Jumat, 22 April 2016

PERKEMBANGAN ISLAM PRIODE KLASIK (ZAMAN KEEMASAN) TAHUN 650 M - 1250 M


A.       Perkembangan Islam Periode Klasik
Kemajuan peradaban Islam yang terjadi antara tahun 650-1250 M, dalam sejarah Islamdikenal dengan priode Islam klasik. Perkembangan pada Islam periode klasik dibagi menjadi dua masa yaitu:
a.       Masa kemajuan Islam I (650 -1000 M)
Merupakan masa perluasan, integrasi dan keemasan Islam, merentang dari sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dihanguskannya Baghdad oleh Hulagu Khan. Masa ini mencakup Masa Nabi Muhammad SAW, masa Khulafaur Rasyidin, masa Dinasti Umayah Timur atau Umayah Damaskus, masa Dinasti Abasiyah.
b.      Masa disintegrasi (1000-1250 M)
Masa terjadinya pemisahan beberapa wilayah Abbasiyah dan tidak kuasanya para sultan di bawah tekanan para tentara.
Peristiwa-peristiwa penting sejak mulai  masa nabi Muhammad SAW sampai masa Dinasti Abasiyah sebagai berikut:
1.       Masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin
Pada waktu Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum jahiliah. Kaum Quraisy Mekkah sebagai bangsawan di kalangan bangsa arab hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis.  Suku Aus dan Khazraj (penduduk yatsrib madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal  ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lain.
Dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasulullah Muhammad SAW sangat besar. Beliau memberi contoh  revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Hal-hal yang menjadi landasan Rasulullah SAW mengembangkan ilmu:
a)         Wahyu pertama yang diterima rasul adalah Iqra’
b)        Bangsa arab adalah bangsa yang kuat hafalannya
c)         Nabi membuat tradisi baru yaitu mencatat dan menuli
d)        Al-Qur’an merupakan sumber inti ilmu pengetahuan.
Berdasarkan landasan tersebut itu, Rasulullah SAW mulai membangun  jiwa ummat Islam. Rasul membimbing sahabat-sahabat untuk beriman dan berilmu. Mula-mula rumah Rasulullah SAW sendiri yang digunakan sebagai tempat pertemuan kemudian rasul membuat satu tempat pertemuan di rumah sahabat arqam  bin Abil Arqam, di luar kota Mekah. Tempat itu terkenal dengan nama Dar al arqam, di situlah lembaga pendidikan pertama yang didirikan Rasulullah SAW. di tempat itu pulalah,  konon Rasul menyuruh sahabat untuk membuat huruf. Dalam satu riwayat, sahabat Ali bin thalib disuruh membuat huruf dengan mengambil contoh dari huruf bangsa Himyar. Mulai  usaha itu umat Islam sudah mengarah kepada kepandaian tulis baca.
Dengan bimbingan nabi dan pengaruh Al-Qur’an telah lahir orang-orang pandai. Sahabat dekat Nabi banyak menjadi terkenal karena kemampuannya Umar bin Khaththab, Ali bin Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas. Umar bin Khaththab mempunyai keahlian menentukan hukum, sangat jenius dalam menata lembaga pemerintahan, cerdik dalam mengatur negara. sedangkan Ali bin Abi Thalib mempunyai keahlian dalam bidang hukum. sepeninggal Rasulullah kepemimpinan islam dilanjutkan oleh khulafaur rasyidin. di antara khulafaur rasyidin yang membangun peradaban Islam adalah Umar bin Khaththab, beliau melakukan ijtihad dalam menghadapi masalah-masalah baru yang belum pernah ada pada masa Rasulullah antara lain:
1)        Menetapkan hukum tentang masalah-masalah yang baru, seperti dalam menetapkan ghanimah, masalah potong tangan pencuri, mengawini ahli kitab, cerai tiga kali yang diucapkan sekaligus, muallaf qulubuhum, dll.
2)        Memperbarui organisasi negara, seperti disusunnya organisasi politik (al-khilafat, al-wizarat, al-kitabat), administrasi negara (departemen-departemen).

2.      Daulah Umayah
Dinasti umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayah. Muawiyah dapat mendirikan kekuasaannya bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat Islam. Berdirinya dinasti umayyah bukan juga hasil dari musyawarah, jabatan raja menjadi pusaka yang diwariskan secara turun menurun yaitu sistem monarkhi.
Dinasti umayyah berdiri selama 90 tahun (40-132H/661-750M) dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Pada dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan dan perluasan daerah yang dicapai terlebih pada masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/ 705-715M). Pada masa awal pemerintahan muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha perluasan wilayah kekuasaan ke berbagai wilayah seperti ke india dengan mengutus Muhalllab bin Abu Sufrah dan usaha perluasan ke barat ke darah Bizantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah selain itu juga diadakan peluasan wilayah Afrika Utara.
Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Muawiyah beliau selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilkinya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar  jazirah  Arabia di antaranya upaya untuk menguasai kota Konstantinovel. Paling tidak ada 3 hal yang menyebabkan Muawiyah bin Abi Sufyan terus berusaha merebut Bizantium:
a.         Bizantium merupakan basis kekuatan agama Kristen ortodoks yang pengaruhnya dapat membahayakan Islam
b.         Orang-orang Bizantium sering mengadakan pemberontakan ke daerah Islam
c.         Bizantium termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan melimpah
Meskipun keadaan dalam negeri dapat diatasi pada beberapa periode akan tetapi pada masa-masa tertentu sering kali dapat membahayakan keadaan pemerintahan itu sendiri. Ketika pemerintahan berada di tangan Khalifah Abdul Malik bin Marwan keadaan dalam negeri boleh di bilang teratasi dengan keadaan seperti itu, kemajuan peradaban dapat dicapai terutama dalam politik kekuasaan.
Khalifah Walid bin abdul malik berusaha memperluas daerahnya menuju Afrika utara yaitu Magrib Al-aqsha dan Andalusia. Dengan keinginan yang kuat dan keberanian, Musa bin Nusair dapat menguasai wilayah tersebut sehingga ia diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Afrika utara.
Ketika ia menjabat sebagai gubernur afrika utara ia dapat menaklukan beberapa suku yang terus mengadakan pemberontakan di daerahnya itu. Sehingga dengan demikian ia leluasa  memperluas wilayah kekuasaan islam ke daerah lainnya di seberang lautan. Untuk tugas itu Musa bin nusair mengutus Tharif bin Malik mengintai keadaan Andalusia di bantu oleh Julian. Keberhasilan ekspedisi awal ini, membuka peluang bagi musa bin nusair melakukan langkah berikutnya dengan mengirim Thariq bin Ziyad menyeberangi  lautan  guna merebut daerah Andalusia. Tepat pada tahun 711 M ,Thariq mendarat di sebuat selat yang kini selat tersebut diberi nama  yakni Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar. Keberhasilan Thariq memasuki wilayah Andalusia membuat perjalan baru bagi kekuasan Islam.
Dimasa itu ilmu dan kebudayaan Islam berkembang dengan baik di antaranya kebudayaan (seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir dan sebagainya), dan bidang ilmu (ilmu kedokteran, ilmu filsafat, astronomi, ilmu bumi dan lainnya).
Dalam sejarahnya, perjalan dinasti Umayyah mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Walid bin Yazid (125-126 H/ 743-744 M) bahkan akhirnya kekuasaan  Bani umayyah mengalami kehancuran ketika diserang oleh gerakan Bani abbasiyah  pada tahun 132H/ 750 M.

3.      Daulah Abbasiyah
Daulah bani Abbas adalah sebuah negara yang melanjutkan kekuasaan daulat Bani Umayyah.  Dinamakan daulat Bani Abbas karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah al Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al Abbas.  Kekuasaan berlangsung dalam waktu rantang yang panjang, dari tahun 132- 656 H/ 750-1258 M.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
a.    Periode pertama (750 M - 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b.    Periode kedua (847 M - 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
c.    Periode ketiga (945 M - 1055 M), masa kekuasaa dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d.   Periode keempat (1055 M - 1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e.    Periode kelima (1194 M - 1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan bani abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat  dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan imu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan bani Abbas mulai menurun dalan bidang politik, meskipn filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu Al Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al Mansur (754-775 M). Puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu Al Mahdi (775-785 M), Al Hadi (775-786 M), Harun Al rasyid (786-809 M), Al Ma’mun (813-833 M), Al Mu’tashim (833-842 M), Al Wasiq (842-847 M), dan Al Mutawakkil (847-861 M).

Perbedaan antara daulat Umayyah dan daulah Abbasiyah:
1)      Umayyah  masih mempertahankan dan mengagungkan keAraban murni, baik khalifah atau pegawai dan rakyatnya. Abbasiyah tidak seketat itu lagi, hanya khalifah yang dari arab sehingga istilah mawali lenyap, bahkan para menteri, gubernur, panglima dan pegawai diangkat dari mawali, terutama keturunan Persia.
2)      Ibu kota Umayyah, Damaskus bercorak adat jahiliyah yang ditaburi oleh kemegahan Byzantium dan Persia. Sedangkan ibu kota Abbasiyah, Bagdad sudah bercelup Persia secara keseluruhan dan dijadikan kota internasional.
3)      Umayyah bukan keluarga nabi, sedangkan Abbasiyah mendasarkan kekhalifahan pada keluarga nabi (Abbas adalah paman Nabi).
4)      Kebudayaan Umayyah masih bercorak Arab jahiliyah dengan kemegahan bersyair dan berkisah. Sedangkan kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua kebudayaan Abbasiyah membuka pintu terhadap semua kebudayaan yang maju sehingga berasimilasilah kebudayaan Arab, persia, Yunani dan Hindu.
5)      Khalifah Umayyah gemar kepada syair dan kasidah sedangkan khalifah Abbasiyah gemar ilmu pengetahuan.

B.       Tokoh-Tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam Periode Klasik

1.    Tokoh yang berperan dalam perkembangan Ilmu pengetahuan  pada masa Umayyah
a.    Perkembangan Organisasi Negara dan Susunan Pemerintahan
Organisasi negara pada masa Daulah Umayah masih seprti masa permulaan Islam, yaitu terdiri dari lima badan:
1)   An Nidhamus Syasi (Organisasi Politik)
Dalam bidang organisasi politik ini telah mengalami beberapa perubahan, dibandigkan dengan masa permulaan Islam. Perubahan yang sangat prinsip dalam beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini.
a)    Kekuasaan
Perebutan kekuasaan oleh muawiyah bin Abi Sofyan telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam peraturan yang menjadi dasar pemilihan khulafaur Rasyidin. Maka dengan demikian, jabatan khalifah beralih ke tangan raja satu keluarga, yang memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan tipu daya (diplomasi). Penyelewengan semakin jauh setelah muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota, yang dengan demikian berarti beralihnya organisasi khalifah yang terdiri atas dasar syura dan bersenndikan agama menjadi organisasi Al-Mulk (kerajaan) yang tegak atas dasar keturunan serta bersandar kepada politik dari pada kepada agama.
b)   Al- Kitabah
Seperti halnya pada masa permulaan Islam, maka dalam masa Daulah Umayah dibentuk semacam dewan Sekretariat Negara yang mengurus berbagai urusan pemerintahan. Karena dalam masa ini urusan pemerintah telah menjadi lebih banyak, maka ditetapkan empat orang sekretaris yaitu:
(a)      Katib Ar Rasail (Sekretaris Urusan Persuratan)
(b)     Katib al-Kharraj (Sekretaris Urusan Pajak Dan Keuangan)
(c)      Katib Asy Syurthah (Sekretaris Urusan Kepolisian)
(d)     Katib Al Qqadhi ( Sekretaris Urusan Kehakiman)
c)    Al Hijabah
Pada masa Daulah Umayah, diadakan satu jabatan baru yang bernama Al Hijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan khalifah. Mungkin karena khawatir akan terulang pristiwa pembunuhan terhadap Ali dan percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah dan Amru bin Ash, maka diadakanlah penjagaan ketat sekali terhadap diri khalifah, sehingga siapapun tidak idak dapat menghadap sebelum mendapat izin dari para pengawal (hujjab).
Kepala pengawal keselamatan khalifah adalah jabaatan yang sangat tinggi dalam istna kerajaan, waktu khalifah Abdul Malik bin Marwan melantik kepala pengawalnya, antara lain dia memberi amanat “Engkau telah kuangkat menjadi kepala pengawalku. Siapapun tidak boleh masuk menghadap tanpa izinmu, kecuali pengantar pos dan pengurus dapur”.
2)   An Nidhamul Idari
Organisasi tata usaha Negara pada permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khsus. Demikian pula keadaannya pada masa Daulah Bani Umayah, administrasi Negara sangat simpel.
Pada umumnya, di daerah-daerah Islam bekas daerah romawi dan persia administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada, kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil.
a)    Ad Dawawin
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka Daulah Umayah mengadakan empat buah dewan atau kantor pusat, yaitu:
(1)     Diwanul kharraj
(2)     Diwanul Rasail
(3)     Diwanul Mustaghilat al Mutanawi’ah
(4)     Diwanul khatim, dewan ini sangat penting karena tugasnya mengurus surat-surat lamaran raja, menyiarkannya, menstempel, membungkus dengan kain dan dibalut dengan lilin kemudian diatasnya dicap.
b)   Al Imrah Alal Baldan
Dauah umayah membagi daerah mamlakah Islamiyah kepada lima wilayah besar, yaitu:
(1)     Hijaz, Yaman dan Nejed ( pedalaman jazirah Arab)
(2)     Irak Arab dan Irak ajam,Aman dan Bahrain, Karman dan Sajistan, Kabul dan Khurasan, negeri-negeri dibelakang sungai (Ma Wara’a Nahri) dan Sind serta sebagian negeri Punjab
(3)     Mesir dan Sudan
(4)     Armeniia,Azerbaijan, dan Asia kecil
(5)     Afrika Utara, Libia, Andalusia, Sisilia, Sardinia dan Balyar
3)   Barid
Organisasi pos diadakan dalam tata usaha Negara Islam semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang jabatan khalifah. Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan  berkuasa maka diadakn perbaikan-perbaikan dalam organisasi pos, sehingga ia menjadi alat yang sangat vital dalam administrasi Negara.
4)   Syurthah
Organisasi Syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus diasa daulah umayah, bahkan disempurnakan. Pada mulanya organsasi kepolisian ini menjadi bagian dari organisasi kehakiman, yang bertugas melaksanaan perintah hakim dan kepusan-kepusan pengadilan,  dan kepalanya sebagai peksana Al Hudud.
Tidak lama kemudian, maka organisasian terpisah dari kehakiman dan berdiri sendiri, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal-soal kejaatan. Khalifah hisyam memasukan dalam organiasi kepolisian satu badan yang bernama Nidhamul Ahdas yang tugas hampir serupa dengan tugas tentara yaitu semacam brigade mobil.
5)   An Nidhamul Mali
Yaitu organisasi keuangan atau ekonomi, bahwa sumber uang masuk pada zaman Daulah Umayah pada umumnya seperti Dizaman permulaan Islam.
a)    Al Dharaib
Yaitu suatu kewajiban yang harus dibayar oleh warga negara (Al dharib) pada zaman daulah umayah dan sudah berlaku kewajiban ini dizaman permulaan Islam kepada penduduk dari negeri-negeri yang baru ditaklukan, terutama yang belum masuk Islam ditetapkan pajak-pajak Istimewa. Sikap  yang begini telah menimbulkan perlawanan pada beberapa daerah.
b)   Masharif Baitul Mal
Yaitu saluran uang yang keluar pada masa Daulah Umayah pada umumnya sama seperti pada masa permulaan Islam yaitu untuk:
(1)     Gaji para pegawai dan tentara serta biaya tata usaha negara
(2)     Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terusan terusan
(3)     Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
(4)     Biaya pelengkap perang
(5)     Hadiah-hadiah kepada para pejuang dan para ulama
Kecuali itu, para khalifah Umayah menyediakan dana khusus untuk dinas rahasia, sedangkan gaji tentara ditingkatkan sedemikian rupa demi untuk menjalankan politik tangan besinya.
6)   An-Nizamul Harbi 
Organisasi pertahanan pada masa Daulah Bani Ummayah hampir sama seperti yang telah dibuat oleh Khalifah Umar, hanya saja lebih disempurnakan. Bedanya, jika pada waktu Khulafaur Rasyidin, tentang Islam adalah tentara sukarela. Sedangkan pada zaman Daulah Bani Umyyah,orang masuk tentara kebanyakan karena terpaksa. Mereka dikenakan wajib militer berdasarkan Nizamut Tajnidil Ijbarl, yaitu undang-undang wajib militer.
Politik ketentaraan pada masa Banin Ummayah, yaitu politik yang berorientasi  Arab dimana anggota tentara haruslah terdiri atas orang-orang Arab atau imam Arab. Organisasi tentara pada masa ini banyak mencontoh organisasi tentara Persia. Setelah Muawiyah memegang kendali  negara Islam, dibangunlah armada Islam yang kuat dengan tujuan:
a)    Mempertahankan daerah-daerah Islam dari serangan armada Romawi dan
b)   Memperluas dakwah Islami.
Muawiyah membentuk armada musim panas dan armada musim dingin sehingga ia sanggup untuk melaksanakan dakwah dalam segala musim. Armada dakwah ini juga mampu bertempur jika dakwah islamiah dihalang-halangi oleh pihak musuh.
7)   An-Nizamul Qadai  
Pada masa dinasti Bani Umayah ini pengadilan dipisahkan dengan kekuasan politik. Kehakiman pada masa ini mempunyai dua cirri kahasnya, yaitu:
a)    Bahwa seorang Qadhi (Hakim) memutuskan perkara denga ijtihadnya, karena pada masa itu belum ada “Mazhab Yang Empat” ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada masa ini para Qadhi menggali hukum sendiri dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan berijtihad.
b)   Kehakiman belum terpengaruh dengan politik. Karena para Qadhi bebas merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh pada kehendak orang besar yang berkuasa. Mereka bebas bertindak, dan keputusan mereka berlaku atas penguasa dan petugas pajak.
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi menjadi tiga badan, yaitu:
(1)     Al-Qadha’ atau qadhi, yang tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama.
(2)     Al-Hisbah,di mana tugas al-Muhtasib (kepala hisbah) adalah menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang memerlukan waktu yang cepat.
(3)     An-Nadhar fi Mudlalim yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding yang biasanya mengadili para hakim dan paara pembesar yang bersalah. Pengadilan ini bersidang di bawah pimpinan Khalifah sendiri atau orang yang ditunjuk olehnya.

b.    Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan mendapat tempat di hati para penguasa Daulah Umayyah. Kota Basrah dan Kufah dijadikan sebagai pusat kegiatan ilmiah. Cabang-cabang pengetahuan berkembang dengan pesat di era ini, seperti sejarah, tata bahasa, geografi, arsitektur, dan berbagai pengetahuan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan di berbagai disiplin ilmu.
Khlifah Umar bin Abdul Aziz, sering mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu itu antara lain Hasan al-Basri, Ibnu Zihab al-Zuhri dan Wasil bin Ata’.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa administrasi negara. Hal itu mendorong lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-Kitab yang terkenal hingga saat ini.
Pada zaman Khalifah Khalid bin Yazid dan Umar bin Abdul Aziz, pengembangan ilmu pengetahuan mendapay perhatian besar sehinnga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan pengetahuan, seperti:
                                         1)     Gerakan ilmu agama
                                         2)     Gerakan filsafat
                                         3)     Gerakan sejarah
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Bani Umayyah di antaranya:
a)        Bidang Pendidikan
(1)  Ilmu agama ( al-ulumul Diniyyah) yang meliputi:
(a)  Ilmu qira’at (ilmu mebaca al-qur’an)
(b)  Ilmu tafsir
(c)  Ilmu hadis
(d) Ilmu nahwu dan sharaf
(e)  Ilmu tarikh

(2)  Ilmu pengetahuan umum (al-ulumul addakhilyyah) yang meliputi: 
a.         Ilmu kimia
b.        Ilmu kedokteran
c.         Ilmu bumi
d.        Ilmu astronomi
(3)     Bidang Seni
a.       Seni rupa
Seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan pahat. Saat itu banyak ayat Al- Qur’an dan Hadis Nabi yang diukir di tembok masjid serta istana raja.
b.      Seni suara
Seni suara yang berkembang antara lain: qira’atul Qur’an dan qasidah.
b)   Bidang Sastra
Bidang kesusastraan mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-sastrawan seperti:
(1)     Qays bin Mulawah, termasyhur denga sebutan dengan sebutan Laila Majnun (wafat   649 M)
(2)     Jamil Al-Uzri (wafat tahun 701 M)
(3)     Al-Akhtal ( wafat tahun 710 M)
(4)     Umar Bin Abi Rubi’ah (wafat tahun 719 M)
(5)     Al-Farazdaq  (wafat tahun 732 M)
(6)     Ibnu Al-Muqoffa  (wafat tahun 756 M)
(7)     Ibnu Jarir  (wafat tahun 792 M)
c)    Seni Arsitektur
Pembangunan fisik pada masa Daulah Bani Umayyah juga mendapat perhatian yang besar. Usaha yang dilakukan oleh Daulah Bani umayyah dalam kaitannya dengan pelestarian bangunan bersejarah antara lain:
(1)     Mengubah gereja St. Jhon di Damaskus menjadi masjid
(2)     Merenovasi Masjid Nabawi
(3)     Membangun Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Mustafa yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
2.    Tokoh yang Berperan dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan  pada Masa Abbasiyah

Secara umum dapat dikatakan Dinasti abbasiyah mencapai puncak keemasannya karena terdapat beberapa faktor:
a.    Islam makin meluas, tidak di Damaskus, tetapi di Baghdad
b.    Orang-orang  di luar Islam dipakai untuk menduduki insttusi pemerintah
c.    Pemerintahan Ababsiyah membentuk tim penerjemah bahasa Yunani ke bahasa arab sebagai penerjemah memberikan pendapatnya
d.   Rakyat bebas berpikir serta memeproleh hak asasinya dalam segala bidang
e.    Adanya perkembangan ilmu pengetahuan
f.     Dalam penyelenggaraan Negara dalam masa bani Abbasiyah ada jabatan wazir
g.    Ketentuan profelsional baru terbentuk pada masa pemerintahan bani Abasiyah

Abad X masehi disebut abad pembangunan daulah Islamiyah di mana dunia Islam, mulai dan Cordove di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
a)    Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al Qur’an dan hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. Ilmu-ilmu itu antara lain:
b)   Ilmu Tafsir
Cara penafsiran ilmu tafsir ada dua macam :
·      Tafsir bil ma’tsur, yaitu menafsirkan Al Qur’an dengan hadits nabi. Mufasir golongan ini adalah:
-       Ibn Jarir at thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz
-       Ibn Athiyah al andalusi (Abu muhamad bin Athiyah) 481-546 H.
-       As-Suda yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, ibn mas’ud, dan para sahabat lainnya (wafat 127 H).
·      Tafsir bir Ra’yi, yaitu menafsirkan Al qur’an dengan mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya mufasir golongan ini yang termasyhur:
-       Abu Bakar Asma (Mu’tazilah) wafat 240 H.
-       Abu Muslim Muhamad bin nashr al Isfahany (Mu’tazilah) wafat 322 H.
-       Ibnu Jaru al asady (mu’tazilah), wafat 387 H. Beliau menafsirkan Bismillah 120 macam.
-       Abu Yunus Abus Salam al Qazwany (w.483 H), beliau menafsirkan al Fatihah 7 jilid.
c)        Ilmu hadits
Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al qur’an. Usaha pelestarian dan pengembangannya terjadi pada dua periode besar yaitu masa mutaqaddimin dan masa Mutaakhirin.Yang mula-mula menulis hadits dengan menyaring hadits yang shahih adalah Imam al Bukhari yang hasilnya terkenal dengan kitab Al Jami’as Shahih, diikuti oleh muridnya yaitu Imam Muslim (w.261H) dengan kitabnya Shahih Muslim.  Sesudah itu tampil beberapa iam menyaring haidts-hadits yang belum disaring oleh kedua imam tadi, Abu Daud (w.275 H), At Turmudzy (w.279 H), An-Nasai (w.303H), Ibnu Majah (w.273 H) yang masing-masing kitabnya disebut Sunan. Sesudah itu datang Imam Ahmad bin Hambal (w.241 H) kitabnya disebut Musnad.
1)   Ilmu Kalam
Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam yang terbesar yaitu washil bin Atho, Abu Huzail al Allaf, Abu Hasan al Asyari, dan Imam Ghazali.
2)   Ilmu Tasawuf
Inti ajarannya tekun beriabdah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, serta bersunyi diri beribadah. Dalam sejarah sebelum timbul aliran tasawuf terlebih dahulu muncul aliran zuhud.aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II. Zahid-zahid yang terkenal di sini ialah Sufyan Al Tsauri (w.135 H),  Hasan Al Bashri (w.110H) dan rabiah Al adawiyah (w.185 H), Ibrahim bin Adham (w.162H), Syafiq Al balkhi (w.194 H), Ja’far al Sadiq (w.148 H).
3)   Ilmu Fiqih
Para fuqaha yang lahir zaman ini terbagi dalam dua aliran:
-       Ahli hadits adalah aliran yang mengarang fiqih berdasarkan hadits. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikut-pengikutnya, pengikut Imam Syafi’i, pengikut Sufyan, dan pengikut Imam Hambali.
-       Ahli ra’yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam menggali hukum. Pemuka aliran ini ialah abu hanifah dan teman-temannya fuqaha dari Irak.
Para Imam fuqaha ialah:
-       Imam Abu Hanifah  yaitu nu’man bin Tsabit bin zauthi, dilahirkan di Kufah  tahun 80 H.
-       Imam Malik, yaitu malik bin anas bin malik bin Abi Amir, dilahirkan di Madinah tahun 93 H.
-       Imam Syafi’i, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin syafi’i dilahirkan di Khaza provinsi askalan.
-       Imam Ahmad, yaitu Ahmad bin hambal bin hilal Az Zahliy asy-Syaibany, lahir 164 H.
4)   Ilmu Aqli
Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Ilmu yang tergolong ilmu ini kebanyakan dikenal ummat Islam berasal dari terjemahan asing: dari yunani, Persia, atau India. Memang dalam Al Qur’an ada dasar-dasar ilmu ini tetapi ummat islam mengenal ilmu ini setelah mempelajarinya dari luar. Ilmu yang masuk ke dalam ilmu aqli adalah:
a)    lmu Kedokteran
Ilmu kedokteran masa ini masih merupakan bagian dari ilmu filsafat dan berkembang bersama-sama ilmu filsafat. Dokter pada masa ini adalah Al Razi dan Bin Sina.
(1)     Al Razi (865-925 M) yang terkenal di dunia barat dengan sebutan Rozes. Ia adalah murid Hunain Bin Ishaq. Sewaktu masih muda Al Razi hidup sebagai dokter kimia selanjutnya sebagai guru dokter medicine. Kitab-kitab karangan tidak kurang dari 200 jilid yang kebanyakan berisi ilmu kedokteran. Sebuah bukunya yang masyhur ialah “al-Hawi”. Buku ini merupakan sari ilmu Yunani, syria dan arab.
(2)     Ibn Sina, Abu Ali Husein bin Abdullah bin Sina, lahir di Afsyana, suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara di tahun 980 M. Ibn Sina menulis ensiklopedi tentang ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama al Qanun fi al Thib. Ilmu ketabiban modern mendapat pelajaran dari Ibnu Sina.
b)   Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh filsafat:
-       Al Kindi (796-873 M)
Al Kindi, Abu Yusuf bin Ishaq, berasal dari Kindah di yaman, lahir di Kufah (Irak) tahun 796 M. Di kalangan kaum muslimin, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya. Al Kindi terkenal dengan sebutan ‘Filosuf Arab”. Al Kindi banyak mengarang buku tetapi jumlahnya tidak ada kesepakatan para penulis biografi. Isi karangannya meliputi filsaft, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optik, musik, matematika dan sebagainya.
-       Al Farabi
Al Farabi adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Thankhan, lahir di Farab tahun 257 H/870 M. Al Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada zamannya, serta mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fisika, dan mantik. Al farabi mendapat gelar “Guru Kedua” (al-mu’allimu al-Tsani).
-       Al Ghazali
Al Ghazali adalah Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali, (w.505 H/1111M). Dalam sejarah filsafat Islam ia dikenal sebagai orang yang pada mulanya syak terhadap segalanya. Ia syak terhadap ilmu kalam karena terdapat bebrapa aliran yang saling bertentanagn. Sesudah ia mempelajari filsafat, ternyata Al Ghazali juga menemukan argumen-argumen yang bertentanagn dengan ajaran Islam. Maka, ia mengarang buku maqasid al Falasifah yang menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat. Karya Al ghazali Ihya Ulumuddin, Tahafut al falasifah dan lain-lain.
-       Ibn Rusyd
Ibn Rusyd adalah Abu al walid muhammad bin Muhammad bin Rusyd, lahir di Cordova tahun 1126 M. Ibn Rusyd dikatakan orang besar ilmu filsafat. Ia telah membangun eropa dengan pikiran-pikiran Islam dan mengantarkan dunia barat ke pintu gerbang renaisance. Dalam bidang kedokteran terdapat 16 jilid karangannya. Buku itu bernama ‘Kulliyat fi al Thib” (aturan umum kedokteran). Ibn Rusyd juga meninggalkan karangan-karangannya dalam ilmu hukum misalnya Bidayat al Mujtahid.
c)         Ilmu Optik
Dalam ilmu ini yang terkenal namanya adalah Abu Ali al hasan bin al Haytam (965 M). Orang eropa menyebutnya Alhazen. Ia ahli dalam ilmu mata (optik), cahaya, dan warna. Bukunya “kitab al Manazhir”mengenai ilmu cahaaya diterjemahkan ke bahasa latin di masa gerard of Cremona dan disiarkan pada tahun 1572.
d)        Ilmu Astronomi
Tokoh-tokohnya:
-       Al Fazari
-       Al Farghani
-       Al Battani (Albateganius)
-       Al Biruni
e)         Ilmu Hitung
Tokoh-tokohnya:
-       Al Khawarizmi
Al Khawrizmi penemu Alqarisme (logaritme), dalam ilmu matematika. Ia mampu    menjembati antara matematika klasik menjadi modren. Ia mengarang buku Hisab Al jar wa al Muqabalah. Ia memperkenalakan ilmu aljabar ke dunia barat dan memperkenalakan angka arab ke dunia barat yang diberi nama Al qarism.
-       Umar Al Khayyam
Jika al Khawarizmi lebih banyak menumpahkan perhatiannya pada quadratic (lipat empat) maka Umar al Khayyam mengutamakan persamman kubik dan persamaan derajat. Dalam dunia islam sarjana yang sejalan dengan Umar al Khayyam diantaranya Sijmi dan Ibn Laith dan al Kuhi.
f)         Ilmu Kimia
Tokoh-tokohnya:
-       Jabir bin Hayyan
Bapak ilmu kimia ialah jabir bin hayyan yang berkembang di Kufah sekitar 776 M.
-       Ar Razi
Sarjana lain yang masyhur namanya dalam ilmu kimia adalah Ar- razi, hanya saja dia lebih banyak dikenal dalam lapangan ilmu kedokteran.
g)        Ilmu geografi (Ilmu Bumi)
Dalam ilmu geografi (ilmu bumi) Ibnu Khardazbah yang telah meninggalkan buku geografinya “Al Masalik wa al Mamalik”, dipandang sebagai ahli geografi Islam terdahulu yang menjadi pedoman bagi pelaut yang menjelajahi lautan. Selain itu, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabu sifati jaziratil arab, Ibnu Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu Fadlan, al-Muqaddasi karyanya Ahsanaut Taqasin Fi Ma’rifatil Aqalim, abu Ubaid Al-Bakry dengan karyanga Al-Mu’jam, Syarif Idrisy karyanya Nuzatul Mustaqifi Ikhtiraqil Afaqi.

C.       Mengambil Ibrah dari Peristiwa Masa Daulah Umayyah dan Bani Abbasiyah
1. Ibrah dari Masa Daulah Umayyah
(1)     Sesama muslim seharusnya tidak mengalang kekuatan untuk saling melemahkan. Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi asas musyawarah. Dengan demikian, seluruh elemen harus terwakili dalam musyawarah untuk kepentingan umat secara lebih luas, bukan untuk kepentingan golongannya apalagi hanya untuk kepentingan diri dan keluarganya.
(2)     Umat Islam harus selalu berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.
(3)     Ketidak puasan terhadap pemerintahan Daulah Umayyah yang lebih mementingakan  kepentingan golongan mereka membuat rakyat berusaha untuk memberontak. Seorang pemimpin haruslah adil dan amanah agar mereka dapat menampung aspirasi rakyatnya.
2.    Ibrah dari Daulah Abbasiyah
Penyebab kemunduran Bani Abbasiyah antara lain:
a.         Perpecahan antarbangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (‘Ajam)
b.        Perbedaan pendapat antar tradisi Muslim Arab dan Muslim non-Arab
c.         Sikap iri kaum Zimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan
d.        Keturunan Khalifah yang merasa berhak melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan
e.         Munculnya beragan keagamaan seperti Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, yang melahirkan ideologi baru
f.         Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkan sifat konsumtif dilingkungan keluarga khalifah
g.        Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana generasi sebelumnya
h.        Adanya perang salib yang berlangsung selama dua abad, sehngga cukup melelahkan militer Islam.

Ibrah yang dapat kita petik, diantaranya:
-       Kita dapat meneladani pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah yang telah memberikan dampak posiif terhadap kehidupan umat Islam.
-       Keterlibatan para khalifah yang memberikan motivasi kepada para ilmuwan untuk melakukan kajian ilmiyah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
-       Bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita pantang menyerah walaupun banyak hambatan.
-       Bekerjasama dan saling menolong sesama umat dalam segala usaha.
-       Selalu mengutamakan kepentingan agama.
-       Hidup yang optimis, dinamis, inovatif, dan siap menerima kritik konstruktif.
-       Punya pandangan hidup lebih baik yang berdasarkan pada norma susila, norma budaya, norma hukum, dan norma agama.
-       Adanya keseimbangan antara sistem pemerintahan dan kekuatan rakyat.

D.       Meneladani Tokoh-Tokoh yang Berprestasi pada Periode Klasik
1.    Bani Umayyah
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sering mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu antara lain Hasan Al-basri, Ibnu Syihabuddin al-Zuhri, dan Wasil bin Ata’.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa  negara. hal itu mendorong lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia menulis sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa arab yng berjudul al-kitab yang terkenal hingga saat ini.
Pada zaman Khalifah Khalid  bin Yazid dan Umar bin Abdul Aziz pengembangan ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang besar, sehingga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti:
-       Gerakan pengembangan ilmu agama
-       Gerakan kajian ilmu-ilmu hadis
Gerakan penulisan sejarah
Masjid dijadikan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum. Guru-guru yang mengajar agama di antaranya: Abdullah bin Abbas, Rabi’ah, Hasan Basri, dan Ja’far As-Sidiq. Mereka mengajar di berbagai kota di seluruh negeri. Ubaid bin Syaryah, penulis Kitabul Amsal, secara garis besar mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi:
1)        Al-Adabul Hadisah (ilmu-ilmu baru) yang terdiri atas:
2)        Al-Ulumul Ilmiah: yaitu ilmu Al-Quran, hadits, fiki, tarikh, dan geografi.
3)        Al-Ulumud dakhliyyah seperti ilmu kedokteran, filosofi, dan ilmu pasti serta ilmu eksakta lainnya.
4)        Al-Adabul Qadimah (ilmu-ilmu lama) seperti ilmu lugah, syair, khitabah, dan amisal.
2.    Bani Abbasiyah
Pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan  bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi dan Persia serta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotania da Mesir.
Perkembangan kebudayaan Islam berjalan seiring dengan penyebaran ajaran Islam. Pada masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan Islam meluas sampai ke Spanyol Barat dan India Timur. Untuk masa beberapa ratus tahun banyak orang-orang non-Islam yanbg masuk Islam karena tertarik dengan kemajuan dan kerapian Islam. Contohnya adalah Produk Mesir, Suriah, Palestina, Persia, Aljazair, Maroko, Libya, Tunisia dan Spanyol.
Beberapa bangsa yang terarabkan itu banyak yang sudah lupa akan bahasa dan kebudayaan mereka sendiri. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Makmun, peradaban islam mencapai masa keemasannya.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah wilayah-wilayah yang telah mendapat ajaran islam mengalami kemajuan yang cukup pesat, sementara wilayah lain yang belum mendapat ajaran Islam, peradabannya masis terbelakang. Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H/786-809 M) adalah pendiri perpustakaan pusat di baghdad, Irak. Dengan kemajuan perpustakaan tersebut pada zaman itu, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun naqli (berdasarkan teks Al-Quran dan hadits) mengalami kemajuan pesat.   
Pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun, buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat dari berbagai bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan demikian, kedudukan bahasa Arab semakin tinggi.
Bahasa Arab telah digunakan di berbagai bidang menggantikan bahasa Yunani dan Persia. Bahasa arab digunakan sebagai bahasa administrasi, bahasa ilmu pengetahuan, filsafat, dan bahasa diplomasi. Berkembangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka berdidilah lembaga-lembaga pendidikan. Pada zaman itu muncul tokoh-tokoh ahli yang keteladanannya terus dapat diikuti hingga masa kini, sperti:
a.    Ilmu tafsir, tokohnya: Ibnu Jarir ath-Tabari dan as-Suda.
b.    Ilmu hadis, tokohnya: Imam Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, dan an-Nasai.
c.    Ilmu Tasawuf, tokohnya: Imam Ghazali dan Sihabudin.
d.   Ilmu fikih, tokohnya: Imam Abu Hanifah, Imam malik, Imam Syafi’i, dan Imam ahmad.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang munul pada masa Daulah Abbasiyyah adalah: Umar Khayam (ilmuwan metematika, astronomi, dan filsafat), az-Zamakhsyari (pakar ilmu bahasa dan kesustraan Arab), Al-Qusyairi dan Al-kindi.







4 komentar: