristan
(250-316 H), Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H), Mazyadiyyah di
Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489 H), Mirdasiyyah di Aleppo
414-472 H).
e)
Yang Mengaku sebagai Khalifah : Umawiyah di Spanyol dan Fatimiyah di
Mesir.
3.
Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih
besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Perekonomian masyarakat sangat maju terutama dalam
bidang pertanian, perdagangan dan industri. Tetapi setelah memasuki masa
kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis.
Setelah khilafah
memasuki periode kemunduran ini, pendapatan negara menurun sementara
pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan
oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang
mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya
dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti.
Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah
dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat
melakukan korupsi.
Kondisi politik yang
tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah, faktor ini
saling berkaitan dan tak terpisahkan.
4.
Konflik Keagamaan
Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi penguasa, maka kekecewaan itu
mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah.
Khalifah Al-Manshur yang berusaha keras memberantasnya, beliau juga memerangi Khawarij yang
mendirikan Negara Shafariyah di Sajalmasah pada tahun 140 H. Setelah al Manshur
wafat digantikan oleh putranya Al-Mahdi yang lebih keras dalam memerangi orang-orang Zindiq bahkan beliau mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan mereka
serta melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara
kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang
ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah
pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini
mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan
penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Selain itu terjadi juga
konflik dengan aliran Islam lainnya seperti perselisihan antara Ahlusunnah
dengan Mu'tazilah, yang dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan ahlusunnah kembali naik
daun. Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa dinasti Seljuk yang menganut paham Asy'ariyyah penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa, aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya.
B.
Faktor Eksternal
Selain yang disebutkan
diatas, yang merupakan faktor-faktor internal kemunduran dan kehancuran
Khilafah bani Abbas. Ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah
Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
Kekalahan tentara
Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen
terhadap ummat Islam. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Saljuk yang
menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat
menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu
pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen Eropa untuk
melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang
berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode telah banyak menelan korban
dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah melakukan peperangan antara tahun
1097-1124 M mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka,
Tripoli dan kota Tyre.
2.
Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Orang-orang Mongolia
adalah bangsa yang berasal dari Asia Tengah. Sebuah kawasan terjauh di China.
Terdiri dari kabilah-kabilah yang kemudian disatukan oleh Jenghis Khan (603-624
H).
Sebagai awal
penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang Mongolia menguasai
negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan juga menguasai Asia Kecil.
Pada bulan September 1257, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada Khalifah agar
menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi
Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258, Hulagu khan
menghancurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung
menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin dan
fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dieksekusi. Dan Hulagu
beserta pasukannya menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan
berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang. Dan
Dengan terbunuhnya Khalifah al-Mu’tashim telah menandai babak akhir dari
Dinasti Abbasiyah.
KESIMPULAN
Dari uraian masalah di
atas, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemunduran dinasti
Abbasiyah, secara umum disebabkan oleh dua faktor; Internal dan Eksternal.
Secara internal dapat dirinci sebagai berikut:
a) Tampilnya penguasa
lemah yang sulit mengendalikan wilayah yang sangat luas ditambah sistem
komunikasi yang masih sangat lemah dan belum maju menyebabkan lepasnya daerah
satu per satu.
b) Kecenderungan para
penguasa untuk hidup mewah, mencolok dan berfoya-foya kemudian diikuti oleh
para hartawan dan anak-anak pejabat ikut menyebabkan roda pemerintahan
terganggu dan rakyat menjadi miskin.
c) Dualisme pemerintahan,
secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, tetapi secara de facto digerakkan oleh
oleh tentara profesional asal Turki yang semula diangkat oleh al-mu’tashim
untuk mengambil kendali pemerintahan.
d) Praktek korupsi oleh
penguasa diiringi munculnya nepotisme yang tidak profesional di berbagai
propinsi.
e) Perang saudara antara
al-Amin dan al-Ma’mun secara jelas membagi Abbasiyah dalam dua kubu, yaitu kubu
Arab dan Persia, Pertentangan antara Arab-non Arab, perselisihan antara muslim
dengan non-muslim, dan perpecahan di kalangan umat Islam sendiri.
Secara eksternal
disebabkan oleh karena Abbasiyah menghadapi perlawanan yang sangat gencar dari
dunia luar. Pertama, mereka mendapat serangan secara tidak langsung dari
pasukan Salib di Barat. Kedua, serangan secara langsung dari orang Mongol yang
berasal dari Timur ke wilayah kekuasaan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar