Minggu, 15 Juni 2014

Sederhananya kalimat ‘’Kamu’'


Jika saja bukan karna sekolah itu
Jika saja aku tak mencalonkan diriku pada saat itu
Jika saja bel itu tak pernah berbunyi
Jika saja dia tak menungguku di balik gerbang sekolah saat itu
Jika saja dia tak mengutarakan perasaannya saat itu
Takdir kita selanjutnya…
Akankah itu berakhir begitu saja ?    
Bisa dibilang cinta monyetku ketika aku pertama kali memasuki jenjang sekolah menengah pertama. Dialah orang yang membuatku jatuh cinta untuk  pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya juga aku merasakan galau. Galau ? dia membuatku galau sampai berkepanjangan sampai saat ini , saat aku mengetik tulisan yang tak berarti ini.
Kehadirannya yang selalu membuatku tersenyum , dan sekaligus bersedih. Senyumannya yang tersembunyi dibalik sifat sok cool dan kecuekannya. Tapi, dia sangat manis bahkan lebih manis dari buah apel yang selama ini tak pernah aku sukai. Tapi apel dan dia jelas berbeda, aku lebih memilih dia daripada apel. Bagiku apel begitu bau, tetapi dia yang membuatnya menjadi harum di setiap senyumannya. Waktu bagiku sangat berarti. Tapi waktu juga yang membuatku terpisah jauh dengannya. Haruskah aku menyalahkan waktu ? tidak. Waktu tak pernah salah. Karna waktu juga yang mempertemukanku dengannya. ‘’Aby’’ .
“semuanya bersiap di barisan masing-masing ya. Kakak hitung sampai tiga harus sampai di posisi masing-masing” teriak seorang osis berparas seram, namanya Andita.
Bagai anak ayam yang digiring induknya, semuanya bergegas lari menuju lapangan sekolah. Terkecuali dengan Kania, dia masih saja sibuk dengan pita-pita yang begitu mengganggu diatas kepalanya. Matanya seketika melotot kaget ketika salah seorang osis memergokinya.
“hei kamu, cepat lari nanti dimarah kak Adit loh” ucapnya sambil tersenyum manis.
Kania bergegas lari menuju ke lapangan. Ternyata bukan hanya dia saja yang terakhir terlambat. Ada satu lagi yang menemaninya, cowok item, berambut kriting, dan tidak pendek dan juga tidak tinggi. Yang jelas Kania senang karena ada teman. Tapi tetap saja, alhasil Kania dihukum untuk push up sepuluh kali. Bukan apa-apa Kania tak sanggup melakukan itu, akhirnya, kak Adit yang terkenal galak itu menyuruh agar Kania kembali ke barisannya. Lagi-lagi senyumnya memancar. Senyum yang paling manis. Lebih manis dari buah apel.
Masa Orientasi Siswa, disitulah Kania merasakan yang namanya susah. Salah satunya susah mendapatkan bangku untuk dia duduk. Ketika semuanya berlari-lari menuju kelas masing-masing, dan cuma Kania seorang yang bagaikan anak ayam yang di tinggalkan induknya. Dari ujung kelas A sampai E, ia tak mendapatkan bangku untuk duduk. Sampai akhirnya ketika ia memasuki kelas F, dia menemukan salah satu kursi yang belum di tempati dan dia pun menuju kursi itu. Betapa kagetnya dia, jika yang dia tahu bahwa dia harus duduk dengan seorang laki-laki. Dari pada tak mendapatkan kursi, dan ini juga kelas terakhir, akhirnya dengan terpaksa Kania duduk. Ya, duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki. Dia ketahui namanya Agus Weda Purnama. Ternyata dia seorang Hindu.
Seminggu MOS Kania, mulai akrab dengan Agus, dan kedua laki-laki yang duduk di depannya namanya Tri Purnama wisnu dan Riki Sandro Virnando. Sama seperti Agus, Wisnu juga beragama Hindu, dan Sandro dia beragama Kristen. Bagi Kania, sebuah perbedaan itu sangat indah. Dan Kania tak pernah sedikitpun membeda-bedakan hal itu. Baginya berteman adalah hal yang paling mengasyikkan yang pernah ia alami di hidupnya.
***
Keasyikan demi keasyikan mulai Kania rasakan, entah itu dari Agus, wisnu, maupun Sandro. Ketiganya selalu saja jail, sampai suatu ketika mereka harus terpisah hanya karna sesuai dengan peraturan sekolah bahwa siswa yang beragama lain harus disatukan dalam satu kelas. Dan akhirnya merekapun pergi. Pergi meninggalkan Kania di kelas suram itu.
 Kenapa dikatakan suram ?
Karena Kanialah yang harus mengkondisikan kelas, ditengah siswanya yang memang terkenal paling bandel. Fitri Khotimah, biasa di panggil Pipit. Kini Kania ditemani oleh seorang teman yang begitu uculnya alias lucu, berambut kriwil dan berbibir tebel. Yaitulah pipit, jauh dari Kania yang memang berpostur tinggi.
            Tet tet tet
Bel itu, bel itu dan bel itu. Bel yang setiap kali mengganggu konsentrasi belajar Kania. Bagaimana tidak, disaat Kania sedang serius memperhatikan penjelasan dari sang guru, ia harus beranjak dari bangkunya menuju kantor guru yang terletak lima kelas dari kelasnya. Akhirnya diapun beranjak dengan sangat terpaksa. Dia tak mungkin menolak karena ini sudah menjadi kewajibannya.
“Bareng sih heh”
Siapa, Seseorang jelek pikir Kania. Sok kenal, dan sok akrab. Disusul seseorang lagi yang cukup lumayan dan lumayan.
Kedua orang jail itu selalu menemani Kania setip dering bel suram itu. Itu yang tidak membuat Kania merasa bosan. Sampai Kania ketahui bahwa namanya adalah Eki Ari Saputra, cowok jelek, kriting, berisi dan item. Satunya lagi yang lumayan adalah Dodi Permana Putra, dia kebalikannya Eki, hanya saja sama-sama kriting.
“heh pendek…..” teriak Dodi dari kejauhan
Kania menyipitkan mata, memastikan bahwa yang memanggilnya bukanlah Dodi. Cowok tengil yang sangat menyebalkan. Dan tenyata memang benar dia. Disampingnya, berdiri seseorang jelek terlihat seperti seorang jongos, siapa lagi kalau bukan Eki. Diam dan menyebalkan. Semuanya sama-sama menyebalkan bagi Kania.
“diem brisik !”
“heh bareng loh”
Seketika itu Dodi mengejar Kania dan menarik Kerudung yang dipakainya, sampai-sampai kerudungnya acak-acakan. Eki hanya tertawa sambil di tutup-tutupin.
“apaan sih dod, jangan rese gitu lah. Nyebelin kamu”
Jailan itu yang membuat Kania semakin sebal, meskipun hanya becanda tapi itu sudah keterlaluan. Yang semakin membuat Kania sebal adalah, Eki. Kenapa dia hanya diam mematung dan bukannya menolongnya malah diam dan tertawa.
“nak, kamu nanti bantuin angkat LKS ini ke koperasi ya, Eki sama Dodi juga kamu ajakin” ucap ibu Sri, selaku Guru Bk sekolah Kania.
“kok Dodi sama Eki juga sih bu ?”
“kalau bukan kalian siapa lagi, kalian kan kalau kemana-mana selalu bareng dan kompak”
Apa ? Kompak ? bareng ?  pikir Kania, mereka tak kompak, tapi selalu berantem kemanapun mereka pergi.
Mereka pun menuju koperasi sekolah.
***
            Tet tet tet
Lagi-lagi bel suram itu berbunyi, kali ini dengan langkah kudanya Kania berhasil menuju Kantor guru lebih awal tanpa di damping oleh Dodi dan Eki. Dari kejauhan Kania sempat melihat ekspresi kedua cowok yang menyebalkan itu, mereka seperti mencari-cari korban yang biasa mereka aniaya. Siapa lagi kalau bukan Kania. Sejurus kemudian mereka bertemu didepan kantor guru. Kali ini ada saja tingkah mereka yang membuat depan kantor menjadi gaduh.
“apaan sih Dod, kamu gak usah nginjek kaki aku gitu. Kaki kamu gede tau gak”…
“Eki kan, bukan aku yang nginjek”
“heh bukan aku kok ya, bukan” ucap Eki dengan muka polosnya.
Kania pun melayangkan kakinya kekedua kaki cowok tersebut tanpa peduli siapa yang salah. Sampai akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.
“kalian ini, selalu saja bikin heboh”
“kalau gak ada kita sepi pak haha” ucap Dodi, Kania dan Eki hanya diam saja.
***
Akankah kebertigaan itu bertahan selamanya
Akankah disetia koridor itu terbesit kejailan-kejailan itu lagi
Akankah barisan kantor itu dipenuhi tawa riang kebertigaan
Dan akankah kebertigaan itu selamanya
“kamu cantik ya” suaranya begitu pelan, terbawa angin sampai telinga Kania mendengarnya samar-samar.
“kamu bilang apa Ki ?’’
“oh, enggak Kan”
Sekilas kemudian Eki menghilang dari pandangan mata Kania. Yang ia tau, Eki itu baik dan sopan tentunya meskipun menyebalkan.
Seperti biasa, ketika bel pulang berdering Kania langsung bergegas pulang. Dan seperti biasa pula dia harus berjalan kaki. Ditemani teman akrabnya yaitu Bareka. Sebenarnya Kania dan Bareka beda arah, hanya terpisahkan oleh perempatan jalan menuju kesekolah. Tapi hari itu anehnya, tak seperti biasanya ada ekor yang mengikuti dari belakang. Sebenarnya Kania sudah paham siapa dia. Siapa lagi kalau bukan Eki, cowok yang menyebalkan. Kania sudah curiga, gelagatnya yang sedari tadi ngumpet-ngumpet dibalik gerbang sambil curi-curi pandang. Kebetulan Eki dan Bareka adalah Teman sedari Kecil. Jadi, Bareka sudah tau betul menegnai Eki.
“ngapain kamu Ki ? suka sama Kania ya hayo ngaku” ejek Bareka sambil mendorong Eki dari belakang mendekat kea rah Kania.
“eh eh eh jangan gitu lah kamu Ka” keliahatan sekali kalau dia gugup.
Kania hanya tersenyum saja.
“siapa juga sih yang suka sama dia, dia kan jelek” (sok cool banget ini cowok).
kalau aku jelek ngapain juga dia nungguin di balik gerbang sambil ngintip-ngintip” (pikir Kania).
“kalau suka itu ungkapin Ki, jangan Cuma diem aja, nanti nyesel kamu loh kalau udah di ambil orang hahaha” saran Bareka.
Kebahagiaan itu simple kok, saat kita bisa tertawa bersama orang-orang yang kita sayang. Meskipun itu Cuma sebentar. Sesimple angin yang berhembus di tengah teriknya matahari.
Akhirnya merekapun terpisah di perempatan sekolah.
Kalau saja waktu masih berpihak lama pada saat itu…….
“Kan, mau pulang bareng enggak ? aku anterin nih kalau mau. Aku bonceng naik sepeda hehehe” rayu cowok tengil, siapa lagi kalau buak Dodi. Dengan mengenakan sepedanya. Bertopi abu-abu yang biasa dia pakai sehari-hari.
“enggak lah dod, makasih”
“heh seriusan ini”
“haha serius gak serius kamu mah sama aja dod”
“ngeyel banget sih dibilangin, yaudah aku pulang duluan ya”
“oke oke”
Kania berfikir, sebenarnya Dodi itu baik hanya saja dia…. Tau sendirilah yang sering membuat Kania jadi sebal sama dia.
The end……






Kamis, 29 Mei 2014

Iringan Lagu-Lagu alay

Tumben-tumbennya gue bangun kesiangan, ini karena kipas angin gue yang begitu heboh bunyinua sampai-sampai gue gak denger azan subuh berkumandang. Alhasil gue gak sholat subuh deh, astaghfirullah jangan ditiru ya.

Pagi ini rencananya sih mau joging keliling kampus ijo ntu, tapi kalau dipikir-pikir sendiri, gak ada temen, yang ada gue diliatin beberapa pasang mata yang ada deh, dan gue bakal tutup muka jelek gua dihadapan mereka. (ADUH-_-)...
 Masa iya gue mau ngegalau lagi depan laptop. malu dong.
pengen pulang juga kerumah, udah bosen dikosan, suasananya bikit bete banget. Tapi, Bokap said : "gak usah pulang kalau liburnya cuma bentar, capek dijalan nantinya"
Kalau pengen yang libur panjang, berarti kemungkinan gue pulang, pas awal puasa yaitu setelah Ujian Akhir Semester dan Tes Lisan Matrikulasi Serta Post Test Matrikulasi, dan pemadatan-pemadatan mata kuliah beserta Tugas-tugas prasarat UAS (waw, keren).
  oke gakpapa, yang penting kantong gue udah terisi lagi hehe
Jum'at 13.00, tepatnya nanti siang gue harus presentasi dihadapan temen-temen gue yang hebat-hebat, dan ini presentasi terakhir, dan gue harus SEMANGAT hihi. Iyalah, selalu. Galaunya dipending dulu ya, nanti kalau udah beres semua, baru dah boleh ngegalau lagi asal gak kayak kemaren PARAH. 

Ketikan Cacing

      Tepat malem ini, dimana gue bersama sepupu gue sama-sama ngerasain yang namanya galau. Yah, karena gue dan sepupu gue sama-sama senasip baru putus sama pasangan kita masing-masing. LDR yang kandas. 
(hadeh....)
Tepat dikamar paling cantik kosan Atiwi nomer 21, gue ngadep laptop kesayangan gue ditemani rasa laper yang luar biasa, memang karena gak ada apa-apa buat dimakan, sementara gerbang kosan udah tutup , gimana mau bisa beli makan hee tanggal tua juga, jadi bener-bener musti hemat. 
(Yaammpun Nya',,,,,,) 
Mungkin bener ya kalau kayak gini hehe
yah kesekian kalinya gue ngerasain yang namanya sakit hati. Dan mungkin gak hanya gue aja, melainkan kepala-kepala diluar sana pasti merasakan hal yang demikian itu.
Sabar sih perlu, bahkan udah terlalu amat sangat sabar gue.
Alhasil karena gue saking seringnya sabar akhirnya ngadep layar laptop terus-terusan kayak sekarang ini. yah gimana, gak ada kerjaan lagi, pusing gue sama tugas FIQIH II , mata kuliah yang memang gue gak begitu ngerti, apalagi tugasnya mengenai HUKUM WARIS (udah tepok jidat duluan gue). Lagipula, yah mungkin ada baiknya juga sih, tapi masa iya harus nulis berlembar-lembar kertas polio demi membahas permasalahan yang berhubungan dengan hukum waris. (UUUUU) . kalau kata temen-temen sih "CEMUNGUT EA NYA' CEMUNGUT). Iya, semangat ujung-ujungnya buntu tengah jalan. apalagi kondisi badan gak fit gini, aduh jadi pengen mandi kembang tujuh rupa deh .
INGET ORANG RUMAH, OKE itu salah satu semangat gue, sebelum gue lanjutin tugas yang sesuatu itu, ini nih semangat gue, adek gue Ibnu yang paling kece kayak kakaknya haha

Senin, 26 Mei 2014

k o a r k o a r n y a '

buka kurung ngenes tutup kurung titik
satu kata, penuh arti, lebay, terdiri dari 6 huruf, yang keenamnya bersatu dan berkaitan menjadi sebuah kata yang begitu apik namun menjengkelkan.

Buku-buku, kertas-kertasku yang sudah siap menanti kehadiran coretan dari tangan ini. sayang, tinta pupen sudah mulai ngadat dan aku harus sesegera mungkin membelinya. Tapi, lagi-lagi "ah" aku terlalu malas. Dan sebagai orang yang malas sekaligus melas. Aku kembali menatapi layar Laptop putih kesayanganku. Ditemani cemilan ebi katsu yang aku beli dari tempat Uni warung depan kosan. bahkan rel kereta api yang menemaniku masih sangat-sangat merah. Kepalaku juga masih terasa berat. Kata  Fina novalia selaku tetua kosan, mengatakan "mungkin kamu terkena Hipotensi", aku biasa saja, aku baik-baik saja dan aku seperti yang biasanya, pura-pura kuat.

ya, aku memang kuat. Mungkin bisa dikatakan akulah next generation dari wonder woman dih, geli gue dengernya.
oke next..........
bejibun tugas sudah menanti, makalah makalah dan makalah lagi. Kali ini persyaratan buat UTS dan UAS. 2 judul dan terakhir ngumpul adalah minggu depan SEBELUM UAS !
kenapa pakai tanda seru segala. oke ralat ........
alhamdulillahnya dengan keuletan dan ketekunan aku yang seperti ini, akhirnya aku berhasil menyelesaikan semuanya ditengah gonjang-ganjing kabar tak sedap dan rutinasku yang benar-benar BUSY. senin, selasa, rabu, kamis.... aku harus kuliah dari jam tujuh pagi sampai beduk magrib berkumandang. dan malamnya harus mngelembur demi ini. tapi subhanallah masih bisa diberi kesempatan untuk menyelesaikannya. syukur alhamdulillah ya Allah. lagi-lagi titik dua tutup kurung hehe
sebenernya pengen pulang si, tapi kantong tak memadai, yah tak apalah aku masih bisa ikut seminar besok minggu di kampus, itung-itung cuci mata, yaampunnn nyari kesibukan maksudnya. iya ditemani sahabatku ayu yang juga bagian dari seminar itu. lumayan alhamdulillah gratis dan tak perlu merogok kantong lebih dalam lagi hiihi
diatas, sebagian kesibukan, dan masih adalagi.... hari ini mau beberes kamar yang udah kayak kapal pecah dan istirahat total mumpung tanggal merah dan free.... oke bye



Jumat, 16 Mei 2014

Ayahku “Limited Edition”



Senin, 12 mei 2014 13.00 dalam kondisi setengah ngantuk dan masih acak-acakan karena baru bangun tidur. Dengan mendengarkan music setengah alay varioust artist “dream high” ditemani satu toples klanting dan secangkir air gallon. Tepatnya dikosan atiwi kamar tercantik nomer 21. Hahaha
Inspirasi itu muncul, tanpa disadari. Yap, aku sering mengalami hal itu, terkadang karena sangking banyaknya inspirasi sampai-sampai lupa untuk mengingatnya kembali. Contohnya aku mendapatkan judul ini ketika dalam perjalanan menuju kosan tercinta. Tiba-tiba aku teringat ayahku yang disana yang selalu menyayangiku dengan kasih sayang yang tulus tulus dan tulus. Seperti kebanyakan ayah-ayah yang lain mungkin ya. Tapi, menurutku ayahku yang paling beda. Bukan maksud membanding-bandingkan atau apa, atau membanggakan ayah sendiri, tapi aku mengataakan hal yang mungkin akan membuat orang lain merasa biasa-biasa saja tapi bagiku ini luar biasa bahkan sangat-sangat luar biasa.
Ayah, mungkin sosok panutan keluarga seperti kebanyakan. Ayahku sama seperti ayah-ayah yang lain. Dia ganteng, cakep, tinggi, kriting, berbadan besar dan manis seperti aku hehehe. Iyalah, kan aku anaknya.
Sebagai tulang punggung keluarga, ayah begitu kuat seperti beton. Dia mampu mengangkat beban-beban berat. Tapi sebatas wajarnya kemampuan manusia biasa hehe. Ayahku mungkin bukan Samson atau Hercules, atau bahkan bukan superman. Tapi aku tak memunafikkan itu semua, karena pada dasarnya ayahku……. Kalau yang disana hanya tokoh kartun atau dalam film-film saja, ini adalah superman di dunia nyata. Ya, ayahku benar-benar seorang superman bagi kuluarganya.
“bangga gak kamu punya ayah seperti itu ?”
Kalau ada mulut-mulut cantik yang berucap seperti itu aku akan menjawab
“meskipun ayahku tidak seperti superman atau apa itu, jika aku tanpa ayah mungkin aku takkan bisa mengetik ini dengan kesungguhan dan kesanggupanku”
Tepatnya, Setelah ibuku melahirkan adik laki-lakiku, ayahku menggantikan tugas ibu untuk berjualan di pasar berdagang tauge demi memenuhi kebutuhan keluaga. Sebelumnya ayahku hanya berkebun dan bertani. Tetapi setelah ibu melahirkan, kini ayah berdagang. Mungkin kebanyakan orang-orang yang menjumpai ayahku akan keheranan dan memunculkan kalimat seperti ini “kok laki jualan ?”  prinsip ayah, selama kita gak mencuri kenapa harus malu melakukan hal ini. Itulah kebanggaanku terhadap ayah. Disaat pedagang-pedagang yang lain adalah para ibu-ibu, disitu akan kutemui wajah ayahku yang paling ganteng sendiri.
Merayu perhatian agar dagangan laku ?
Aku rasa, hanya orang-orang yang malas yang berfikiran seperti itu. Ayahku sering mendapat caci maki ketika mengahadapi pedagang-pedagang yang lain. Bagi ayah, itu merupakan cambuk yang membuatnya semakin bersemangat demi memenuhi kebutuhan kami sekeluarga.
Sering mendapatkan fitnah tidak ?
Menurutku, hidup tanpa fitnah itu terasa hambar. Fitnah tidak hanya sekali kok. Bahkan berkali-kali sering kami alami sekeluarga. Banyak orang-orang yang tak suka dengan kami. Sehingga mereka menebarkan bau-bau tak sedap itu kepada keluarga kami. Dan alhamdulillahnya kami masih bisa bertahan.
Karena ayah yang membuatku bisa membuat ini. Ya, ini. Buat ayahku yang paling ganteng sedunia. HeheJ😁




11-sep-’95😄

Kamis, 08 Mei 2014

Salahku Memendam

Malam itu, Radit si pemuda tampan dan lugu sedang duduk termangu di kursi meja belajar di kamarnya dengan memainkan sebuah pensil yang usai ia gunakan untuk melukis sebuah wajah perempuan yang tidak bagus-bagus amat kalau dilihat. Ia memang tidak pandai melukis. Sebenarnya ia berniat melukis wajah seseorang yang ia kagumi di sekolahnya. Tak lama ketika ia sedang memandangi lukisan yang tak seberapa itu, ibunya masuk tanpa bilang-bilang karena pintu kamar Radit tak ditutup. “Hayohh lho… Bukannya belajar malah gambar-gambar muka cewek…”, ibunya menyeletup dengan nada mengejek. “Waduh… Ibu…!!, bikin kaget aja…!” sahut Radit keget sambil menutupi gambarannya tadi. “Hemhh, mending-mending gambarnya bagus, nah ini apaan… kan kasian kalau cewek itu aslinya cantik, malah jadi jelek gara-gara gambaran kamu..”, ejekan ibunya lagi sambil tertawa mengejek. “Ah… apaan si bu..?, ini tu cuma gambar-gambar iseng, gak ada kerjaan sih..” alasan Radit dengan nada canggung dan wajah malu-malu. Akhirnya ibunya langsung menuju ke ruang keluarga untuk melanjutkan nonton TV dengan ayahnya.
Pagi hari, saat hendak berangkat ke sekolah, Radit menunggu sahabatnya datang untuk berangkat bareng dari rumahnya. Tak lama temannya datang dengan motornya. “Lho, zal. kamu bawa motor sendiri?”, tanya Radit pada sahabatnya, Rizal. “Yoi bro.. bapakku lagi gak ngajar hari ini, jadi, motor bebas tak pake lah… udah.. bawa motor aku aja, dit. Sekali-kali kamu kek yang nebeng.. hehe..”, jawab Rizal dengan logat medok Jawa. “Hemmm, oke kalau gitu, zal. Ayo kita come on…!”, jawab Radit sambil naik ke motor tua antik yang dibawa oleh Rizal.
“Brumm.. brummm..”, mereka masuk gerbang sekolah dengan bergaya seolah paling nyentrik. Tak lama kemudian, terasa ada angin-angin sejuk yang dirasakan Radit ketika menuju parkiran sekolah. “Zal, menurut kamu kalau aku pacaran sama si Indah gimana ya..?” sambil melongo melihat ke arah gadis yang sedang jalan berdua lewat depan parkiran. “Hu…, kamu tu kesambet apa gimana sih dit?, kenalan aja kagak berani, malah ngimpi pacaran sama dia..”, sahut Rizal. “Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya, zal kalau aku tu udah lama suka sama Indah..!”, kata Radit sedikit mengancam. “Huh… ngapain juga bilang-bilang, orang-orang juga gak bakalan percaya lah. Cowok lugu kayak kamu gini bisa suka sama cewek yang terkenal kayak dia..”, ejek Rizal. “Sialan!, gini-gini aku juga normal loh, Zal..!” kata Radit sambil menepuk punggung Rizal dan sambil jalan menujun kelas.
Di kelas, Radit kerjaanya melamun saja seperti kisah di tv-tv. Di benaknya, ia ingin sekali berkenalan dan PDKT dengan Indah, adik kelas yang duduk di kelas 11 IPA. Ia membayangkan kalau Indah suatu saat akan menjadi pacarnya. Namun lamunannya itu dihancurkan oleh guru Fisikanya yang menyuruhnya mengerjakan soal di depan. “Kapok lo, dit. Bisa gak kamu ngerjain tu soal?” tanya Rizal yang duduk di sebelah bangkunya sambil tertawa. “Aduh.. mampus dah…!, gimana nih zal?, aku sama sekali gak nyimak apa yang Bu Rustin terangin..”, kata Radit bingung. “Kamu sih, ngelamun melulu dari tadi.. hahaha” ejek Rizal.
Akhirnya Radit pun maju ke depan dengan PDnya mengambil spidol lalu berdiri menghadap papan tulis. “Ayo kerjakan Radit.., kok malah diam di tempat?” kata Bu Rustin. “Teeeet…teeet..”, ternyata bel istirahat berbunyi. “Yah… ya sudah kalau begitu, karena jamnya sudah habis, ini untuk tugas kalian, Radit, silahkan duduk.” kata Bu Rustin sambil tertawa jengkel. “Akhirnya…”, kata Radit lega. Akhirnya Radit aman dari soal yang memusingkan itu tadi.
Saat istirahat, Radit berniat untuk mengajak Indah berkenalan, walaupun Radit sudah tau dan kenal Indah dari orang-orang. Di kantin, Radit membeli minuman soft drink dua buah, tadinya ia ingin mendatangi Indah yang sedang membaca buku di bawah pohon sendirian. Ketika ia hampir sampai, Rizal datang sambil merangkul Radit dan menarik sebotol minuman dari tangannya. “Makasih ya bro.., baik banget deh sobatku ini..”, kata Rizal. “Sial, gagal deh rencana Romeo untuk mendekati Juliet!” dalam hati Radit. “Iya… sama-sama zal..” kata Radit sedikit kesal. Mereka duduk di samping lapangan basket yang jaraknya sekitar sepuluh meter dari tempat dimana Indah duduk. “Kira-kira Indah tu udah punya cowok belum ya zal?” tanya Radit dengan sajak berbisik. “Yaelahhh… kamu masih mikirin itu dit?” kata Rizal. “Yah… cuma kepikiran aja, zal” jawab Radit santai. “Kamu tu suka sama dia ya?” tanya Rizal. “Maybe bro.., Eh.., hehe” jawab Radit dengan malu-malu. “Emangnya sejak kapan kamu ngerasa suka sama dia..?” tanya Rizal. “Sebenernya dari kita kelas sebelas dulu zal” jawab Radit. “Ha? gila lu bro.., selama itu kamu mendem perasaan kamu, dit?” tanya Rizal kaget. “Yah… abis mau gimana zal?. Aku orangnya gak PDan, zal. Terus, dulu dia tu udah punya cowok kakak kelas kita bintang basket lagi, gimana kagak minder aku zal?” keluh Radit. “Ya udah bro… sekarang kamu cepet-cepet ajak dia kenalan, PDKT, terus kamu tembak deh dia.., jangan kelamaan, keburu jamuran tuh apa yang udah kamu pendam selama itu!. Soalnya setau aku, dia tuh jomblo loh..” kata Rizal memotivasi Radit. “Kamu pikir segampang itu..?” kata Radit sedikit ngotot. “Heh, bro.., kalau kita selalu berpikir sulit, semua pasti terasa sulit!, makannya kita harus positive thinking bro..!” sambar Rizal. “Oke, nanti pulang sekolah aku pengen deketin dia, aku ajakin dia ngobrol, aku PDKT sama dia, terus aku dorrrr dia. hehehe” kata Radit sedikit lantang. “Nah… bocah lugu bisa juga ya ngomongnya lantang gitu..?” ledek Rizal sambil tertawa.
“Teeeeet… Teeeeet… Teeeeet… Teeeeet..”, bel pulang berbunyi. Radit mulai beranjak dari bangku kesayangannya menuju keluar kelas. Ia menoleh ke kanan dan kiri, memperhatikan apakah ada wanita dambaannya yang akan ia ajak kenalan dan ngobrol-ngobrol supaya lebih dekat lagi. Radit berlari ke gerbang depan, ia tidak melihat ada sosok Indah. Berlari ke gerbang samping, juga hasilnya nihil. Akhirnya ia berjalan ke parkiran, menuju ke tempat Rizal memarkirkan motornya. Di sebuah sudut, di belakang Lab Bahasa dekat parkiran yang sedang ia tuju, terlihat kepahitan yang tidak ia harapkan sama sekali. Ternyata, Indah, sosok wanita yang ia idam-idamkan sejak lama, yang ia anggap sosok wanita yang menjaga diri dan polos, ternyata sedang berpelukan mesra dan tertawa riang dengan laki-laki sebayanya yang memakai seragam bukan berasal dari sekolahnya. Radit tak habis fikir, ia tak pernah melihat hal semacam ini sebelumnya pada diri Indah yang ia kagumi sejak dulu. Radit menunduk dan berjalan balik arah. Ia gemetar dan lemas tak berdaya, menyesali apa yang ia lakukan, dengan memendam perasaan begitu lamanya, ia merasa bodoh dan kesal pada sikapnya sendiri. Dan akhir dari rencananya gagal lagi.
Datang lah Rizal merangkul Radit, “Aku tau gimana perasaan kamu sob. Aku juga baru tau, kalau ternyata itu pacarnya Indah. Sabar ya dit. Masih ada cewek lain yang lebih baik untuk sahabatku ini..” kata Rizal menguatkan Radit. “Iya, zal. Ini kebodohanku yang selama ini aku pelihara. Seharusnya aku dari dulu berani untuk mengungkapkan semua, sebelum keduluan orang lain..” kata Radit lemas sambil tersenyum tegar. Ia tak bisa menyalahkan siapapun. Hatinya hancur pun bukan kesalahan wanita yang ia kagumi itu. Tapi, itu adalah kesalahan dan kebodohannya sendiri yang memendam perasaan terlalu lama.

Senin, 05 Mei 2014

Dibalik Layar Seorang Dosen



Dibalik Layar Seorang Dosen

Kehidupan mahasiswa tak pernah lepas dari sosok seorang pengajar. Yup, DOSEN! Cara mengajar dari tiap dosen sangat berbeda-beda, ada yang cara ngajarnya mengasikan, namun ada pula yang membosankan. Bahkan, tingkah laku dan gaya mereka (dosen, red) terkadang bisa membuat mahasiswa menjadi tertawa terpingkal-pingkal atau bisa jadi malah diam tanpa kata! (D’Masiv banget! Hahaha… ) :)
Nah, berikut ini gue akan sedikit membahas pola tingkah para dosen dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Sumbernya gue peroleh dari teman-teman gue, baik yang ada di dunia nyata maupun yang ada di dunia maya (Twitter, Facebook, dll).
Note:
  • Sumber dirahasiakan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Kasian cuy, ntar bisa-bisa digorok dosennya kalo sampai ketahuan. Bisa ancur pula ntar nilainya .
  • Nama sang dosen disamarkan dengan menggunakan inisial A, B, dst. Gak enak kalo dipublish namanya. Bagaimanapun juga, dia itu dosen lho! .
  • Jenis kelamin sang dosen disamarkan, yakni dengan menggunakan dua inisial Bapak/Ibu, bukan Bapak atau Ibu.
  • Untuk menghasilkan artikel yang lebih menarik, terdapat sedikit penambahan bahasa. Namun, tanpa mengubah isi yang sebenarnya.    
  • 1. Sebut saja A
    Dosen yang satu ini hobinya suka mancing alias NGUPIL! Yup, serius! Disaat ngajar, jari tangan sang dosen tak pernah lepas dari kedua lubang hidungnya. Korek sana korek sini hingga buruan berhasil didapatkan (baca: UPIL)
    Maka tak heran, jika sepanjang mata kuliah berlangsung hampir seluruh mahasiswa menjadi tak konsentrasi pada mata kuliah tersebut. Seluruh mata hanya tertuju pada “gerak-gerik” jari tangan sang dosen yang semakin menggeliat dalam MENGUPIL. Mungkin kalau sang dosen berhasil mendapatkan  “buruannya”, Ia akan bergumam dalam hati, “Berhasil..berhasil, horeeee!” Hahahaha…
    2. Sebut saja B
    Dosen yang satu ini sangat tertutup akan kepribadiannya (Eitz, bukan berkepribadian ganda lho!). Si dosen paling nggak suka jika mahasiswanya menanyakan soal kehidupan pribadinya,  terutama mengenai agama dan status hubungan pribadinya (lajang, duda, menikah, dll). Entah kenapa sang dosen bersikap demikian. Tiap kali ditanya, sang dosen selalu berkata, “kalian ini mau tau aja urusan orang!”. Wuiz..calm down Bu/Pak
    3. Sebut saja C
    Dosen yang satu ini paling hobi menggunakan sepatu bola saat ke kampus. Yoi cuy, sepatu yang ada jamurnya itu lo! Alasannya sih simpel, katanya lebih nyaman aja menggunakan sepatu bola daripada menggunakan sepatu biasa. Tapi tau kan gimana reaksi mahasiswa, semua pada heran seheran-herannya. Yaa..semoga aja si dosen gak berniat nendang mahasiswanya dengan menggunakan sepatu bolanya itu.
    4. Sebut saja D.
    Dosen yang satu ini beda lagi, kadang suka bingung sendiri disaat ngajar. Pernah suatu kali ada seorang mahasiswa yang bertanya, “Bu/Pak, hasilnya kok bisa seperti itu ya?”, sambil nunjuk ke arah papan, ke soal yang dimaksud.
    Sang dosen pun segera menjawab :
    “Itu kan dari…”, jeda sejenak…
    “Hmmm..gimana ya…?!”, jeda lagi…
    “Sabar ya…”, lagi-lagi jeda sambil berlalu membuka buku catatannya.
    Kalo sekali dua kali sih masih dimaklumin, tapinya ini sering banget, apalagi sang dosen masih muda. Ya..tapi barangkali karena sang dosen terlalu banyak mengajar kali ya, makanya sampai suka bingung sendiri jadinya.
    5. Sebut saja E
    Dosen yang satu ini cara mengajarnya terbilang unik. Bagaimana tidak, dari awal hingga akhir mata kuliah berlangsung, seluruh materi semua diserahkan kepada mahasiswa. Jadi, mahasiswa digilir satu per satu untuk menjelaskan semua materi yang ia berikan pada saat itu. Sayangnya, hampir semua mahasiswa hanya menjelaskan materi yang diberikan seadanya saja. Malah bisa dibilang hanya MEMBACA, wong dari A-Z yang diomongin hanya sesuai dengan apa yang ada di buku / copyan yang diberikan, hahahaha…. Parah emang, nggak ngerti-ngerti jadinya! Alasan dosen sih sangat simpel, “Maaf ya, saya kurang suka dan begitu paham dengan mata kuliah ini”. Alamakaaaak! #GarukGarukTanah
    6. Sebut saja F
    Dosen yang satu ini hobinya suka pamer. Setiap kali ngajar, si dosen selalu nyinggung kehidupan pribadinya sewaktu muda dulu. “Nah..ini waktu saya masuk surat kabar lantaran nama saya sama persis dengan nama pejabat yang tenar pada saat itu. Tuh, foto saya!”, begitu kata sang dosen dengan bangga sambil mempelihatkan selembar surat kabar yang dimaksud dengan menggunakan infokus. Seluruh mahasiswa hanya bisa bengong dan bergumam dalam hati, “Ya..ampun Pak/Bu, masuk surat kabar aja udah sombong banget, saya aja yang masuk majalah TRUBUS biasa-biasa aja!”, wkwkwkwk…
    7. Sebut saja G
    Dosen yang satu ini lain lagi, dianya super duper kreatif. Saking kreatifnya, sang dosen sampai bela-belain nikah diatas lokomotif! Sekali lagi, LOKOMOTIF! Gak hanya itu, info seputar pernikahannya yang unik itu pun sampai diliput di salah satu surat kabar ibukota. Weh..weh..weh…mantep euy! Gue jadi kepikiran, kayaknya nikah diatas sayap pesawat terbang oke juga!
    8. Sebut saja H
    Dosen yang satu ini sangat pelit nilai. Dari puluhan mahasiswa, hanya 1 atau 2 mahasiswa yang mendapatkan nilai A, sedangkan sisanya harus bersyukur mendapatkan nilai B, C dan D! Khusus untuk mahasiswa yang mendapatkan nilai A, itu merupakan mahasiswa “pilihan”! Yup, hanya mahasiswa yang cakep/cantik aja yang beruntung mendapatkan nilai “istimewa” itu! Dosen yang satu ini juga suka membanding-bandingkan mahasiswanya dengan mahasiswa yang ada luar negeri. Maklum, si doi lulusan S2 dari salah satu universitas terkenal yang ada di Eropa. Jadi ya begitulah, suka “kebule-bulean” cara ngajar dan ngomongnya.
    9. Sebut saja I
    Dosen yang satu ini bisa dibilang sedikit cerewet. Kalo udah ngomong, beuh..gak ada habis-habisnya. Dari A-Z, bisa dipastikan gak ada jedanya Tapi untungnya, si dosen cukup mudah untuk diambil hatinya. Kita sebagai mahasiswa hanya perlu membuat hati sang dosen berbunga-bunga dengan segala rayuan gombal. Cukup dengan ngomong yang “manis-manis”, dijamin hati sang dosen bakal luluh lantah, hihihi…
    10. ……who the next?
    Tunggu updatean berikutnya! (Kalau gue nggak males ya!)